Dalam sebuah pertunjukan teater, yang lebih sering mendapatkan sorotan dan apresiasi adalah aktor-aktor yang bermain langsung di atas panggung. Peran mereka tentu saja, vital, namun, ada satu posisi yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai posisi terpenting dalam suatu pertunjukan drama, yaitu posisi sutradara.
Sang sutradara yang mengarahkan aktor-aktor tersebut dan menentukan jalan cerita yang akan berlangsung. Keberhasilan suatu pertunjukan tak lepas dari tangan sutradara yang berada di balik layar. Bagi Joao Moutinho, ia dengan sukses menjalankan perannya sebagai sutradara bagi AS Monaco dan timnas Portugal.
Ia memang tidak mendapat sorotan sebesar Kylian Mbappe atau Falcao dan Cristiano Ronaldo, bahkan Luis Nani sekalioun. Namun, berkat kehadiran Moutinho-lah, pemain-pemain itu mampu bersinar.
Pria kelahiran Portimao, Portugal ini berposisi sebagai gelandang tengah. Menariknya, ia mampu menempati semua posisi di lini tengah, baik sebagai gelandang bertahan atau gelandang serang. Pemain dengan nomor punggung 8 baik di klub atau negaranya ini, memang memiliki atribut yang kompilt sebagai seorang gelandang.
Moutinho memiliki kemampuan mengoper yang mumpuni, visi bermain yang luas, serta kemampuan mengeksekusi bola mati. Tentu saja, ia juga mahir melakukan kemampuan bertahan, seperti intersep dan tekel. Oleh karena itu, berposisi sebagai gelandang serang atau gelandang bertahan bukanlah masalah baginya.
Moutinho mengawali kariernya di klub yang sama dengan karibnya di timnas Portugal, Cristiano Ronaldo, yaitu Sporting Lisbon. Bersama Sporting, kemampuan sepak bolanya terasah dengan baik. Masih berusia di bawah 20 tahun, ia sudah didapuk menjadi wakil kapten Sporting, berkat penampilannya yang begitu bagus dan konsisten.
Tidak hanya itu, ia juga pemain yang begitu tahan banting. Di musim 2005/2006, pemain yang lahir di tahun 1989 ini tidak sekalipun absen di liga. Saat itu, Moutinho bahkan baru berusia 18 tahun. Bayangkan, di usia yang begitu muda, ia sudah dipercaya untuk menjadi tumpuan dari tim sekelas Sporting, yang merupakan tim besar di Liga Portugal.
Di tahun 2010, Moutinho akhirnya memutuskan hijrah ke rival berat Sporting, FC Porto. Bersama Porto, ia berhasil menjuarai tiga gelar liga Portugal berturut-turut dari musim 2010/2011 hingga 2012/2013. Ia juga berhasil memimpin timnya menjuarai Liga Europa di musim 2010/2011. Hingga di tahun 2013, ia memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya menuju klub Prancis, AS Monaco.
Pemain yang menjabat sebagai wakil kapten AS Monaco saat ini, didatangkan dengan mahar 25 juta euro. Moutinho kembali menjelma sebagai pemain yang penting, sama seperti ketika ia bermain di Sporting dan Porto. Permainannya pun semakin matang dan ketahanannya masih kuat. Empat musim bermain di Monaco, ia selalu bermain di atas 25 kali bagi Monaco di Ligue 1. Puncak keberhasilan Moutinho bersama Monaco adalah ketika berhasil mematahkan dominasi Paris Saint-Germain dan menjadi juara Ligue 1 di musim 2016/2017.
Pemain yang juga kerap kali bermain di sisi sayap kanan ini juga langganan timnas Portugal, mulai dari usia junior hingga senior. Moutinho menjalani debutnya di tim senior Portugal di tahun 2005, ketika ia masih berusia 18 tahun. Kala itu, Portugal berhasil mengalahkan Mesir dengan skor 2-0 dalam laga persahabatan.
Turnamen besar pertama yang ia ikuti adalah Piala Dunia 2006 yang dihelat di Jerman. Sejak itu, Moutinho tidak pernah melewatkan tampil bersama Portugal di turnamen besar. Puncak karier Moutinho bersama Portugal adalah ketika ia berhasil membawa Portugal menjuarai turnamen besar pertama mereka di ajang Piala Eropa 2016.
Keberhasilan Monaco menjuarai Ligue 1 musim lalu dan Portugal di Piala Eropa 2016 dapat dikatakan sebagai sebuah kejutan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, nama Joao Moutinho seringkali dilewatkan ketika memilih siapakah yang menjadi aktor dibalik kesuksesan dua tim tersebut.
Alasannya barangkali karena permainan Moutinho tidak menonjol. Ia lebih sering menjadi pemain yang melakukan tugas-tugas kotor, serta mengawali serangan timnya. Untuk urusan gol, Moutinho memang terkenal irit. Namun, bukan berarti tugas Moutinho mudah. Selayaknya sutradara, ia memegang kendali dari pertunjukan yang diperlihatkan oleh Monaco dan timnas Portugal. Sebuah tugas yang sama sekali tidak mudah.
Bagi Moutinho, memberikan sorotan bagi pemain lain adalah kepuasan tersendiri baginya dan di kariernya yang mulai mencapai ujung, sudah selayaknya baginya untuk mendapatkan apresiasi yang ia pantas dapatkan.
Feliz aniversario, Joao!
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket