Alexandre Rodrigues da Silva, atau yang kita lebih kenal dengan nama Alexandre Pato, bergabung bersama AC Milan dari klub Brasil, Internacional, di bursa transfer musim panas tahun 2007. Pato memulai karier profesionalnya di Internacional sejak ia berumur 16 tahun. Bersama klub Brasil tersebut, Pato menjalani awal karier yang begitu cemerlang.
Ia digadang-gadang menjadi salah satu pemain terbaik dunia di masa depan. Performanya yang cemerlang membantu Internacional menjuarai trofi Piala Dunia Antarklub di tahun 2006. Selain itu, Pato juga mampu membawa klub kota Porto Alegre itu menjadi juara Copa Sudamericana untuk pertama kalinya.
Performa gemilang Pato membuatnya direkrut raksasa Italia, AC Milan, dengan harga 24 juta euro, harga yang mahal untuk ukuran remaja berusia 17 tahun pada saat itu. Awal kedatangan Pato ke Milan sempat memicu polemik, akibat tak bisanya Milan untuk memasukkan namanya ke dalam daftar pemain karena peraturan FIFA yang tidak membolehkan pemain di bawah 18 tahun untuk pindah kontinen.
Akibatnya, Milan harus menunggu hingga Januari 2008 untuk mendaftarkan Pato ke dalam skuat, ketika Pato sudah berusia 18 tahun. Namun, Pato langsung membayar kesabaran Milan, karena ia langsung mencetak gol ketika debut di Serie A dalam laga melawan Napoli yang berakhir dengan skor 5-2 bagi Milan.
Pemain berambut keriting ini langsung nyetel bersama Milan dan tak butuh waktu lama baginya untuk mematenkan predikatnya sebagai pemain penting Milan. Ia memiliki kaki-kaki yang lincah dan kemampuan menyepak bola yang mematikan, alasan mengapa Pato menjadi pemain penting bagi Milan.
Di musim kedua Pato bersama Milan, musim 2008/2009, performa Pato semakin menggila. Di bulan Januari 2009, Pato mampu mencetak 6 gol dalam 4 laga di Serie A. Pato mengakhiri musim 2008/2009 sebagai top skor Milan dengan 18 gol yang ia cetak. Ini membuktikan bahwa Pato memang bukan pemain sembarangan. Dengan kemampuan adaptasi yang begitu cepat dan performa yang luar biasa, Pato memberikan justifikasi terhadap harga mahalnya yang sudah ditebus Milan.
Tak berhenti di situ, di musim 2009/2010, Pato kembali bersinar. Ia berhasil mencetak dua gol di salah satu kandang terangker di Eropa, Santiago Bernabeu, dan membawa Milan menang tandang atas Real Madrid di Liga Champions.
Pato akhirnya diganjar gelar Pemain Muda Terbaik Serie A di awal tahun 2010. Sesudah itu, Pato sempat tersandung cedera, namun ia kembali menemukan performanya.
Beberapa musim kemudian, Pato sudah menjadi salah satu penantang untuk Ballon d’Or. Ia menasbihkan statusnya sebagai nomor 9 di timnas Brasil dan bersama kompatriotnya, Neymar, mereka berhasil membawa timnas Brasil menjadi juara dunia di negaranya sendiri di tahun 2014.
Secara konsisten, ia juga mampu mencetak minimal 25 gol bersama AC Milan. Pato akhirnya berhasil mematahkan hegemoni Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di awal 2017 lalu, dan meraih trofi Ballon d’Or untuk pertama kalinya. Sesudah menjadi legenda Milan dengan menghadirkan tiga trofi Liga Champions dan empat trofi Serie A, akhirnya Pato mencari tantangan baru untuk musim 2017/2018 dengan hijrah ke Inggris untuk bergabung bersama Manchester City dengan nilai transfer hingga 200 juta euro, nilai transfer yang memecahkan rekor transfer termahal.
Pato tak hanya memberi kejayaan bagi Milan, namun juga memberi Milan pemasukan finansial yang sangat berarti. Pato masih memiliki beberapa tahun lagi untuk menunjukkan kebintangannya, dan bukan tak mungkin, namanya akan diingat sebagai legenda di dunia sepak bola.
***
Sayangnya, paragraf panjang dari awal artikel tersebut hanyalah khayalan dari dunia sempurna milik Alexandre Pato. Namun sesungguhnya, Pato memiliki kapabilitas untuk meraih semua hal yang disebutkan di paragraf tersebut. Begitu berbakatnya Pato muda, sehingga apabila melihat Pato yang sekarang, hanya kesedihan yang dirasakan.
Cedera merenggut masa depannya yang seharusnya mengilap. Kini, alih-alih memecahkan rekor transfer dan bersaing untuk gelar Pemain Terbaik Dunia, Si Bebek terdampar di Liga Cina bersama klub Tianjin Quanjian. Sungguh sebuah kesia-siaan, sebab Pato, apabila tidak terkena cedera kambuhan, adalah penyerang yang berkualitas.
Siapa yang bisa lupa golnya ke gawang Barcelona di awal laga, yang menjadi gol tercepat kelima di ajang Liga Champions. Namun, kini Pato hanya bisa meratapi nasibnya yang begitu sial, dan dunia sempurna baginya hanya menjadi angan-angan belaka. Tetapi, bagi sebagian pecinta sepak bola, dan terutama pendukung AC Milan, nama Pato akan terus teringat sebagai pemain muda bertalenta yang berpotensi menjadi yang terbaik di dunia.
Feliz aniversario, Pato!
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket