Nasional Bola

Dandi Maulana, Jagoan dari Banten

Dandi Maulana saat berseragam Persija Jakarta. Kredit: Twitter Dandi Maulana

Pengidola Maman Abdurrahman yang pernah dilarang bermain sepak bola

Dihubungi oleh Football Tribe Indonesia, Dandi Maulana membuka obrolan dengan menyebutkan siapa pemain yang menjadi idolanya. Ia kemudian menyebut bek senior Indonesia, Maman Abdurrahman, sebagai panutan sekaligus inspirasinya. Dandi senang melihat Maman bermain. Dan yang paling berkesan adalah ketika bek asal Jakarta tersebut tampil di Piala AFF 2010.

“Idola saya Maman Abdurrahman. Saya senang saja melihat dia main. Gaya mainnya sederhana, lugas, dan bisa memimpin di belakang. Saya mengikuti terutama sejak dia main di Persib (Bandung). Tetapi permainan dia yang paling berkesan buat saya waktu (membela) Timnas di Piala AFF 2010.”

Dandi kemudian membeberkan pertemuan awalnya dengan dunia sepak bola. Lingkungan rumahnya di Pandeglang sana, menjadi awal ketertarikan Dandi kepada olahraga paling populer di planet ini. Pemain kelahiran 17 Juni 1998 ini juga bercerita bahwa ia sempat dilarang sang ayah untuk bermain.

“Kelas empat SD, kalau ditanya kapan pastinya saya mulai main sepak bola. Waktu itu masih main-main di sekitaran rumah. Baru kelas lima SD, akhirnya ikut Sekolah Sepak Bola (SSB). Sempat dilarang sama ayah saya karena menurut beliau saya nggak bagus-bagus betul. Lebih sering jadi pemain cadangan ketimbang main. Akhirnya sembunyi-sembunyi tetap latihan dan main di SSB. Ketika main di Piala Danone, ketahuan bakat saya, setelah itu terus didukung.”

“Sebenarnya saya nggak berkembang waktu awal-awal karena main sebagai penyerang. Saya terlalu sering main keras, dan lebih bagus motong-motong bola ketimbang mencetak gol. Akhirnya, jadi lebih banyak dicadangkan. Karena rasanya lebih bagus motong-motong bola, kemudian saya pindah ke bek tengah.”

Bakat Dandi kemudian ditemukan oleh Mundari Karya, pelatih yang terkenal memoles bakat-bakat muda. Ia kemudian memperkuat Timnas U-16, kemudian berlanjut ke menimba ilmu di program pengembangan sepak bola usia muda asal Malaysia, Frenz United. Setelahnya karier Dandi kemudian terus meningkat. Dari Barito Putera U-21, lalu sempat berlabuh di Persija Jakarta, lalu kembali lagi ke Barito.

Penampilan apik Dandi musim ini membuat Barito bisa merasa aman meskipun Hansamu Yama Pranata mesti absen karena membela negara di ajang SEA Games 2017 lalu. Dandi kemudian menceritakan pengalamannya bersanding dengan para pemain-pemain yang lebih senior, serta penyerang lawan yang menurutnya paling sulit dihadapi.

“Senang sih bisa main bareng pemain yang lebih senior. Canggungnya memang tetap ada, tetapi saya bisa belajar banyak, dan bertanya kepada mereka. Termasuk Aaron Evans (bek asing Barito asal Australia) yang juga banyak bantu saya. Awalnya mungkin sulit sama dia (Evans) karena perbedaan bahasa dan budaya. Tetapi, semakin lama adaptasi dan komunikasi kami makin lancar dan enak.”

“Lawan yang paling sulit sejauh ini buat saya (Sylvano) Comvalius. Dia cepat, terus sulit direbut ketika menguasai bola, dan finishingnya juga bagus. Jujur saja, saya pribadi kesulitan ketika berhadapan dengan dia. Kami juga kalah besar (5-0) kan ya waktu berhadapan dengan Bali United”, tambah Dandi.

Di akhir pembicaraan, Dandi kemudian mengungkapkan apa yang ingin ia capai ke depannya. Dandi memendam impian yang sama dengan anak-anak Indonesia yang menggeluti dunia sepak bola sejak belia, yaitu membela timnas Indonesia. Meskipun Dandi memasang target jangka pendek yaitu bermain untuk Indonesia di ajang SEA Games dua tahun mendatang.

“Saya tentu sama kayak banyak anak lain, ingin membela timnas Indonesia. Nggak perlu jauh-jauh dulu, saya ingin masuk tim SEA Games dua tahun ke depan. Karena itu sekarang saya harus fokus main maksimal untuk Barito sampai dapat panggilan nanti,” tutup Dandi.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia