Tim U-21 Chelsea berhasil melaju lebih lanjut ke babak 16 besar Piala Checkatrade, kompetisi sistem gugur kasta ketiga (di bawah Piala FA dan Piala Carabao) Liga Inggris. Tim U-21 The Blues berhasil mengalahkan klub divisi ketiga Liga Inggris, MK Dons, dengan skor telak 4-0, meski bermain sebagai tamu. Meskipun begitu Chelsea menjadi sasaran kritikan karena memainkan beberapa pemain tim senior, seperti Kenedy dan penyerang berharga 33 juta paun, Michy Batshuayi, yang sudah berusia 24 tahun, di laga ini.
Manajer MK Dons, Robbie Neilson, menjadi yang paling vokal dalam menyuarakan kritikan. Ia terlihat frustrasi karena timnya yang seharusnya menghadapi pemain-pemain dengan level yang sama, harus berhadapan dengan bintang kelas atas yang berusia matang seperti Batshuayi, yang juga mencetak gol di laga tersebut.
“Sungguh tidak menyenangkan melihat tim saya dikalahkan dengan skor begitu besar di kandang sendiri. Sulit menerka esensi dari turnamen ini ketika Anda bermain melawan tim U-21 Chelsea yang menurunkan penyerang seharga 33 juta paun (Batshuayi) dan bek kiri seharga 10 juta paun (Kenedy),” racau Neilson dikutip dari Daily Mail.
“Laga ini memang akan berlangsung sulit bagi kami, dan kami memainkan beberapa pemain muda untuk memberikan mereka pengalaman bermain bersama tim utama. Kami tentunya kecewa, namun ini bisa menjadi pembelajaran bagi mereka untuk bermain melawan pemain-pemain seperti itu.”
“Kami melihat kejuaraan kecil semacam ini untuk bermain di Wembley, namun sangat sulit untuk bermain melawan tim yang menurunkan pemain-pemain seperti itu. Namun, tak ada waktu untuk bersedih, kami akan menghadapi laga berat di liga melawan Shrewsbury dan kami harus fokus ke sana.”
Keluhan Neilson tentunya masuk akal, namun apa yang dilakukan Chelsea tentunya sah-sah saja. Namun, sebelum membahas alasan mengapa Chelsea tak salah melakukan itu, ada baiknya membahas peraturan yang berlaku terlebih dahulu.
Peraturan yang berlaku di Piala Checkatrade hampir sama dengan kompetisi liga untuk tim U-23 Liga Inggris yang dinamakan Liga Primer 2 (Premier League 2).
Khusus Piala Checkatrade, ada 16 tim dari Liga Primer Inggris dan Divisi Championship (kasta kedua) yang tim U-21-nya diundang untuk berpartisipasi di kompetisi ini, termasuk Chelsea. Pada dasarnya, Piala Checkatrade diperuntukkan bagi klub-klub kasta bawah Liga Inggris, dengan format yang sama dengan Piala Carabao.
Meskipun begitu, terkhusus tim-tim U-21 tersebut, piala ini sering dimanfaatkan untuk memainkan pemain dari tim senior. Peraturannya memang membolehkan mereka melakukan ini, dilansir dari situs resmi English Football League (EFL), tim U-21 hanya harus memainkan pemain yang usianya di bawah 21 tahun sebanyak enam orang, yang berarti sisanya boleh dihuni oleh pemain di atas usia 21 tahun.
Sama halnya dengan Liga Primer 2, yang sebenarnya ditujukan untuk pengembangan pemain muda klub-klub di Liga Primer Inggris. Kompetisi dengan sistem liga ini ditujukan bagi tim U-23 klub-klub di Liga Primer Inggris dan Divisi Championship. Meskipun begitu, ada peraturan khusus yang menyebutkan bahwa satu tim boleh memainkan kiper yang usianya di atas 23 tahun, dan tiga pemain outfield yang melebihi batas umur.
Dari peraturan ini, jamak ditemui klub-klub divisi tertinggi menurunkan pemain-pemain seniornya di dua kompetisi ini. Seperti contohnya Batshuayi di Chelsea, lalu Arsenal juga pernah menurunkan Mathieu Debuchy dan Jack Wilshere di laga Liga Primer 2, serta Leicester City yang menurunkan pemain-pemain seperti Leonardo Ulloa, Aleksandar Dragovic, dan Yohan Benalouane di Piala Checkatrade.
Jika tertulis peraturan seperti ini, lalu mengapa Neilson protes? Mengapa hal ini bisa menjadi polemik? Rasanya wajar, apabila Neilson dan mungkin klub-klub kasta bawah lainnya merasa dirugikan dengan peraturan seperti ini. Kompetisi gurem seperti Piala Checkatrade tentunya menjadi ajang bagi klub-klub kecil untuk mampu mendapatkan kejayaan, karena pada dasarnya, mereka akan melawan klub-klub yang kualitas pemainnya sama dengan yang mereka miliki di skuat masing-masing.
Namun, apabila bertemu dengan ‘tim junior’ dari klub kasta atas yang memainkan pemain senior, wajar rasanya mereka frustrasi dan protes karena tentu kualitas pemain senior tersebut jauh di atas yang mereka miliki.
Di satu sisi, bukan berarti klub-klub kasta atas tersebut menurunkan pemain senior juga untuk mengincar kemenangan. Memalukan rasanya, klub yang bermain di kompetisi tertinggi dan memiliki pemain-pemain terbaik, mengincar trofi yang tentunya berada jauh di bawah level mereka. Namun, tujuan mereka memainkan pemain senior adalah untuk mengembalikan kebugaran si pemain yang baru pulih dari cedera, atau yang sudah lama tak bermain di kompetisi resmi.
Seorang pesepak bola tentu harus mendapatkan menit bermain untuk mengembalikan match fitness untuk mampu bugar di kompetisi tertinggi, dan memainkan mereka di kompetisi junior adalah salah satu cara melakukan itu. Kompetisi junior seperti Piala Checkatrade (bagi tim divisi atas) dan Liga Primer 2 tentu memiliki intensitas yang tak sekeras kompetisi di liga, dan kompetisi semacam ini baik untuk mengembalikan kebugaran pemain yang lama absen.
Contohnya tentu Batshuayi, yang baru saja kembali dari cedera selepas membela Belgia di jeda internasional. Langkah yang diambil Chelsea tentu bijak, mengingat cedera pemain yang satu ini bisa kembali kambuh apabila langsung bermain bersama tim senior, dan menurunkannya di level junior secara bertahap adalah langkah terbaik untuk kembali mendapatkan match fitness.
Keluhan Neilson tentunya dapat dimengerti, namun, memang nasib sial saja yang melandanya kala timnya bertemu dengan ‘tim junior’ Chelsea di Piala Checkatrade. Apa yang dilakukan Chelsea, Leicester, Arsenal, dan tim-tim lainnya yang melakukan hal serupa adalah sesuatu yang legal, dan demi tujuan yang juga baik.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket