Salah satu ajang pemanasan yang dipakai sebagai persiapan timnas Indonesia jelang Asian Games, berakhir sedikit kurang menyenangkan. Di Nanggroe Aceh Darussalam, dalam ajang Aceh World Solidarity Cup, tuan rumah Indonesia harus merelakan gelar juara melayang kepada Kirgizstan.
Usai mencetak dua kemenangan di Stadion Harapan Bangsa yang penuh lumpur, skuat Garuda akhirnya menemui kekalahan di laga terakhir. Dua kemenangan atas Brunei Darussalam dan Mongolia menjadi tak berarti sebab di laga terakhir, Indonesia takluk dengan skor tipis 0-1 dari Kirgizstan lewat gol tunggal Saliev Askarbek.
Seperti dua laga timnas sebelumnya, laga ketiga kontra Kirgizstan juga berjalan di lapangan yang berlumpur, yang membuat corak permainan bola panjang kembali dipake Indonesia untuk menggempur lini pertahanan lawan. Kalau di dua laga sebelumnya Indonesia masih dipayungi Dewi Fortuna untuk mencetak empat dan tiga gol masing-masing, kali ini, keberuntungan yang sama tak menyapa.
Kirgizstan bermain disiplin, dengan tak melakukan beberapa kesalahan elementer di lini belakang seperti yang dilakukan Brunei dan Mongolia. Terlebih lagi, mereka juga cukup tajam dalam serangan balik dan cukup efektif memanfaatkan peluang. Gol Saliev di menit ke-20 ke gawang Andritany Ardhiyasa juga menjadi bukti betapa efektifnya serangan negara dari Asia Tengah ini. Babak pertama sendiri berakhir dengan keunggulan satu gol dari tim tamu.
Masuk ke babak kedua, beberapa pemain dimasukkan oleh Luis Milla, seperti misalnya Ilija Spaojevic, Yabes Roni Malaifani, dan sang wonderboy, Egy Maulana Vikri. Namun, karena pola main bola panjang masih kerap dilakukan ditambah lagi kondisi lapangan yang juga tak bersahabat, membuat laga babak kedua kembali berjalan tak efektif bagi timnas.
Serangan demi serangan tak mampu menembus lini belakang Kirgizstan yang bertahan cukup dalam dan mengandalkan serangan balik dengan bola panjang cepat langsung ke jantung pertahanan Indonesia. Babak kedua dan tambahan tiga menit di injury time tak kuasa membawa Garuda mencetak gol dan dipaksa mengakhiri turnamen sebagai juara kedua.
Walau tak diberi target juara, ada banyak pekerjaan rumah yang tersisa terkait performa skuat Garuda di Tanah Rencong. Pemanfaatan peluang, lini belakang yang masih keropos (kita hanya menang tipis 3-2 dari Mongolia), hingga ketajaman lini serang yang belum maksimal, membuat Luis Milla akan diberi banyak tugas untuk membenahi di persiapan menuju Asian Games 2018 pada Agustus tahun depan.
Oleh: redaksi