Eropa Italia

Antara Ignazio Abate dan Davide Calabria

Davide Calabria

Sederhana memang, tapi kemampuan bertahan bisa sangat krusial karena sebagai kesebelasan yang mendewakan permainan ofensif, Milan juga butuh pemain-pemain dengan insting bertahan yang baik untuk mengamankan diri dari serangan balik lawan.

Calabria adalah pemain dengan tekel yang andal. Posturnya memang kurang memadai untuk bertahan, tapi ketepatan waktunya dalam melancarkan tekel layak diacungi dua jempol. Musim lalu, di usia yang belum genap kepala dua, Calabria rata-rata memenangkan 3,3 tekel dari rata-rata 4,6 usaha tekel yang dilakukannya. Artinya, dalam setiap pertandingan, ia memiliki persentase keberhasilan tekel hingga 71 persen.

Di sisi lain, Abate memang lebih banyak melakukan total tekel dalam semusim dengan persentase keberhasilan yang lebih tinggi, namun rata-rata tekel per pertandingannya masih kalah dari Calabria. Rata-rata tekel Abate adalah 3,2 kali dengan 2,6 di antaranya berhasil dimenangkan.

Memainkan Calabria yang memiliki kemampuan bertahan juga merupakan keuntungan bagi Montella, karena ia dapat kembali ke pakem 4-3-3. Atribut defensif Calabria menurut saya akan lebih cocok digunakan dalam skema empat bek, karena ia juga bisa ditugaskan sebagai limited fullback, alias bek sayap yang tidak diperbolehkan maju melebihi garis tengah lapangan.

Memainkan empat bek juga berarti Montella akan memainkan dua bek tengah, dan inilah keuntungan kedua dari dipasangnya Calabria. Sang allenatore dapat merotasi bek tengahnya, karena ia memiliki tiga pemain di posisi itu yang memiliki kualitas nomor wahid. Leonardo Bonucci, Matteo Musacchio, dan Alessio Romagnoli dapat dipasang bergantian tanpa mengurangi kualitas lini pertahanan, sedangkan Christian Zapata dan Gabriel Paletta bisa jadi opsi darurat.

Dengan jadwal padat di Liga Europa, Serie A, dan Coppa Italia nantinya, Montella akan sangat bertumpu pada kebugaran pemainnya, sehingga merotasi lini belakang adalah salah satu cara terbaik untuk melakukannya.