Pada tahun 2016 kemarin, sosok penyerang muda yang saat itu mengenakan seragam AZ Alkmaar bernama Vincent Janssen, memperoleh gelar Johan Cruyff Trophy. Dirinya dianggap sebagai talenta muda paling berkilau di kompetisi Eredivisie pada musim 2015/2016. Justifikasinya sederhana, kala itu Janssen sukses menjadi top skor Liga Belanda dengan 27 gol serta mengantar AZ ke Liga Europa.
Berkat aksi impresif yang diperlihatkannya itu, Janssen pun diminati oleh sejumlah klub yang lebih mapan di benua Eropa. Setelah melewati beberapa proses pendekatan intensif, pemuda dengan postur 183 sentimeter itu memilih kesebelasan asal Inggris, Tottenham Hotspur, sebagai pelabuhan barunya. Fulus yang mesti dirogoh manajemen The Lilywhites pun cukup tinggi guna memboyong Janssen ke Stadion White Hart Lane yakni 17 juta paun.
Asa yang ditabung Janssen usai meresmikan kepindahannya ke tanah Britania pun lumayan tinggi. Menjadi pelapis sekaligus pesaing penyerang andalan Tottenham dan juga tim nasional Inggris, Harry Kane, dalam memperebutkan posisi utama.
Sayangnya, tak semua pihak sepakat dengan kepindahan Janssen ke Liga Primer Inggris. Mereka menilai bahwa pemuda kelahiran Heesch itu terlalu gegabah dalam membuat keputusan. Kekhawatiran itu cukup beralasan, dengan performa Kane yang sangat mencengangkan dalam beberapa musim terakhir, menggesernya sebagi penyerang nomor satu The Lilywhites jelas bukan urusan sepele. Ketakutan bahwa Janssen bakal sulit berkembang pun mengemuka, terlebih usianya masih begitu muda.
Benar saja, walau disebut Mauricio Pochettino, pelatih Tottenham, sebagai penyerang muda yang memiliki kualitas dan potensi luar biasa, Janssen amat kesulitan merebut posisi Kane sebagai ujung tombak. Bahkan di saat Kane absen akibat cedera sekalipun, Janssen tak berhasil menampilkan performa terbaiknya.
Pada musim 2016/2017 yang lalu, secara total Janssen berlaga di 39 partai yang dijalani Tottenham di seluruh kompetisi. Terlihat banyak? Tunggu dulu. Masalahnya, dari sekian kesempatan merumput itu mayoritas dibukukan Janssen dari bangku cadangan alias bukan sebagai starter. Total menit bermain Janssen pun hanya menebus 1.351 menit atau bila dirata-ratakan, Janssen cuma bermain selama 34 menit saja per pertandingan.
Maka tak perlu heran jika gelontoran gol yang begitu lancar semasa membela AZ tampak seret bersama Tottenham. Secara keseluruhan, musim lalu Janssen cuma menyumbangkan 6 gol saja bagi The Lilywhites.
Harapan Janssen akan adanya perubahan nasib di musim kompetisi 2017/2018 pun tampak semakin jauh. Penyebabnya apalagi kalau bukan perekrutan juru gedor baru dari Swansea City, Fernando Llorente. Hal ini bak pertanda jelas bila Janssen tak lagi masuk ke dalam rencana Pochettino.
Lebih sialnya lagi, baru-baru ini football-oranje telah melansir bahwa nama Janssen tidak disertakan oleh Pochettino di dalam skuat The Lilywhites yang bakal turun di ajang Liga Champions. Kubu Tottenham seperti ingin menendang Janssen keluar dari tim secara halus.
Ketika bursa transfer musim panas masih dibuka beberapa waktu lalu, manajemen Tottenham sebenarnya telah menunjukkan gelagat nyata untuk melepas Janssen, baik secara permanen maupun pinjaman. Saat itu, West Bromwich Albion dan juga klub promosi, Brighton & Hove Albion, disebut-sebut sebagai tim yang punya minat besar untuk memakai tenaga Janssen.
Akan tetapi, sang pemain enggan hijrah ke dua tim yang levelnya di bawah The Lilywhites tersebut. Namun seusai kedatangan Llorente, barangkali keputusan tersebut menjadi sesuatu yang amat disesalinya kini. Sebuah blunder yang tampaknya akan memengaruhi jalan kariernya.
Bila kesempatan bermain dengan seragam Tottenham benar-benar kecil, satu-satunya hal yang dapat Janssen lakukan mungkin hanya berlatih sembari menjaga kondisi kebugaran plus menunggu dibukanya bursa transfer musim dingin pada bulan Januari mendatang supaya bisa memperbaiki kariernya yang kini terancam.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional