Nasional Bola

18 tahun Ultras Gresik: Ujian Kebersamaan

Gresik adalah sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur. Kabupaten yang pada masa Wali Songo tersohor sebagai salah satu pelabuhan dagang yang cukup besar. Banyak pedagang dari penjuru nusantara singgah ke Gresik, mulai dari urusan berdagang hingga menyebarkan agama. Tidak sedikit pula masyarakat Gresik yang berprofesi sebagai nelayan atau pedagang. Profesi yang mengharuskan mereka berkelana, merantau jauh dari kampung halaman.

Merantau mendorong kemampuan seseorang keluar dari batasnya. Batas-batas yang akan sulit dilihat oleh mereka yang tinggal menetap seumur hidupnya. Memaksa mereka keluar dari zona nyamannya. Banyak orang yang akhirnya terlahir kembali dari perantauan. Terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Ultras Gresik inilah yang kemudian menjadi bagian dari mereka yang terlahir di tanah perantauan. Pada 5 November 1999, seorang pemuda Gresik yang merantau ke Malang untuk pertama kali mencetuskan nama Ultras sebagai kelompok pendukung kesebelasan Petrokimia Putra kala itu. Nama Ultras sendiri merujuk pada sebutan suporter klub sepak bola yang militan dari Italia. Ditambah dengan kata Gresik untuk menegaskan identitas bahwa ini adalah kelompok suporter yang berasal dari Gresik.

Pemilihan kata Ultras sebagai nama terdengar sok ngitali. Banyak yang beranggapan demikian. Hal tersebut tidak lepas dari popularitas Serie A Italia pada era tersebut di Indonesia. Kultur sepak bola Italia pun ikut terbawa masuk dan memberi peran dalam memengaruhi budaya sepak bola Indonesia, khususnya Gresik.

Namun jangan salah, Ultras Gresik berbeda dari Ultras di negara asalnya sana. Jika di Italia kata Ultras berdiri sendiri, Ultras Gresik memiliki makna ganda. Selain bermakna sebagai kelompok suporter yang militan, Ultras dari Gresik juga adalah sebuah akronim dari ulah terampil rasional. Lewat akronim tersebut, Ultras Gresik berusaha untuk tidak melupakan akar budayanya sendiri. Nama boleh impor, tapi cara mendukung tetap produk dalam negeri. Bukankah hidup ini adalah tentang mengamati, meniru, lalu memodifikasi?

Luki dan rekan-rekannya pada waktu itu berusaha keras untuk membesarkan nama Ultras Gresik. Bukan perjuangan yang mudah. Banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Mereka berusaha supaya Ultras Gresik tetap pada jalurnya. Berjalan sesuai dengan visinya yang tertuang dalam akronim nama mereka. Berkat usaha Luki juga kawan-kawannya, Ultras Gresik mulai dikenal di seantero nusantara.

Tawa, tangis, peluh, dan darah mewarnai perjalanan Ultras Gresik. Tawa saat Petrokimia Putra menjadi juara pada tahun 2002. Tangis saat mengetahui bahwa tim Petrokimia Putra harus terdegradasi. Peluh hasil dari kerja keras untuk menjaga sepak bola Gresik tetap hidup meskipun berkali-kali berganti nama. Hingga darah yang mengalir akibat bentrokan yang sesekali terjadi. Semua itu atas dasar kecintaan mereka pada Gresik lewat sepak bola.

Kesalahan adalah hal yang biasa dalam diri setiap manusia. Manusia-manusia yang menjadi bagian dari Ultras Gresik juga tak luput dari kesalahan. Namun dari kesalahan tersebut mereka berusaha untuk memeperbaikinya dan menjadi lebih baik lagi.

Pada masanya Ultras Gresik juga pernah bertikai dengan kelompok suporter lain. Namun, mereka tidak mau terlarut dalam kebencian yang membutakan hati. Langkah rekonsiliasi pun ditempuh. Ego ditaklukkan. Lalu dituangkan dalam slogan, alangkah indahnya bersatu, yang dihayati dan diamalkan dengan penuh kesadaran. Mereka sadar bahwa perbadaan klub yang didukung tidak akan mengubah fakta bahwa semua adalah satu saudara, bangsa Indonesia. Ini salah satu yang menjadikan Ultras Gresik lebih baik lagi dari masa ke masa.

Hari ini, 5 November 2017, Ultras Gresik genap berusia 18 tahun. Usia peralihan dari remaja menuju dewasa. Di ulang tahunnya yang ke-18 ini, Ultras Gresik mendapat hadiah terbaik dari tim kebanggannya, Persegres Gresik United. Dikemas dan disimpan secara rapi selama hampir satu musim. Diletakkan dalam rak nomor 18. Diberikan kepada Ultras Gresik justru sebelum mereka berulang tahun supaya memberi efek kejutan. Hadiah terbaik itu bernama degradasi.

Degradasi adalah sebuah alat. Alat untuk menguji loyalitas Ultras Gresik. Alat untuk mengetahui apakah Ultras Gresik di ulang tahunnya ke-18 ini, sudah layak disebut dewasa atau belum. Cara kerja alat ini adalah dengan mempengaruhi pikiran Ultras Gresik. Memaksa mereka memilih antara tetap berjuang untuk mengembalikan kejayaan sepak bola Gresik, atau berhenti lalu berpaling mendukung tim kota lain. Namun yang unik dari alat ini adalah, tidak ada paksaan bagi siapapun untuk memilih pilihan tersebut. Semuanya kembali pada pilihan masing-masing.

Namun, bagi siapapun individu Ultras gresik yang memilih pilhan pertama dan sanggup melaluinya, ia akan terlahir kembali menjadi Ultras Gresik yang lebih dewasa. Kuncinya ada pada melaluinya secara bersama. Kebersamaan yang sejatinya menjadi jiwa dari Ultras Gresik. Kebersamaan juga yang membuat Ultras Gresik selalu sanggup melalui berbagai rintangan dan menjadi besar hingga saat ini. Dengan kebersamaan, tidak ada yang tidak mungkin bagi Ultras gresik.

Selamat ulang tahun Ultras Gresik. Bersama, kita kuat!

Author: Arif Dimas (@esoensamid)