Ditopang nama-nama seperti Youssef Chippo, Tahar El Khalej, Mustapha Hadji, Noureddine Naybet, dan Rachid Neqrouz yang merumput di sejumlah klub Eropa, tim nasional Maroko hampir saja mengulang catatan apik di Piala Dunia 1986 dengan lolos ke babak perdelapan-final Piala Dunia 1998.
Usai memainkan laga terakhirnya melawan Skotlandia di babak penyisihan Grup A, Maroko punya koleksi empat angka dan berpeluang untuk finis di bawah sang pemuncak grup dan favorit juara, Brasil.
Tapi sebuah kejadian tak terduga justru muncul saat Brasil bersua Norwegia, juga di laga pamungkas babak penyisihan Grup A. Diunggulkan menyapu bersih seluruh pertandingannya, tim Selecao malah takluk dengan skor 1-2 walau sudah unggul terlebih dahulu via Bebeto.
Dua gol Norwegia yang dilesakkan Tore Andre Flo dan Kjetil Rekdal pada sepuluh menit terakhir laga menjadi kejutan yang meremukkan hati para pemain, pelatih dan suporter Maroko. Sebab kemenangan Norwegia atas Brasil melapangkan jalan utusan Eropa tersebut ke babak perdelapan-final lantaran punya koleksi poin yang lebih tinggi dibanding Hadji dan kolega.
Tragisnya lagi, kegagalan melaju ke babak knock-out Piala Dunia 1998 juga memengaruhi performa Maroko setelah itu. Walau punya skuat yang cukup mentereng seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, tim berjuluk Singa Pegunungan Atlas ini tak sanggup lagi bermain eksepsional pada sejumlah ajang yang mereka ikuti.
Satu-satunya pengecualian terjadi di Piala Afrika 2004 tatkala Maroko yang diperkuat oleh sosok-sosok macam Marouane Chamakh, Talal El Karkouri, Youssef Hadji (adik Mustapha), Houssine Kharja dan masih dikapteni Naybet, berhasil lolos ke partai final. Nahasnya, saat itu mereka harus mengakui kedigdayaan sang lawan yang juga tuan rumah, Tunisia, dengan kedudukan akhir 2-1.
Khusus di ajang Piala Dunia, beberapa percobaan yang dilakukan Maroko pada babak kualifikasi zona Afrika bahkan tak pernah membuahkan hasil apik setelah keikutsertaan di Prancis ketika itu.
Namun sinar harapan untuk mentas di turnamen antarnegara paling bergengsi di dunia itu menyerinai lagi sekarang. Untuk sementara, Maroko duduk sebagai pemuncak klasemen Grup C babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika ronde ketiga. Singa Pegunungan Atlas unggul sebiji poin dari salah satu raksasa Afrika, Pantai Gading.
Dari lima partai yang sudah mereka selesaikan sejak tahun lalu, Maroko berhasil mengepulkan sembilan angka hasil dari sepasang kemenangan dan tiga kali imbang. Rekor tersebut jadi semakin hebat karena gawang Maroko juga belum pernah dibobol oleh lawan-lawannya.
Sejumlah media lokal menyebut bila peningkatan performa yang diperlihatkan Maroko dalam kurun satu tahun terakhir adalah berkat tangan dingin Herve Renard, mantan pelatih yang sukses membawa Zambia jadi kampiun Piala Afrika 2012. Didapuk sebagai pelatih anyar per tahun 2016 kemarin, federasi sepak bola Maroko (FRMF) secara khusus meminta Renard untuk membenahi performa Singa Pegunungan Atlas agar lebih menggigit.
Pelatih berpaspor Prancis berusia 49 tahun itu dirasa mumpuni dalam mengatur strategi bertanding plus memperkokoh mentalitas anak asuhnya. Sejauh ini, usaha pembenahan yang dilakukan Renard tampak membuahkan hasil karena Maroko bukan lagi tim yang mudah ditundukkan.
Di tangan Renard, Maroko ibarat batalyon tempur yang siap bertarung habis-habisan di setiap laga. Kombinasi penggawa berpengalaman dalam diri Nordin Amrabat, Medhi Benatia (kapten kesebelasan), Mbark Boussoufa, Nabil Dirar, dan Karim El Ahmadi, dengan sosok-sosok belia berkualitas prima macam Sofyan Amrabat, Sofiane Boufal, Achraf Hakimi, Mimoun Mahi, sampai Hakim Ziyech, sungguh menjanjikan.
Menariknya, jatah lolos otomatis dari Grup C akan ditentukan oleh pertemuan Maroko dan Pantai Gading pada 11 November esok. Pemenang dari laga yang akan dimainkan di Stadion Felix Houphouët-Boigny tersebut pasti terbang ke Rusia guna berjibaku di Piala Dunia 2018.
Berstatus sebagai tuan rumah, Pantai Gading tentu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang terhampar di depan mata. Apalagi, satu-satunya jalan bagi Wilfried Zaha dan kolega untuk tampil di Negeri Beruang Merah hanya dengan memetik kemenangan.
Walau berada pada posisi yang agak riskan karena harus bermain tandang, namun motivasi Maroko sedang berada di titik puncak. Impian mentas untuk periode ketiga di Piala Dunia yang telah berusia dua dekade mesti diperjuangkan hingga titik darah penghabisan kali ini.
Duel antara Maroko dan Pantai Gading di laga pamungkas Grup C babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika ronde ketiga nanti pasti akan berlangsung sengit dan panas. Masing-masing kubu akan bermain total dan maksimal.
Pertanyaannya, sanggupkah Maroko di bawah asuhan Renard mewujudkan impian lamanya tersebut?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional