Nasib terbaik adalah nasib yang ditentukan oleh usaha sendiri tanpa menggantungkan harap pada apapun yang terjadi dengan hasil yang diraih orang lain. Saya rasa pemikiran tersebut yang harus ditanamkan kuat-kuat ke benak setiap pemain timnas Indonesia U-22 ketika bersiap menyambut laga terakhir Grup B SEA Games 2017 melawan Kamboja.
Alih-alih menekankan pentingnya untuk mencetak banyak gol ke gawang Kamboja, pemain perlu diberi penekanan penting bahwa menentukan nasib dengan kaki dan keringat sendiri adalah keistimewaan yang tidak mudah didapat. Keistimewaan yang jauh lebih sulit diraih dibanding menggelontor gawang Kamboja dengan banyak gol. Bila keistimewaan tersebut jelang laga melawan Kamboja saja sudah tergapai, langkah untuk menggempur gawang Kamboja dan meraih tiga angka akan terasa lebih ringan, tanpa beban, dan fokus.
Selain kemungkinan besar akan kembali mengenakan seragam merah-putih kebanggaan (sudah dua laga di Stadion MP Selayang Indonesia ‘terpaksa’ memakai kostum putih-hijau dan putih-putih), Indonesia juga akan kembali ke Stadion Shah Alam, tempat di mana suporter bisa lebih leluasa meluapkan dukungan di stadion dengan kapasitas yang tujuh kali lipat lebih besar dari Selayang.
Faktor Shah Alam
Selain akses ke stadion yang lebih mudah dicapai bagi beberapa suporter Indonesia yang tinggal di sekitaran Kuala Lumpur, Shah Alam juga menawarkan atmosfer berbeda yang lebih gempita. Kapasistasnya yang lebih besar, membuat suporter Indonesia tak lagi perlu menonton laga dari luar stadion dan kehabisan tiket. Pelatih Filipina, Marlon Maro, bahkan mengakui sendiri bahwa bermain di Shah Alam di bawah ribuan sorot mata suporter Indonesia adalah beban tersendiri bagi anak asuhnya.
Kembalinya Evan Dimas dan pentingnya merotasi lini belakang
Setelah Evan Dimas dipastikan kembali dari hukuman akumulasi kartu pada laga melawan Vietnam, satu hal yang perlu diwaspadai timnas adalah perlunya melakukan rotasi utamanya di lini belakang. Bila lini tengah dan depan sering dilakukan rotasi pada empat laga sebelumnya, kali ini, lini belakang harus mengalami hal serupa.
Baca juga: Catatan Dibalik Penampilan Heroik Timnas Indonesia di Laga Melawan Vietnam
Di laga kontra Vietnam, kurang fitnya Ricky Fajrin membuat Andy Setyo turun sebagai palang pintu kembar bersama sang kapten, Hansamu Yama Pranata. Hansamu tentu kemungkinan besar akan dipertahankan sebagai empat pemain inti di belakang, tapi dengan absennya Rezaldi Hehanusa akibat akumulasi kartu kuning, besar kemungkinan Fajrin akan kembali ke posisi naturalnya di pos bek kiri dan Andy Setyo atau Ryuji Utomo dimainkan berdampingan dengan Hansamu melawan Kamboja.
Pos bek kanan masih akan ditempati Putu Gede Juni Antara, dan bila Fajrin belum pulih sepenuhnya dari sakit yang ia derita sejak dua hari lalu, Gavin Kwan Adsit bisa digeser sebagai bek kiri dan Putu Gede tetap di kanan. Hal ini bahkan berpeluang menambah kekuatan sisi kiri Indonesia karena selain Gavin yang lebih bermental ofensif, kemungkinan besar Saddil Ramdani akan main di kiri menggantikan posisi Febri Hariyadi yang staminanya terkuras cukup banyak di laga melawan Vietnam.
Lini tengah besar kemungkinan akan turun dengan kekuatan utama lewat poros Evan Dimas, Hargianto, dan Septian David Maulana. Marinus Wanewar dan Osvaldo Haay juga berpeluang besar dimainkan sejak menit awal mengingat Ezra Walian tampil tak cukup prima di babak pertama kala melawan Vietnam dan Yabes Roni mengalami kelelahan fisik yang sama dengan Febri.
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis