Selama pengabungan Liga Galatama dan Perserikatan menjadi Liga Indonesia di tahun 1994, sudah banyak sekali penyerang yang unjuk gigi di pentas sepakbola nasional. Dari mulai penyerang haus gol, hingga penyerang yang haus bermain karena hanya duduk di bangku cadangan. Dari sekian banyaknya pemain depan tersebut, ternyata hanya ada enam pemain yang bisa mencetak lebih dari 30 gol di Indonesia.
Siapa saja mereka?
Peri Sandria (Bandung Raya) LIGINA 1994/1995 – 34 Gol
Legenda yang terlupakan, mungkin kalimat tersebut cocok disematkan pada salah satu penyerang lokal terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini. Peri Sandria mungkin dilupakan karena keputusannya untuk gantung sepatu lebih awal dikarenakan cedera lutut yang dialaminya.
Pemain era 1990-an ini adalah penyerang garang dan ganas di depan gawang lawan. Prestasinya cukup mengilap dengan membawa Indonesia menjuarai SEA Games 1991 dan membawa klubnya Bandung Raya menjuarai LIGINA edisi kedua tahun 1995/1996.
Dan yang paling dikenang pecinta sepak bola Indonesia adalah rekor torehan 34 golnya di LIGINA 1994/1995 yang hingga kini masih belum terpecahkan, bahkan belum bisa disamai oleh penyerang lokal lain sekaliber Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas maupun Boaz Salossa.
Peri bisa jadi beruntung karena semasa bermain dirinya sempat mendapat polesan dari pelatih berkualitas saat itu yakni Anatoly Polosin (Timnas SEA Games) dan meneer Henk Wullem (Bandung Raya). Salah satu menu latihan yang hingga kini mungkin belum pernah dicoba oleh pemain lain adalah suatu hari dirinya pernah digembleng Henk Wullems untuk beradu lari dengan anjing herder milik Kodam III Siliwangi. Dengan proses latihan seperti itu sudah bias ditakar bagaimana kualitas fisik dari seorang Peri Sandria saat itu.
Dejan Glusevic (Bandung Raya) LIGINA 1995/1996 – 30 Gol
Siapa tak kenal dengan Dejan Glusevic?
Pemain asal Serbia yang mendarat di Indonesia untuk memperkuat Pelita Jaya di tahun 1994 ini langsung seketika menjadi buah bibir. Bukan semata karena dirinya yang sempat dikontrak klub sarat tradisi Red Star Belgrade, namun kebuasan kaki dan kepalanya dalam mencetak gol menjadi magnet tersendiri bagi penonton untuk menyaksikan Pelita Jaya bertanding.
Puncaknya saat Dejan dipinjamkan memperkuat Bandung Raya di edisi kedua LIGINA, dirinya mencetak 30 gol dari 33 pertandingan dan membawa Bandung Raya menjuarai Liga Indonesia 1995/1996.
Tandem Peri Sandria ini merupakan sosok mengerikan ketika menguasai bola di area pertahanan lawan. Aksi-aksinya yang selalu penuh tenaga menjadi momok yang mengerikan bagi para pemain belakang di era 1990-an.
Selain berduet dengan Peri Sandria, Dejan juga pernah berpasangan dengan Kurniawan Dwi Yulianto saat membela Pelita Jaya. Produktivitas golnya kembali meningkat saat Liga Indonesia 1998, namun sayang karena situasi politik, kompetisi harus dihentikan dan Dejan memutuskan untuk hijrah ke Singapura.
Legenda ekspatriat ini kini menjadi pelatih Vanuatu U-20 yang bermain di Piala Dunia U-20 tahun 2016 lalu di Korea Selatan. Vanuatu sendiri adalah sebuah negara kepulauan di Oseania. Dalam sebuah kesempatan, Dejan mengutarakan dirinya tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke Indonesia. Bahkan beberapa waktu yang lalu namanya sempat dikaitkan dengan klub ibu kota, Persija Jakarta. Layak ditunggu kiprahnya sebagai pelatih di Indonesia, akankah sesukses saat dirinya menjadi juru gedor yang begitu ditakuti.
Oscar Aravena (PSM Makassar) LIGINA 2003 – 31 Gol
Penyerang asal Cile ini memperkuat tim Juku Eja PSM Makasar di Liga Indonesia 2003. Berduet dengan Cristian Gonzales, kedua penyerang Amerika Latin ini menajadi duet tersubur di pentas sepak bola nasional. Total 60 gol dibuat oleh kedua “monster kotak penalti” ini.
Aravena memiliki dribel bola yang mumpuni, kecepatan larinya juga cukup merepotkan bek lawan. Seakan melengkapi insting golnya yang memang sangat baik. Padahal, Aravena yang semusim sebelumnya bermain bersama Persela Lamongan, tampil biasa saja. Sepertinya dirinya menjelma menjadi mesin gol super saat menemukan duet sehatinya, Cristian Gonzales.
Usai melawati tahun 2003 yang luar biasa bersama PSM Makassar dan mencetak 31 gol, Aravena tidak melanjutkan kontraknya di PSM. Ia lebih memilih kembali ke klub lamanya, Persela Lamongan. Bak déjà vu, ketajamannya kembali hilang di Lamongan. Musim buruk itu pun dilaluinya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Chle, negaranya.
Tahun 2006, Aravena mencoba peruntungannya dengan kembali ke Indonesia dan memperkuat Persija Jakarta. Namun dirinya hanya mampu membuat satu gol saja yang akhirnya menjadi sebab bagi Persija melepas pemain ini. Sebenarnya Aravena memliki kans untuk kembali ke PSM Makassar di tahun 2010 dan mengulang kisah manisnya di sana. Namun perekrutan tersebut terganjal regulasi.
PSM urung mengontrak Aravena karena sang pemain hanya bermain setengah musim di klub sebelumnya. Sesuai regulasi, setiap pemain asing harus bermain satu musim dengan klub lamanya sebelum berkiprah di Liga Indonesia.
Cristian Gonzales (Persik Kediri) – 32 Gol
Penyerang Uruguay yang kini telah mengantongi paspor Indonesia ini sulit dipisahkan dari cerita gemerlap kompetisi nasional medio 2000-an hingga sekarang. Malang-melintang di beberapa klub sejak 2003, PSM Makassar, Persik Kediri, Persib Bandung, Persisam Samarinda, dan Arema sudah terpuaskan oleh kualitas jempolan pemain yang dijuluki El Loco ini.
Empat kali menjadi top skor sudah lebih dari cukup baginya untuk unjuk kualitas. Bahkan di tahun 2006, Gonzales mampu mencetak 32 gol dalam semusim sekaligus mengantarkan klubnya Persik Kediri menggapai gelar juara Liga Indonesia.
Penyerang legendaris yang kini sudah menginjak usia 41 tahun ini masih aktif bermain di kompetisi teratas Liga 1 2017 bersama Arema FC. Selama berpetualang di Indonesia, El Loco sudah membuat total 224 gol dan 11 gol bagi tim nasional Indonesia dengan 25 penampilannya bersama timnas semenjak dinaturalisasi.
Pemain yang dikenal dengan kecerdikannya di kotak penalti ini lahir di Montevideo, Uruguay, dan sempat juga dipanggil ke timnas Uruguay U-20 pada tahun 1994. Cristian Gonzales adalah legenda hidup sepak bola nasional yang sulit dipisahkan dari gemuruh Liga Indonesia.
Fortune Udo (Persiba Bantul) Divisi Utama 2011 – 34 Gol
Pemain asal Abuja, Nigeria, kelahiran 1988 ini, bernama asli Ekeocha Stanley. Udo memulai karier sepak bolanya dengan memperkuat tim junior Jos United, sebuah klub lokal di Nigeria, selama beberapa musim hingga tahun 2005.
Pada tahun 2006, dirinya memutuskan untuk meninggalkan negaranya dan memulai petualangan sepak bola ke negara asing. Singapura menjadi persinggahan pertama pemain ini. Memulai debut di S-League, Udo berhasil mencetak lima gol dari sepuluh penampilannya, sebelum akhirnya cedera lutut membekapnya dan mengharuskannya menepi selama semusim penuh.
Kariernya di Indonesia sendiri dimulai bersama Arema kala bermain setengah musim dan hanya mencetak empat gol, yang membuatnya harus tersingkir dan berlabuh ke Persikab Kabupaten Bandung. Di klub Dalem Bandung, Udo hanya mampu mencetak 9 gol dari total 22 penampilannya. Membuat kontraknya kembali tak diperpanjang klub saudara kandung Persib Bandung tersebut.
Musim 2011 adalah musim terbaik pemain ini. Bermain bersama Persiba Bantul di Divisi Utama, Udo berhasil tampil fantastis dengan mencetak total 34 gol dari 26 pertandingan yang ia jalani, sekaligus membawa Persiba menjuarai Divisi Utama dengan mengalahkan Persiraja Banda Aceh di partai final dengan skor 1-0. Dengan hasil tersebut Persiba pun berhak untuk promosi ke liga teratas yang saat itu bernama Indonesia Premir League.
Selepas bermain di Bantul, Udo melanjutkan petualangannya ke Liga Vietnam dan Israel sebelum akhirnya kembali ke Indonesia dan bermain bersama Persik Kediri. Angin segar sempat berhembus bagi pemain ini saat tahun 2014 dirinya hampir dikontrak klub papan atas Indonesia, Persib Bandung, namun klub kebanggan Bobotoh tersebut urung mengontraknya kareka Udo tidak mampu menunjukan kualitas sebagai penyerang haus gol.
Sylvano Comvalius (Bali United) Liga 1 2017 – 30 Gol (Sementara hingga 10 Oktober 2017)
Dan nama terakhir adalah pemain asal Belanda yang bermain untuk Bali United, Sylvano Comvalius. Pemain kelahiran Amsterdam 30 tahun silam ini hingga pekan ke-28 Go-Jek Traveloka Liga 1, sudah sukses menorehkan 30 gol bagi Bali United. Tidak jarang, penyerang jangkung ini mencetak dua, tiga, empat, bahkan lima gol dalam satu pertandingan.
Lima gol ia borong saat Bali United menghancurkan Mitra Kukar dengan skor 6-1 beberapa waktu lalu. Comvalius menjadi mimpi buruk bagi kiper lawan saat ini.
Pemain jebolan akademi Ajax ini bukan hanya piawai mencetak gol saja, Comvalius yang diajak Irfan Bachdim bergabung bersama Bali United, hingga tulisan ini dibuat sudah membuat total tujuh asis bagi rekan setimnya di Bali United. Pemain yang dikenal pekerja keras ini diketahui pernah bekerja sampingan agar bsa mendapatkan uang hanya untuk ongkos pergi berlatih sepak bola. Sebuah perjuangan yang tidak mudah hingga dirinya bias mencapai karier sepak bola sampai sekarang.
Dengan toerahan 30 gol hingga pekan ke-28 ini, bukan tidak mungkin rekor jumlah gol Liga Indonesia dalam semusim yang masih dipegang oleh Peri Sandria semenjak 22 tahun silam tersebut akan segera terpecahkan. Bali United sekarang masih memiliki enam laga sisa.
Bukan pekerjaan sulit tentunya bagi Comvalius untuk sekadar membuat lima gol lagi untuk melampaui rekor Peri Sandria. Tentunya jika Comvalius berhasil melampaui rekor gol tersebut, akan lebih sempurna jika sekaligus membawa klubnya menjuarai Liga 1 2017. Bali United sendiri berada di peringkat kedua terpaut empat poin dari pemuncak klasemen Bhayangkara FC yang mengemas 59 poin dengan jumlah bermain yang sama.
Namun sayang, Comvalius bukanlah pemain lokal, karena pada suatu kesempatan, sang pemegang rekor, Peri Sandria, pernah memberi tantangan akan memberikan trofi sepatu emasnya jika di kemudian hari ada pemain lokal yang bisa memecahkan rekor 34 golnya dalam semusim.
Kenapa harus pemain lokal? Karena memang yang terjadi adalah Indonesia susah mencetak penyerang lokal yang benar-benar berkualitas karena kesempatan bermain habis oleh pemain asing. Tidak jarang pemain muda hanya menjadi pemanas bangku cadangan sampai kariernya redup bahkan sebelum menyala.
Sebuah tantangan dari Peri Sandria yang mudah-mudahan bias memotivasi pemain muda maupun pengurus klub, agar di masa yang akan datang ada tulisan yang berjudul “Daftar Pemain Lokal yang Bisa Mencetak 40 Gol dalam Semusim.”
Author: Aris S. Amrullah
Penulis Arisweb, sudah berhenti berkicau di akun @bdgwb