Eropa Lainnya

FC Astana, Klub Antah Berantah Pembuat Sejarah

Tahun 1994, tim nasional (timnas) Indonesia yang diwakili tim PSSI Primavera berlaga di putaran final Piala Asia U-19 di Jakarta. Dalam laga terakhir putaran grup, anak asuh Danurwindo bertanding melawan sebuah negara yang pada saat itu baru tiga tahun merdeka dari Uni Soviet, Kazakhstan, di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Meski menang dengan skor telak 3-0, namun Kurniawan Dwi Yulianto dan kolega gagal lolos ke babak semifinal. Seperti halnya timnas Indonesia yang dilanda kekecewaan, Kazakhstan pun pulang dengan kepala tertunduk. Dunia masih belum memandang mereka sebagai kekuatan baru sepak bola.

Timnas Kazakhstan kala itu masih berlaga di zona Asia, sebelum tahun 2002 berpindah ke zona Eropa. Prestasi timnas Kazahkstan pun cenderung stagnan hingga kini. Sejak bergabung dengan UEFA, mereka belum pernah lolos ke kejuaraan besar. Dengan demikian, mereka masih belum mampu mengubah opini publik, khususnya penggemar sepak bola.

Namun rasanya, hari-hari kelabu telah berlalu. Tanggal 7 Desember 2017 akan dikenang sebagai momen kebangkitan sepak bola negara yang secara geografis terletak di Asia Tengah itu. Ya, momen ini datang setelah FC Astana, klub yang berbasis di ibu kota negara Kazakhstan, dengan heroik berhasil mengalahkan tuan rumah Slavia Praha dalam laga terakhir putaran grup Liga Europa musim 2017/2018. Hasil ini pun menciptakan sejarah, karena untuk kali pertama mereka lolos ke fase gugur kejuaraan Eropa.

Keberhasilan klub arahan Stanimir Stoilov ini lolos ke babak 32 besar memang amat membanggakan. Pasalnya, mereka berada satu grup dengan nama-nama yang mempunyai tradisi lebih kuat seperti Villareal, Maccabi Tel Aviv, dan Slavia Praha.

Kemenangan atas Slavia ini memang satu-satunya jalan jika mereka ingin lolos, pasalnya sebelum pertandingan, koleksi poin mereka masih kalah dibandingkan dengan klub asal Republik Ceko tersebut. Bek asal Bosnia, Marin Anicic, menjadi pahlawan dalam kemenangan bersejarah ini lewat gol tunggalnya.

Kemajuan pesat di tangan Stoilov

Bagaimanapun, keberhasilan yang membuat mata dunia menengok ke arah mereka ini bukanlah sebuah kebetulan. Meski baru berdiri tahun 2009 dengan nama Lokomotiv Astana, mereka kini menjadi salah satu klub tersukses Kazakhstan. Di kompestisi domestik, FC Astana merupakan peraih gelar juara liga dalam empat musim terakhir Liga Premier Kazakhstan, termasuk mengawinkan gelar juara liga dengan Piala Kazakhstan pada tahun 2016.

Prestasi ini mirip dengan yang diraih BATE Borisov dari Belarusia maupun Pyunik Yerevan dari Armenia yang kini dominan di liga masing-masing negara.

Di ajang antarklub Eropa, kesebelasan dengan warna khas biru muda ini juga menjadi klub asal Kazakhstan pertama yang lolos ke babak utama Liga Champions pada musim 2015/2016. Sebagai debutan, kala itu hasil yang mereka raih tidak memalukan. Ditempatkan bersama para raksasa seperti Benfica, Atletico Madrid, dan Galatasaray, mereka mampu meraih empat poin hasil dari empat kali bermain imbang dan dua kali menderita kekalahan.

Nama pelatih Stoilov patut dijadikan alasan kemajuan pesat ini. Pasalnya, sejak mantan arsitek timnas Bulgaria ini memegang jabatan sebagai pelatih FC Astana, dominasi di kompetisi domestik seperti tak tertahankan. Pengalamannya membesut sejumlah tim klub papan atas Bulgaria plus pengalaman memegang timnas Bulgaria, rupanya berpengaruh pada mentalitas FC Astana, dari yang semula tim tak dikenal di Eropa menjadi calon tim yang patut diperhitungkan.

 

Kredit: FC Astana

Sisi menarik sepak bola

Sepak bola memang memberi ruang bagi siapa saja untuk menciptakan sensasi, tentunya dalam artian positif. FC Astana memang bukan kesebelasan antah berantah pertama yang membuat geger di benua biru. Beberapa tahun silam, kita sempat mendengar kisah heroik Ludogorets Razgard yang lolos ke Liga Champions dengan amat dramatis.

Memang, dengan perkembangan industri sepak bola yang semakin berat ke klub-klub Eropa Barat, dengan pusaran kapital yang juga berpusat di sana, memang agak sulit bagi mereka yang berada di wilayah Eropa Timur untuk memutus dominasi para raksasa itu.

Sejak kemenangan Steaua Bucharest di Piala Eropa (sekarang Liga Champions) tahun 1986 lalu dilanjutkan kemenangan Red Star Belgrade tahun 1991 di kompetisi yang sama, dominasi klub-klub Spanyol, Inggris, Jerman atau Italia memang relatif tak tertahankan.

Bagaimana tidak, ketika sebuah klub antah berantah tampil mengejutkan pada sebuah kompetisi antarklub Eropa, pemandu bakat klub-klub kaya maupun agen-agen pemain akan bekerja dengan cepat untuk mengamati permainan para penggawa andalan dan memindahkan mereka ke episentrum sepak bola di sebelah barat mereka berdiri.

Namun demikian, kisah seperti FC Astana inilah yang menjadikan sepak bola tetap menarik. Sebagai olahraga yang dicintai mayoritas penduduk Bumi, memang sudah sepantasnya jika panggung-panggung besar juga dapat dinaiki oleh mereka yang jarang terkena sorotan. Meskipun perlawanan ditunjukkan hanya sekali dua klai, tetapi cerita bersejarah yang mereka ukir tidak akan dilupakan begitu saja.

Kita masih belum dapat mengira seperti apa perjalanan FC Astana di Liga Europa musim ini. Di babak 32 besar, mereka amat mungkin berjumpa dengan para raksasa seperti Arsenal, Athletic Bilbao maupun AC Milan, yang mana hal ini amat mungkin mengakhiri kiprah sensasional yang sudah mereka buat. Tetapi, tanpa memedulikan hasil yang akan didapat nanti, FC Astana dan publik sepak bola Kazakhstan pantas untuk berpesta.

Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)