Nasional Bola

Buntut Perpindahan Pertandingan Kandang Perseru Serui dan Pemecahannya

Robert Rene Alberts kembali angkat suara menyatakan ketidakpuasannya terhadap situasi di Go-jek Traveloka Liga 1. Ia menyorot laga Persija kontra Perseru Serui yang untuk kedua kalinya berlangsung di kandang Persija, yaitu Stadion Patriot, Bekasi, pada Selasa 19 September.

Seperti yang kita ketahui, pada putaran pertama lalu Perseru yang bertindak sebagai tuan rumah malah bermain di Stadion Patriot. Ini dilakukan untuk menyiasati kondisi Stadion Marora, Serui, yang dianggap tak layak menjalani laga pada malam hari. Sedangkan pada saat itu, semua pertandingan dilangsungkan di waktu malam karena Indonesia sedang menjalani bulan Ramadan.

Bukan hanya kontra Persija, tiga laga lain Cendrawasih Jingga juga terpaksa dilangsungkan bukan di kandang Perseru Serui. Alhasil, Persija yang Serui dengan status sebagai tuan rumah tak langsung tentu saja cukup diuntungkan dengan dukungan langsung supporter mereka.

“Ada apa dengan liga ini? Kondisi ini tidak adil. Secara regulasi sudah jelas jika dua tim bertemu di suatu liga, maka laga harus dilangsungkan secara Home dan Away. Yang terjadi malah Home dan Home,” kata Robert seusai memimpin latihan PSM Makassar, di Stadion Mattoangin Andi Mattalata, beberapa hari lalu.

Seperti dilansir Tribun timur, Robert lalu membandingkan dengan logika sederhana betapa semua aturan bisa digampangkan di Liga Indonesia. “Bayangkan situasinya begini. Manchester City harus melawan Liverpool. Liverpool bertindak sebagai tuan rumah, tetapi Manchester City malas berkunjung ke Liverpool. Manchester City lalu mengundang Liverpool untuk bermain di kandang mereka dengan menanggung semua biaya tiket transportasi dan penginapan Liverpool.”

Gerutu Robert tersebut didasarkan atas ketidakadilan karena beberapa klub justru diuntungkan tanpa bertandang ke Serui. Bukan rahasia lagi jika Stadion Marora memang dianggap salah satu stadion terangker di Indonesia. Selain jarak yang ditempuh cukup jauh, tim-tim lawan sering takluk di sana.

Lebih lanjut, Robert lalu memberi pengandaian setengah menantang, “kalau pada pertandingan mendatang PSM boleh dong, tidak usah bertandang ke Persipura? Kami hanya perlu membelikan tiket dan biaya penginapan untuk mereka agar bermain di Makassar.”

Persija sendiri langsung merespons pernyataan pelatih asal Belanda tersebut. “Dalam laga pertama melawan Perseru, kami sebetulnya sudah siap untuk bertandang ke Serui,” ucap Ardhi Tjahjoko, asisten manajer Persija. “Kami bahkan siap saja jika harus bertanding di tempat netral. Ternyata keputusannya pertandingan dilaksanakan di Bekasi.”

Manajemen PSM Makassar sendiri melayangkan protes keras tepat ketika laga melawan Perseru diputuskan tak akan digelar di Serui. Namun, permintaan supaya masalah terkait untuk dibahas pada pertemuan bersama PT Liga Indonesia Baru (LIB) tak ditanggapi.

Terlepas dari apakah ada pihak yang diuntungkan atau dirugikan dari masalah ini, harus diakui bahwa pemilihan stadion markas lawan sebagai lokasi pertandingan pengganti Stadion Marora adalah blunder besar. Padahal, andai PT. LIB berpikir sedikit lebih keras, pemecahannya bisa ditemukan hanya dengan mengganti giliran kandang dan tandang, mumpung pada saat itu kompetisi baru memasuki putaran pertama.

Situasi ini terlihat di Liga Spanyol, ketika Atletico Madrid dan Villarreal tak bisa menggunakan kandang mereka masing-masing. Atletico belum bisa memanfaatkan stadion baru mereka, Wanda Metropolitano, sedangkan Stadion Vaillarreal, Estadio de La Ceramica, menjalani renovasi. Alhasil, dua pertandingan kandang pertama mereka diganti menjadi dua pertandingan tandang. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan kembali giliran ksebagai tuan rumah sebanyak dua kali di putaran kedua liga nantinya.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.