Malam yang dingin di St. Jakob-Park, Basel pada 18 Mei 2016 amat dirasakan fullback Liverpool, Alberto Moreno. Menghadapi mantan timnya, Sevilla, pada ajang final Liga Europa 2016, pemain berkebangsaan Spanyol itu malah menunjukkan performa terburuk, hingga berujung pengusiran dari susunan tim inti musim lalu. Lebih mengenaskan karena Moreno kalah bersaing dengan pemain yang notabene gelandang, James Milner.
“Dia (Moreno) sangat tak stabil dan Anda tidak bisa memercayakan pemain sepertinya untuk jangka panjang. Dia mungkin merupakan bek kiri terburuk di Inggris saat ini dan tak heran manajer Liverpool menempatkan Milner untuk memberikan proteksi pada sisi itu,” cetus mantan pemain yang kini jadi pengamat sepak bola, Tony Cascarino kepada Times.
Tak heran jika musim panas ini, nama Moreno kerap jadi subjek transfer keluar dari Anfield. Indikasi lebih kuat muncul setelah Liverpool mendatangkan bek kiri Hull City, Andrew Robertson. Lewat kehadiran Robertson dan Milner, Moreno diprediksi hanya tinggal menghitung hari sebelum menerima tawaran dari Napoli atau Watford. Belum lagi nada miring yang kerap didengarnya dari suporter Liverpool sendiri.
Lantas apa yang dilakukan Moreno? Lewat wawancara dengan situs resmi klub, pemain kelahiran 5 Juli 1992 itu membeberkan apa yang dilakukannya selama masa pengasingan. “Kata-kata yang selalu saya pegang adalah bekerja dan terus konsisten. Jangan pernah tundukkan kepala dan berikan yang terbaik pada sesi latihan hingga bisa tampil prima di lapangan. Seperti yang saya katakan, ‘kerja, kerja, dan kerja’,” ungkapnya, mengingatkan kita pada slogan yang kerap disampaikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.