Awal musim 2017/2018 Go-Jek Traveloka Liga 1, nama Sylvano Comvalius terdengar seperti pemain asing “lainnya” di Indonesia. Seperti pemain asing lainnya, yang tinggi besar, terlihat menyeramkan, namun kesulitan untuk beradaptasi. Pada awalnya, pemain asli Belanda ini diperkirakan akan gagal bersama Bali United.
Namun saat ini, di pengujung bulan Agustus, kita semua tahu bahwa Comvalius tengah memuncaki daftar pencetak gol terbanyak. Penyerang berusia 30 tahun tersebut sudah mengemas 23 gol dari 21 pertandingan. Sebuah catatan yang luar biasa, yang di dalamnya tercium aroma kebangkitan.
Memang, proses adaptasi selalu membutuhkan waktu. Terkadang pendek, terkadang seorang pemain membutuhkan waktu yang lebih lama. Terutama mereka yang bermain di sebuah liga dengan kultur sepak bola yang masih asing. Meskipun ia sosok pemain berkualitas, proses adaptasi memang sangat krusial.
Untuk kemilau Comvalius, dari catatan gol kita bisa menerjemahkan banyak hal. Pertama, tentu keberhasilan adaptasi penyerang dengan brewok yang lebat itu. Kedua adalah determinasi Comvalius untuk menghilangkan demam panggung. Ia sempat sangat kikuk di awal musim, seperti yang dituliskan Aun Rahman dalam tulisannya yang berjudul “Akankah Sylvano Comvalius Mencatatkan Rekor di Sepak Bola Indonesia”.
Keberhasilannya melewati proses adaptasi dan sekaligus menghapus demam panggung menunjukkan nilai diri seorang Comvalius. Bukan tidak mungkin, menjawab pertanyaan Aun Rahman, bahwa Comvalius akan memecahkan rekor pencetak gol terbanyak kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia yang berasal dari benua Eropa.
Terakhir kali kompetisi Indonesia mendapatkan top skor asal Eropa yaitu Dejan Gluscevic yang tampil bersama Bandung Raya di Liga Indonesia 1995/1996. Dejan mencetak total 30 gol pada musim tersebut. Dengan 23 gol hingga saat ini, Comvalius akan dengan mudah memecahkan rekor tersebut. Tentu, jika ia bisa konsisten sampai akhir musim.
Lantas, dari mana ketajaman Comvalius berasal? Bagaimana caranya menceploskan banyak gol dengan mudah? Setidaknya ada tiga alasan yang menjadi dasar.