Rahasia melatih Ancelotti
Selama kurang lebih 21 tahun karier kepelatihannya, Carlo Ancelotti berhasil meraih 20 gelar juara, dengan rincian empat gelar liga, tujuh piala domestik, tiga gelar Liga Champions, tiga gelar UEFA Super Cup, dua gelar FIFA Club World Cup, dan satu piala Intertoto. Apa rahasia Ancelotti sehingga bisa menjadi pelatih yang begitu sukses?
Pertama, tentu saja adalah pengalamannya sebagai pemain hebat sebelum terjun ke dunia kepelatihan. Ancelotti adalah pemain sepak bola yang disegani di masanya. Dia pernah bermain di Parma, AS Roma, dan AC Milan. Selain itu dia adalah pemain langganan timnas Italia. Puncak kesuksesannya adalah ketika menjadi bagian dari “The Dream Team” AC Milan di bawah arahan Arrigo Sacchi yang kemudian diteruskan Fabio Capello.
Ancelotti sendiri mengakui bahwa merupakan suatu anugerah pernah dilatih oleh pelatih sehebat Nils Liedholm (AS Roma) dan Sacchi karena dia dapat menyerap kekayaan filosofi sepak bola dari dua sosok tersebut. Sacchi sendiri, sewaktu menjabat sebagai pelatih timnas Italia, menunjuknya menjadi asisten pelatih.
Yang kedua adalah cara adaptasi Ancelotti yang sangat baik di setiap tim yang dilatihnya. Ancelotti sangat memerhatikan faktor-faktor non-teknis sebelum terjun untuk melatih sebuah tim. Dia akan terlebih dahulu mempelajari bahasa, budaya, maupun kebiasaan dari suatu negara guna mendapatkan chemistry yang baik dengan para pemainnya.
Dengan menguasai banyak bahasa setelah malang-melintang di berbagai negara, masalah komunikasi bukanlah hambatan baginya dalam melatih sebagaimana hal itu merupakan momok menakutkan bagi kebanyakan pelatih Italia yang sangat payah berbahasa asing, bahkan bahasa Inggris sekalipun.
Yang ketiga adalah sifat kalem Ancelotti dalam melatih. Dalam beberapa kesempatan, Ancelotti memang sering terlihat emosional di pinggir lapangan namun itu hanyalah sesekali seperti insiden dirinya yang mengacungkan jari tengah kepada suporter Hertha Berlin pada bulan Februari 2017 yang lalu. Dengan sikapnya ini, banyak pemain menjadikannya sebagai sosok ayah dan terbukti Ancelotti tak pernah memiliki hubungan yang tak harmonis dengan para pemainnya.
Dia juga bukanlah tipe pelatih seperti Capello yang suka meledak-ledak atau Jürgen Klopp yang sering berubah menjadi “Hulk” di pinggir lapangan. Dan bahkan sama sekali tidak mirip seperti Diego Simeone yang gemar menantang pemain lawan untuk berkelahi. Cara berkomunikasi di konferensi pers maupun teknik psywar-nya pun jauh dari ciri khas Mourinho.
Carlo Ancelotti lebih kalem dan bahkan lebih banyak memuji para pelatih lawan. Dalam beberapa kesempatan, dia bahkan sering memberikan dukungan psikologis bagi pelatih yang sedang mengalami tekanan publik.
Para wanita di belakang Ancelotti
Bicara soal kehidupan asmara, kisah cinta Carlo Ancelotti tidak kalah dengan kisah asmara para pemain bintang sepak bola semacam Ronaldo. Setelah bercerai dengan istrinya, Luisa Gibellini, Ancelotti sering kedapatan tengah berkencan dengan jurnalis cantik asal Italia, Marina Cretu. Kisah cinta Ancelotti dengan Marina sangat sering menghiasi tajuk utama koran-koran Italia. Namun hubungan keduanya tidak berlanjut seiring pindahnya Ancelotti ke Inggris untuk melatih Chelsea.
Di Inggris, Ancelotti jatuh dalam pelukan seorang konsultan keuangan bernama Marian Auger. Marian menjadi sosok yang mengajarkan bahasa Spanyol kepada Ancelotti dan bahkan ikut serta sewaktu perkenalan publik sebagai pelatih baru Real Madrid. Hubungan mereka berlanjut hingga pernikahan pada Juli 2014 silam.
“Tidak ada yang sulit menjadi istri Carlo Ancelotti. Carlo adalah orang terbaik yang pernah saya temui. Ia adalah orang yang sangat berprinsip dan juga sangat ramah, daya tarik yang membuat saya jatuh cinta kepadanya karena dia cerdas,” ungkap Marian sebagaimana dikutip dari caughtoffside.
Kalimat bijak yang mengatakan “ Di balik pria yang hebat terdapat pula wanita yang hebat” sangat pas disematkan bagi Don Carlo. Dan kalimat pelesetan “Pria akan semakin hebat jika memiliki banyak wanita” pun masih pas jika dilekatkan dengan sosok perokok ini.
Mamma mia, Don Carlo!
Author: Yves Vincent Muaya (@YvMuaya)