Kecintaan kepada Napoli
Sepuluh musim bersama satu klub bukanlah waktu yang sebentar, terlebih pada era sepak bola modern di mana banyak klub yang rela mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak wajar untuk membeli dan menggaji pemain. Kesetiaan pemain kepada satu klub seperti dongeng masa lalu saja.
Sebagai pemain yang performanya stabil dan memiliki kemampuan istimewa, Hamsik jelas tidak satu-dua kali mendapatkan tawaran menarik, baik dari sesama klub besar Italia seperti Milan dan Juventus, maupun dari klub sebesar Manchester United.
Tawaran untuk “mandi uang” pun didapatnya pada Januari 2016 ketika sebuah klub asal Cina yang tidak disebutkan namanya memberikan penawaran. Ketika sesama bintang Serie A seperti Fredy Guarin atau Gervinho memutuskan pindah, Hamsik tetap pada pendiriannya untuk bertahan di Napoli.
Ditolaknya tawaran-tawaran menarik ini menggambarkan kesetiaan yang dalam dari pemain yang menjadi aktor utama tersingkirnya Italia pada babak penyisihan grup Piala Dunia 2010 ini. Rasanya, kecintaan Hamsik kepada Napoli sudah sulit ditakar. Kota Napoli, menurutnya, adalah sebuah kota sepak bola, di mana darah sepak bola mengalir di tiga juta penduduknya.
“Di Napoli, kami tidak hanya memiliki satu manajer. Kami memiliki tiga juta,” ujarnya. “Setiap pria, wanita dan anak-anak tahu apa yang terbaik untuk Napoli. Anak kecil berusia empat tahun merasa bisa mencetak gol lebih banyak dan nenek berusia 90 tahun bisa mengajari Anda untuk mengganti formasi.”
Baca juga: Marek Hamšík yang Terlalu Mencintai Napoli
Hamsik juga tidak berlebihan ketika menyebut sepak bola seperti agama bagi kota ini. Dalam satu tayangan, di sebuah gereja di kota Napoli, sang pastur mengakhiri doa dengan menyebut kata “Forza…” yang kemudian diikuti para jemaatnya dengan kata “Napoli!” bagaikan dirigen sebuah kelompok ultras ketika mendukung timnya di stadion. Alasan-alasan seperti inilah yang menjadikan Napoli sebagai klub yang akan terus ingin dibela Hamsik hingga kelak ia pensiun.