Eropa Italia

Dongeng Pietro Pellegri dan Masa Depannya

Beberapa tahun yang lalu, para penggemar sepak bola digemparkan oleh sesosok pemain muda yang begitu mencuri atensi karena kemampuannya dinilai sangat menakjubkan. Dialah pemuda asal Amerika Serikat keturunan Ghana dengan tubuh bongsor, Freddy Adu.

Ketika usianya baru genap 14 tahun, Adu yang disebut media-media sepak bola AS sebagai The Next Pele mendapat keistimewaan karena bisa di-draft oleh kesebelasan yang berlaga di Major League Soccer (MLS) atau liga sepak bola profesional AS, D.C. United. Tak main-main, Adu adalah pemain draft nomor satu dalam periode draft tahun 2004.

Namun sensasi yang diharapkan, baik oleh masyarakat AS maupun khalayak pencinta sepak bola di seluruh penjuru Bumi tentang Adu, malah berakhir dengan mengenaskan. Pasalnya, figur kelahiran 2 Juni 1989 tersebut malah gagal bersinar.

Bahkan saat dirinya berpetualang ke sejumlah negara seperti Portugal (bersama Benfica), Prancis (AS Monaco), Yunani (Aris Thessaloniki), dan Brasil (Bahia), Adu tak kunjung bisa menampilkan hal spesial yang disematkan terhadapnya.

Sekarang, usai kontraknya dengan klub North American Soccer League (NASL), Tampa Bay Rowdies, kedaluwarsa pada 2016 kemarin, Adu masih berstatus sebagai pemain tanpa klub. Salah satu klub MLS, Portland Timbers, sempat memberinya kesempatan untuk trial pada awal musim kompetisi 2017. Namun performa yang kurang ciamik membuat klub berkostum hijau itu tak menawarinya kontrak.

Beralih ke benua yang lain, tepatnya Eropa, ada satu sosok pemain muda yang kini begitu mencuri perhatian khalayak. Dia adalah pesepak bola milik kesebelasan yang mentas di Serie A, Genoa, bernama Pietro Pellegri.

Pemuda yang satu ini baru berusia 16 tahun, namun postur tubuhnya sungguh menjulang, 193 sentimeter. Berposisi sebagai penyerang, pemain yang mengidolakan Zlatan Ibrahimovic ini bahkan sudah melakoni debut profesional tatkala masih berumur 15 tahun 280 hari alias menyamai rekor dari pesepak bola legendaris Italia, Amadeo Amadei, pada bulan Desember 2016 silam.

Sensasi Pellegri tak berhenti sampai di situ karena berselang beberapa bulan kemudian, dirinya kembali mencatat rekor setelah menjadi pemain pertama kelahiran tahun 2001 yang mencetak gol di Serie A. Gol itu sendiri dibukukan Pellegri saat Genoa tumbang di tangan AS Roma dengan skor 3-2 pada Mei 2017.

Walau sudah memecahkan rekor demi rekor, Pellegri tampaknya tak ingin buru-buru menyudahinya. Akhir pekan kemarin, jebolan akademi Genoa ini kembali sukses mencuri perhatian usai membobol gawang Lazio sebanyak dua kali dalam lanjutan laga Serie A musim 2017/2018. Meski Genoa tetap kalah 3-2 dari Gli Aquilotti, namun brace yang dibukukan Pellegri membuatnya jadi pemain berusia 16 tahun pertama yang berhasil mencetak dwigol di lima liga top Eropa.

Prestasi gemilang yang dipertontonkan Pellegri mendatangkan sejuta pujian dari penggemar sepak bola. Pellegri bahkan disebut-sebut sebagai masa depan sepak bola Italia. Tak hanya itu, sejumlah klub yang lebih mapan pun dikabarkan siap mengajukan tawaran buat memboyong Pellegri dari Stadion Luigi Ferraris, markas Genoa.

Sejujurnya, di fase inilah jalan sejati Pellegri di dunia sepak bola akan sangat menentukan. Datangnya puja dan puji serta tawaran dari klub yang lebih mapan adalah keniscayaan bagi pemain-pemain muda berbakat.

Mulus atau tidaknya karier Pellegri nanti akan sangat bergantung dengan segala keputusan dan sikapnya di fase ini. Pindah ke tim yang lebih mapan tentu sangat menjanjikan. Setidaknya, gelimang prestasi bisa direngkuhnya bila bermain untuk armada yang lebih kuat. Selain itu, dirinya juga bisa mendapatkan bayaran lebih yang lebih tinggi bareng tim-tim papan atas.

Namun menyikapi kesempatan dan tawaran itu dengan terburu-buru juga bisa mendatangkan malapetaka buat Pellegri. Sebab di klub besar, kesempatan bermain yang didapatkannya kemungkinan tak sebanyak saat bertahan di Genoa. Padahal, memberi Pellegri jam terbang lumayan tinggi adalah syarat utama untuk melihatnya berkembang secara optimal.

Jangan sampai Pellegri salah mengambil keputusan karena ini berkaitan dengan masa depannya. Sekali saja salah, nasibnya tentu saja bisa seperti Adu yang kariernya tak karuan. Ada baiknya Pellegri bertahan di kota pelabuhan bersama klub yang mendidiknya sedari muda ini.

Kalaupun Genoa tak sanggup menolak tawaran-tawaran yang datang untuk wonderkid-nya ini, selipkan klausul peminjaman kembali agar perkembangan Pellegri bisa dimaksimalkan oleh I Grifoni sebelum sampai ke taraf yang lebih matang sebagai pesepak bola.

Cukup Adu saja yang mengalami nasib tragis seperti itu. Jangan ada lagi yang merasakannya, terlebih pesepak bola dengan potensi seciamik Pellegri.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional