Sebuah nyanyian atau chant biasa didendangkan suporter klub sepak bola untuk menunjukkan apresiasi mereka ke klub atau pemain kesayangan mereka. Namun, chant yang ditujukan suporter Manchester United (MU) untuk pemain barunya, Romelu Lukaku, tampak tidak tepat penggunaannya.
Nyanyian itu memang bentuk apresiasi, namun dengan cara yang sama sekali salah. Lirik yang terkandung di lagu bagi Lukaku itu berisi kata-kata yang tidak pantas ditambah dengan bau-bau rasisme. Nyanyian itu kini mendapat banyak protes dari sesama pendukung MU, serta pihak klub juga mengimbau agar lagu itu tidak dinyanyikan lagi. Bahkan, Lukaku sendiri juga meminta lagu itu untuk tidak dinyanyikan lagi.
Lagu untuk Lukaku itu berisikan lirik-lirik yang mengindikasikan rasisme karena mengandung stereotip tentang orang kulit hitam. Salah satu liriknya menyebutkan tentang ukuran (maaf) kemaluan sang juru gedor dari Belgia ini. Lagu yang diadaptasi nadanya dari lagu milik band populer The Stone Roses berjudul Made of Stone ini sudah dinyanyikan beberapa kali sejak tibanya Lukaku dari Everton.
Namun, sebelum laga terakhir MU menghadapi Everton, semua pihak mulai dari Lukaku, MU, dan sesama pendukung The Red Devils telah meminta suporter yang masih menyanyikan lagu ini untuk tidak melakukannya kembali. Apa daya, lagu ini tetap berkumandang di Stadion St. Mary. Bahkan, oknum-oknum suporter ini dengan arogan dan bebal, menyanyikan “We’re Manchester United, we’ll sing what we want” sebagai bentuk penolakan untuk berhenti menyanyikan lagu Lukaku.
Imbasnya, MU kini mulai mengambil tindakan tegas untuk menghukum suporter-suporter yang rasis ini. Pihak Setan Merah sudah berkonsultasi ke badan hukum untuk menanyakan apakah lagu ini termasuk dalam kategori serangan verbal yang berbentuk rasis atau tidak. Selain itu, mereka juga meminta rekaman CCTV kepada pihak Southampton dan pengelola Stadion St. Mary untuk mengidentifikasi pelaku-pelaku yang menyanyikan lagu tersebut. MU sendiri sudah menyatakan bahwa mereka tidak menolerir aksi rasisme yang dilakukan siapapun, termasuk suporternya sendiri.
Sungguh disayangkan, niat yang baik tidak dilakukan dengan cara yang baik. Tiap pesepak bola tentu senang mendengar suporter menyanyikan namanya, namun untuk kasus ini, Lukaku tentu tidak menginginkan namanya dinyanyikan dengan cara yang tidak pantas.
Sebelum Lukaku, kasus serupa juga pernah menimpa Emmanuel Adebayor kala memperkuat Tottenham Hotspur. Penyerang asal Togo ini menerima nyanyian apresiasi yang berbau rasisme dari pendukung The Lilywhites. Walaupun bertujuan baik, tindakan tegas yang diambil MU adalah langkah yang bijak mengingat sudah seharusnya rasisme tidak mendapatkan tempat dalam bentuk apapun di sepak bola.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket