Dalam pertandingan apapun, takkan ada satupun pelaku yang suka dengan kekalahan. Sebab, kalah mendekatkan siapa saja dengan label pecundang. Situasi ini pula yang sedang coba dihindari oleh Martapura FC dan PSIS Semarang, dua klub yang sama-sama tumbang pada laga semifinal Liga 2 kemarin (25/11).
Secara tragis, Martapura FC dibekuk oleh Persebaya Surabaya dengan skor 1-3, sedangkan PSIS bertekuk lutut di hadapan PSMS Medan via skor 2-0 yang mesti dilalui hingga babak perpanjangan waktu.
Padahal, aksi-aksi yang ditunjukkan oleh kedua tim di partai semifinal itu sama sekali tidak buruk. Martapura FC cukup merepotkan Persebaya sedangkan PSIS bahkan lebih banyak menguasai jalannya sebelum akhirnya dibungkam oleh gol-gol dari kaki Frets Butuan dan Dimas Drajad.
Kondisi mengenaskan ini membuat Laskar Sultan Adam dan Mahesa Jenar bakal menempuh laga perebutan peringkat ketiga guna memperebutkan satu tiket tersisa guna promosi ke ajang Liga 1 per musim depan.
Satu tiket tersisa itu sendiri diyakini bakal membuat partai ini berjalan lebih seru dan panas ketimbang partai final yang melibatkan Persebaya dan PSMS. Karena dilihat dari sisi manapun, duel perebutan peringkat ketiga Liga 2 ini tak ubahnya partai hidup mati bagi masing-masing tim.
Pemenang dari laga ini akan menyusul Persebaya dan PSMS yang telah memastikan satu tempatnya di Liga 1 musim mendatang. Sialnya, tim yang kalah akan tetap bertahan di ajang Liga 2 dan mencoba peruntungannya kembali pada musim depan.
Keadaan riskan ini jelas ingin dihindari oleh Martapura FC maupun PSIS. Tak perlu heran juga bila motivasi mereka guna memenangi laga nanti akan berada di titik maksimal. “Jika punya kesempatan untuk naik kasta, mengapa harus bertahan di Liga 2” barangkali jadi mantra yang sudah dirapalkan Martapura FC dan PSIS supaya asa promosi ke liga tertinggi di Indonesia bisa digapai dengan cara yang sempurna.
Saya pun yakin, baik Frans Sinatra Huwae maupun Subangkit sebagai pelatih kedua tim akan menginstruksikan kepada anak asuhnya buat bertempur habis-habisan di partai yang akan dimainkan pada hari Selasa (28/11) nanti.
Do or die ataupun now or never menjadi tajuk yang paling pas untuk menggambarkan laga ini terkait intensitas dan emosi yang berkelindan di dalamnya. Sang pemenang akan tertawa riang sementara para pecundang akan merutuki nasib buruk yang menimpa mereka begitu peluit tanda berakhirnya laga dibunyikan oleh sang pengadil lapangan.
Layaknya partai semifinal kemarin, laga perebutan peringkat ketiga ini akan kembali dimainkan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Ini artinya, stadion yang dibuka pada tahun 2013 silam tersebut bakal menjadi saksi bisu tentang dua kesebelasan yang sedang mempertaruhkan segalanya guna lolos ke Liga 1 atau malah harus bertahan di Liga 2.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional