Indonesia kembali gagal meraih juara di Aceh World Solidarity Cup setelah kalah bersaing dari Kirgizstan. Keraguan pun memuncak kepada tim nasional kita karena Kirgizstan bukanlah lawan kuat. Bisa dipastikan Merah-Putih akan kesulitan bersaing di Asian Games 2018 maupun ajang-ajang lain.
Kita memang sudah lama tak melihat Indonesia berprestasi di ranah sepak bola sejak meraih medali emas di SEA Games 1991. Namun, setidaknya ada dua hasil membanggakan yang bisa dikenang dari para pemain tim nasional kita di dekade 2000-an. Yang pertama terjadi di Piala Asia 2004 dan yang kedua di Piala Asia 2007. Mari kita bernostalgia kembali melihat dua langkah membanggakan tersebut.
Piala Asia 2004
Indonesia berhak berpartisipasi di Piala Asia edisi ini setelah lolos dari penyisihan grup yang berisikan tuan rumah Arab Saudi, Yaman, dan Bhutan. Indonesia lolos sebagai runner-up di bawah Arab Saudi dan unggul tiga poin atas peringkat tiga, Yaman.
Pada putaran final Piala Asia 2004 yang digelar di Cina, Indonesia tergabung di Grup A bersama tuan rumah Cina, Qatar, dan Bahrain. Ini merupakan penampilan ketiga Merah-Putih setelah mencatatkan penampilan pertama di Qatar sembilan tahun sebelumnya.
Qatar memang sepertinya penuh kenangan indah bagi Indonesia. Setelah menjadi tempat mengawali petualangan di Piala Asia, Indonesia juga meraih kemenangan pertama di Piala Asia sepanjang sejarah atas Qatar. Kemenangan bersejarah ini terjadi di Workers Stadium, Beijing.
Indonesia menjadi tim yang paling tidak diunggulkan di grup tersebut. Qatar yang menjadi lawan pertama pasukan Ivan Kolev, sukses melaju ke perempat-final di Piala Asia sebelumnya, yaitu tahun 2000.
Dipimpin pelatih kelas dunia yang pernah menangani Jepang di Piala Dunia 2002, Philippe Troussier, di atas kertas Qatar bisa menang mudah atas Indonesia. Namun, penantang asal Asia Tenggara ini tampil mengejutkan dengan trio penyerang mereka, Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas, dan Elie Aiboy.
Pada menit ke-25, tim Merah-Putih sukses menjebol gawang Qatar melalui Budi yang menyambut umpan Elie. Di babak kedua, Indonesia berhasil menambah gol melalui tembakan keras Ponaryo Astaman dari luar kotak penalti yang tak dapat diadang oleh kiper Qatar. Negara teluk ini baru bisa memperkecil kedudukan pada menit ke-83 melalui gol yang dicetak oleh Megid Mohamed. Kemenangan historis Indonesia itu memakan korban. Troussier harus kehilangan jabatan sebagai pelatih Qatar.
Sayang, di pertandingan berikutnya, Indonesia kalah telak lima gol tanpa balas dari tuan rumah Cina. Pada pertandingan terakhir, Indonesia juga harus menyerah pada Bahrain dengan skor 1-3. Satu-satunya gol Indonesia di pertandingan ini dicetak lagi oleh Elie.
Hasil akhir menempatakan Indonesia bertengger di posisi ketiga Grup A dengan tiga poin, unggul atas Qatar yang hanya mampu meraih satu poin. Sementara Cina dan Bahrain yang menduduki dua posisi teratas berhak lolos ke perempat-final. Meski gagal lolos ke perempat-final, Indonesia di Piala Asia 2004 menyisakan cerita indah kemenangan bersejarah dan perlawanan atas kemustahilan.
Piala Asia 2007
Tiga tahun setelah nyaris lolos dari fase grup Piala Asia, Indonesia yang kali ini bertindak sebagai salah satu tuan rumah lagi-lagi mencatatkan kejutan. Merah-Putih yang masih ditangani Kolev untuk Piala Asia 2007, sukses membalas kekalahan atas Bahrain tiga tahun sebelumnya.
Pada laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Indonesia menang 2-1 atas Bahrain pada pertandingan pertama. Sekitar 60 ribu penonton menjadi saksi Indonesia menghajar Bahrain yang menjadi semifinalis Piala Asia 2004 dan nyaris lolos ke Piala Dunia 2006 setelah dikalahkan Trinidad & Tobago di babak play-off.
Budi Sudarsono lagi-lagi menjadi bintang dengan golnya pada menit ke-14.
Namun, keunggulan itu hanya bertahan 13 menit. Sayed Jalal mencetak gol bagi Bahrain setelah menaklukkan Jendri Pitoy. Sempat diprediksi akan membalikkan ketertinggalan, Bahrain justru tunduk melalui gol Bambang Pamungkas pada menit ke-64. Penyerang ikonik yang akrab dipanggil Bepe ini menyambar bola muntah tendangan Firman Utina yang menghantam tiang gawang.
Kemenangan ini membuat SUGBK penuh sesak ketika Indonesia menghadapi Arab Saudi dan Korea Selatan di dua pertandingan berikutnya. Sayang, cerita kegagalan di Piala Asia 2004 kembali menghampiri Indonesia. Meski demikian, kali ini Merah-Putih tersingkir dengan lebih terhormat. Indonesia hanya takluk 1-2 dari Arab Saudi melalui gol di menit-menit akhir pertandingan dan hanya kalah 0-1 dari semifinalis Piala Dunia 2002, Korea Selatan.
Penampilan heroik Indonesia dalam dua edisi Piala Asia ini membuktikan potensi yang dimiliki sepak bola nasional yang sayangnya setelah itu kembali tertidur dengan tak pernah lagi tampil di kancah Piala Asia.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.