30 Agustus 2016, Internazionale Milano berhasil mendapatkan tanda tangan salah satu pemain muda terbaik di dunia. Ia adalah Gabriel Barbosa, yang didatangkan dengan dana 29 juta euro. Permata yang masih perlu dipoles tersebut diperkirakan akan menjadi bintang masa depan, meski nyatanya tengah “terdampar” di Portugal bersama Benfica.
Gabriel “Gabigol” Barbosa sempat disamakan dengan Neymar, meski cara bermain keduanya sangat berbeda. Penampilan memukau ketika masih belia, membat Gabigol diincar banyak klub besar. Ia memilih Internazionale, dan datang dengan ekspektasi tinggi. Namun sayang, nampaknya jalan karier Gabigol tengah mengarah ke “jalur Robinho”, alih-alih “jalan Neymar”.
Gabigol sendiri tak mau disebut “wonderkid yang gagal”. Ia merasa kariernya bersama Nerazzuri bukan sebuah kegagalan. Gabigol optimis bahwa kerja keras yang “akan” ia lakukan bersama Benfica akan berbuah manis. Dalam sebuah wawancara bersama A Bola, salah satu harian di Portugal, Gabigol mengungkapkan optimismenya.
“Saya tidak merasa gagal ketika masih bersama Internazionale. Akan selalu sangat sulit bagi pemain Brasil yang baru saja datang ke Eropa untuk langsung bisa mencetak 20 hingga 30 gol di tahun pertama. Saya bergabung bersama Internazionale ketika masih sangat muda. Saat itu, saya masih 20 tahun. Saya akan selalu menjadi Gabigol, baik di Internazionale, Santos, Benfica, dan Brasil. Ini hanya soal kerja keras. saya akan bekerja keras dan menunggu kesempatan datang.”
“Sepak bola Eropa sangat berbeda dari satu negara dengan negara lainnya. Italia sangat berbeda dengan Brasil dan tentu saja dengan Portugal. Saya harus bisa beradaptasi dengan perbedaan tersebut.”
“Saat ini, saya berada di Portugal, di mana tempo sepak bola lebih cepat dan lebih dinamis. Saya harus bersabar dan menunggu kesempatan datang. Saya sudah memberikan segalanya untuk tim saya dan yang paling penting adalah kemenangan tim, bukan soal saya berhasil mencetak gol. Gol akan datang secara alami, dan saya tidak terobsesi mengejar gol.”
“Bersama Benfica, saya bermain sebagai penyerang tengah dan pemain sayap, karena saya bisa memainkan kedua peran tersebut. Saya sudah punya banyak tanggung jawab di pundak saya sejak masih berusia delapan tahun. Jadi, situasi ini masih normal untuk saya.”
Menanggapi rumor bahwa Banfica tidak puas dengan Gabigol yang malas dan tidak bisa memahami taktik pelatih dan ingin mengembalikannya ke Internazionale, Gabigol menegaskan bahwa ia ingin bertahan selama satu musim penuh.
Meski menegaskan bahwa dirinya tidak gagal bersama Internazionale, kenyataan berbicara bahwa Gabigol “didepak” dari skuat. Kerja keras yang sudah ia canangkan, tak boleh hanya menjadi wacana saja. Kelak, ketika ia kembali ke Internazionale, kesempatan bermain masih akan tetap terbatas. Di tengah situasi itu, hanya kerja keras yang bisa menjadi pegangan.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen