Tercatat 858 laga, dua dekade, dan sebuah kejayaan, sudah dipersembahkan Javier Zanetti untuk Internazionale Milano, l’amante, sang kekasih. Bahkan ketika menyatakan dirinya pensiun pada tahun 2014, Zanetti tak benar-benar meninggalkan belahan hatinya. Saat ini, legenda asal Argentina tersebut menjabat sebagai Wakil Presiden Internazionale.
Maka menjadi tegas bukan judul di atas, bahwa Internazionale bermakna begitu dalam untuk Zanetti. Oleh sebab itu, ketika memutuskan pensiun, Zanetti menyambut kesempatan dari manajemen untuk tetap bersama Nerazzuri. Ia percaya bahwa inverstor yang baru datang saat itu akan membawa Internazionale ke babak baru, masa depan yang lebih gemilang.
“Suning adalah sebuah grup dengan ambisi yang begitu besar. Mereka sangat serius dengan proyek mereka di sini. Mereka juga sangat menghormati sejarah Internazionale Milano. Bersama, kami punya tujuan untuk mengembalikan Internazionale ke persaingan untuk memenangi trofi prestisius. Klub ini sudah mulai membangun dasar yang kuat untuk melakukan lompatan tersebut. Suning sangat membantu kami,” tegas Zanetti kepada The Independent.
Seperti yang sudah diketahui, Internazionale merupakan klub Italia pertama yang diambil alih oleh korporasi dari Cina, yaitu Suning. Perdebatan terkait status kepemilikan sempat memanas mengingat tradisi orang Italia terkait klub sepak bola yang begitu kuat. Oleh sebab itu, Zanetti menegaskan bahwa Suning tak hanya tetap menghormati sejarah klub, namun menjadi “investor yang baik”, demi masa depan Internazionale sendiri.
Sebagai wakil presiden, penegasan Zanetti memang punya landasan yang kuat. Suning tak hanya berinvestasi kepada “hasil” di atas lapangan. Korporasi raksasa tersebut juga “membangun dasar” yang kokoh, seperti kata Zanetti. Dasar yang kokoh tersebut diwujudkan ke dalam Inter Media House, sebuah kompleks terpadu nan modern.
Inter Media House adalah sebuah kompleks terpadu, di mana di dalamnya mencakup press room yang baru. Selain itu, Suning juga membangun kompleks latihan dengan standar paling sundul langit. Bahkan, kompleks latihan tersebut mendapatkan label state of the art, di mana artinya menjadi salah satu terbaik di dunia.
Inter Media House seperti menjadi “wajah rupawan” bagi klub, terutama sebagai salam perkenalan kepada suporter baru yang jumlahnya semakin bertambah. Zanetti sendiri menyebut Inter Media House sebagai, “Sebuah tempat dengan tujuan unutuk membantu kami merangkul basis suporter yang lebih luas dan membantu mengembangkan nilai-nilai penting terkait merek Internazionale.”
Hubungan dengan basis suporter sendiri sangat penting untuk terus dipertebal. Meski sudah berjalan tiga tahun, status kepemilikan masih akan menjadi isu ketika klub tak berprestasi. Produksi isu negatif tersebut yang ingin dikikis oleh Zanetti. Dan sebagai wakil presiden, sekaligus legenda di atas lapangan, Zanetti mensyukuri kesempatan yang ia dapat.
“Saya mendapatkan keistimewaan untuk bisa berkeliling dunia dan bertemu banyak suporter Internazionale. Jadi memang sangat penting untuk mempertahankan hubungan antara klub dengan basis suporter.”
Dasar etos kerja dan kesetiaan Zanetti
Zanetti bekerja begitu keras untuk kekasihnya, Internazionale. Selain wakil presiden, Zanetti tentu diingat sebagai salah satu legenda terbesar bagi Biru Hitam. Tercatat 15 dari 16 trofi yang dinikmati Internazionale terjadi di bawah pengawasan Zanetti sebagai kapten. Ia memberi teladan dengan bekerja, sekeras mungkin. Dari mana etos luar biasa itu berasal?
Zanetti tumbuh dan berkembang di sebuah wilayah di Argentina yang disebut Dock Sud. Lingkungan tempatnya berkembang bukan lingkungan berasa, mewah. Namun, di tengah kesulitan tersebut, warga Dock Sud justru begitu dekat satu sama lain, saling membantu. Dari kehidupan serba kekurangan, Zanetti belajar soal tenggang rasa dan perjuangan.
“Ibu saya tukang bersih-bersih dan bapak saya seorang tukang bangunan. Saya menyaksikan sendiri keduanya berkorban begitu besar supaya saya dan kakak saya bisa belajar. Dari sini saya mendapat etos kerja saya. Pengorbanan kedua orang tua saya juga yang membuat saya selalu ingin berbagi dan membantu sesama.”
Selain dari kedua orang tua, jiwa pekerja Zanetti juga berasal dari kekecewaan. Ketika masih kecil, Zanetti pernah dikeluarkan dari akademi Independiente karena dirasa fisiknya terlalu kecil. Setelah “ditendang” dari akademi, ia membantu ayahnya bekerja di proyek bangunan. Dari sini, Zanetti belajar soal kerja keras lebih dalam lagi.
“Saya suporter Independiente dan pernah bermain untuk akademi mereka sebelum akhirnya dikeluarkan karena badan saya dirasa terlalu kecil. Jadi, saya putuskan untuk membantu bapak saya bekerja sebagai tukang bangunan. Pengalaman ini membantu saya memahami banyak hal di hidup ini. Pekerjaan ini memperkuat mental saya dan meyadarkan saya untuk mencoba bermain untuk tim lain.”
Dan selebihnya adalah sejarah. Zanetti memberanikan diri datang ke Milan. Ia enggan mengubur mimpinya sebagai pesepak bola, meski sempat sangat kecewa dan memutuskan membantu keluarga saja. Pilihan Zanetti untuk bergabung ke Internazionale memang tidak salah. Ia merasa diterima masuk ke dalam sebuah keluarga besar yang saling menjaga.
“Orang-orang sangat terbuka dengan saya. Mereka sangat membantu dan percaya dengan kemampuan saya, terutama manajer Ottavio Bianchi. Dan itulah alasan mengapa saya bisa mendapatkan kesempatan bermain begitu banyak di musim perdana.” Merasa diterima dan dicintai, Zanetti pun mengukuhkan masa depannya hanya untuk Internazionale.
Baca juga: Surat Cinta Mbah Budi kepada Javier Zanetti
Kesan yang mendalam itulah yang membuat Zanetti dengan yakin menolak tawaran Sir Alex Ferguson yang ingin membawanya ke Manchester United. “Bertemu dengan Sir Alex Ferguson adalah momen yang spesial karena saya sendiri mengormati dan mengagumi dirinya. Sebuah klub sebesar Manchester United menginginkan saya adalah sebuah hal yang bisa saya banggakan.”
“Hal yang sama berlaku untuk Barcelona dan Real Madrid, masing-masing dengan sejarah yang kaya. Saya sangat bersyukur mereka tertarik kepada saya. Namun, niat saya sejak awal adalah terus bertahan di Internazionale. Saya ingin selalu bisa ada di sini dan membantu klub memenangi piala-piala penting,” tegasnya.”
Maka terjadilah, Zanetti masuk ke dalam jajaran pemain luar biasa itu, para pemain yang menghabiskan kariernya bersama satu klub saja seperti Choirul Huda dengan Persela Lamongan (beristirahatlah dengan damai, cak).
“Internazionale Milano adalah hidup saya,” kata Zanetti. Sebuah penegasan paling hakiki terkait posisi sebuah klub di hati seseorang. Ketika diterima sebagai anggota keluarga, ketika dihargai dan dibutuhkan, seorang manusia bisa melakukan apa saja demi keluarga barunya. Apa saja dan yang bisa dilakukan Zanetti, yang paling sederhana, adalah bersetia.
Bisakah Anda bersetia dengan sesama?
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen