Ada satu sosok yang sangat menarik ketika Irak berhasil mengalahkan Thailand di kualifikasi Piala Dunia 2018, Kamis (31/8) pekan lalu. Pencetak gol pertama tim Singa Mesopotamia memiliki nama yang tidak biasa. Seperti yang kita tahu karena Irak merupakan bagian dari Timur Tengah, tentunya akan dominan nama pemain dengan bahasa Arab.
Tetapi tidak dengan pencetak gol pertama Irak ke gawang Thailand yang memiliki nama depan yang sangat Barat yakni Justin Meram. Terlebih lagi fakta bahwa Justin Meram beragama Katolik, semakin membuat segala sesuatunya menjadi menarik.
Kisah dimulai ketika Hikmat “Sam” Meram, seorang Katolik Irak, hijrah dari Mosul ke Amerika Serikat pada tahun 1967. Kepindahan ini disebabkan karena pada era-era tersebut, permasalahan etnis begitu mengemuka di sana. Apalagi Sam Meram merupakan etnis Kaldea yang merupakan keturunan Suriah, dan kebanyakan beragama Katolik. Etnis Kaldea adalah salah satu pihak yang mengalami tindakan represif selain etnis Kurdi di masa itu.
Sam Meram kemudian mendarat di Detroit, Amerika Serikat, yang memang merupakan jantung umat Katolik asal Irak di sana. Ia kemudian bertemu dengan Lamia Mansour, mereka menikah, dan memiliki empat orang anak. Sam Meram mungkin tidak akan menyangka bahwa putra bungsunya akan menjadi pesepak bola dan justru akan membela negara asal dirinya yang sudah lama ditinggalkan.
Nama lengkapnya adalah Justin Joseph Hikmat Aziz Meram. Lahir pada 4 Desember 1988, ia baru menyadari bakat sepak bolanya ketika SMA atau high school dalam istilah di Negeri Paman Sam. Meskipun punya raihan dan prestasi yang bagus selama di sekolah, sayangnya hal tersebut belum cukup untuk membuat karier Justin Meram bisa melaju.
Akhirnya keluarga memutuskan hijrah ke Arizona agar Justin mendapatkan karier sepak bola yang lebih baik. Ia kemudian menarik perhatian Yavapai College, sebuah kampus di daerah Phoenix, setelah mereka menyaksikan Justin bermain “tarkam” bersama saudaranya di sebuah taman. Ia mencetak 51 gol di 52 pertandingan untuk Yavapai. Prestasi tersebut kemudian membuatnya dilirik oleh University of Michigan, universitas yang terkenal sering memberikan beasiswa melalui jalur prestasi kepada para atlet.
Selama waktunya bermain di Liga Universitas, Meram berhasil menyarangkan 24 gol dari 41 pertandingan. MLS Draft kemudian membawanya ke Colombus Crew, tim yang sudah ia bela sejak 2011 hingga saat ini.
Kecepatan dan akselerasinya adalah sisi mencolok dari Meram yang bisa bermain di posisi sayap atau penyerang ini. Ia kemudian mendapatkan panggilan dari timnas Irak setelah namanya terekspos dalam situs milik Yousif Alkhafajy yang memuat para pemain asal negara tersebut yang bermain di luar negeri. Akhirnya Meram bermain untuk Irak sejak tahun 2014 lalu dan terus menjadi andalan.
Sebenarnya fenomena serupa pernah terjadi di timnas Iran ketika pada tahun 2005 mereka memanggil Andranik Teymourian, seorang Kristen Iran keturunan Asia Tengah. Ia bermain untuk Iran di Piala Dunia 2006. Ia dikenal ketika bermain untuk Bolton Wanderers. Andranik bahkan sempat menjadi kapten tim Iran pada tahun 2014 lalu.
Yang pasti fenomena Justin Meram dan Andranik lagi-lagi membuktikan bahwa sepak bola bersifat universal. Bisa dimainkan dan dinikmati oleh siapa saja terlepas dari apapun latar belakang mereka.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia