Karier Septian David Maulana melesat sama seperti ketika ia menggiring bola mengobrak-abrik pertahanan lawan. Dari bermain sepak bola di jalanan kota Semarang, masuk sekolah sepak bola (SSB) Bhaladika yang tersohor itu, bermain untuk timnas pelajar Indonesia, meraih gelar juara Piala Jenderal Sudirman bersama Mitra Kukar, hingga membela negara di ajang SEA Games 2017.
Menjadi unik ketika publik sedikit kesulitan mendeskripsikan apakah posisi yang sebenarnya dimainkan oleh Septian David Maulana. Ia sering berdiri tepat di belakang para penyerang, tetapi terkadang ia juga bermain melebar di posisi sayap. Istilah paling sesuai mungkin adalah trequartista, gelandang serang yang bersifat ofensif dan beroperasi di area sepertiga akhir bagian penyerangan.
Meskipun demikian, David memiliki pandangan tersendiri terkait posisi mana yang paling ia sukai.
“Sebenarnya kalau ditanya paling suka ditempatkan di mana, menurut saya baik di sayap atau pun main di belakang penyerang sama-sama nyaman. Tapi mungkin bermain di belakang penyerang lebih bebas dan bisa eksplorasi. Saya bisa bergerak ke mana saja, bisa ke kiri, ke kanan, ke depan, atau bahkan ke belakang.”
Mitra Kukar, kesebelasan yang dibela David, harus diakui mengalami musim yang buruk. Mereka memang berada di peringkat kesepuluh klasemen akhir, akan tetapi klub berjuluk Naga Mekes tersebut menelan kekalahan sebanyak 17 pertandingan. Sebuah hasil yang tentu tidak mengenakkan. Salah satu penyebab minornya penampilan Mitra Kukar musim ini ditenggarai salah satunya adalah disebabkan oleh pergantian pelatih.
Setelah Jafri Sastra dilepas karena dianggap tidak maksimal menjalankan tugasnya, lalu berlanjut ke Sukardi Kardok sebagai pelaksana tugas, berlanjut ke pelatih senior, Yudi Suryata. David juga mengakui bahwa ini adalah satu penyebab Mitra Kukar terperosok di musim kompetisi kali ini. Tetapi ia memilih untuk tidak menyalahkan siapapun.
“Kalau boleh berkata, kami, saya dan kawan-kawan lain sudah berjuang semaksimal mungkin. Tapi bisa jadi rezeki kami di musim ini hanya bisa sampai di sana saja. Mau bagaimana lagi,” ujar David.
“Pergantian pelatih mungkin bisa menjadi salah satu yang berpengaruh. Karena tentunya membutuhkan waktu untuk adaptasi ketika pelatih baru datang. Dari segi permainan kami harus adaptasi, dari segi taktik kami juga harus adaptasi.”
Kariernya melesat, tawaran muncul dari tidak hanya dari tim besar di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Negeri jiran Malaysia menjadi negara yang disebut-sebut akan menjadi pelabuhan karier selanjutnya.
“Soal musim depan sebenarnya saya tidak mau berbicara banyak, karena saya masih terikat kontrak bersama Mitra sampai Maret 2018. Tetapi saya akui memang ada banyak klub yang menunjukan minat. Soal bermain di Malaysia, ya saya juga menyimpan harapan yang sama seperti kebanyakan pemain lainya. Berkarier di luar negeri dan bisa terus berkembang. Manajemen Mitra juga sudah saya beri tahu, jika ada tawaran dari luar negeri untuk mengambil saya ya mesti diterima.”
Ketika ditanya apakah tawaran bermain juga datang dari klub idola masa kecilnya, Persib Bandung, begini jawaban David:
“(Terdiam sebentar lalu tertawa)…Kalau soal itu saya juga tidak bisa bilang. Yang pasti, siapa sih pemain yang tidak ingin memperkuat Persib? Sederhana saja. Tim besar, punya sejarah, dan suporternya juga fanatik. Apalagi saya sejak kecil memang senang banget menyaksikan Persib. Sesuatu yang bahkan sempat dibilang aneh karena saya kan sebenarnya orang Semarang.”
Mengakhiri obrolan, David kemudian bercerita tiga sahabatnya. Masih segar dalam ingatan bagaiman David bersama Yanto Basna, Dinan Javier, dan Yogi Rahadian, bahu-membahu di Mitra Kukar. Keempat bintang muda ini ternyata tidak hanya sinergis di dalam lapangan, tapi ereka juga memiliki hubungan yang sangat erat di luar lapangan.
Baca juga: Ada Apa dengan Yanto Basna?
Seperti yang diketahui bahwa kini hanya Yogi yang masih berada satu tim dengan David. Sementara Yanto dan Dinan sudah pindah ke kesebelasan-kesebelasan lain. David mengaku rindu.
“Ya, ada rasa pengen selalu bersama-sama dengan mereka. Ketika satu persatu pindah jelas terasa berat banget. Karena nyari kawan kayak mereka ya susah juga. Yang memang mengerti bagaimana kita.”
“Yang paling dirindukan tentu soal bercanda. Apalagi Yogi (Rahadian) selalu ketawa seperti tidak pernah berhenti. Karakter yang bahkan dicari meskipun kami sudah tidak berada di satu tim lagi. Bercanda kami memang terkadang kelewat batas, seperti antara Yogi dan Yanto yang biasanya kalau bercanda suka parah banget. Biasanya marah tapi sebentar, nanti balik biasa lagi,” pungkas David.
Sukses selalu, Septian David Maulana, trequartista dari Semarang.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia