Eropa Spanyol

Denilson, Kisah Transfer Termahal dan Kontrak Sepuluh Tahun

Tahun 2017 ini diramaikan berbagai cerita fantastis seputar kontrak pemain. Mulai dari kontrak sembilan tahun Saul Niguez di Atletico Madrid hingga rekor biaya transfer termahal yang dikeluarkan Paris Saint-Germain untuk memboyong Neymar. Namun, tahukah Anda bahwa semua itu telah terjadi sembilan belas tahun lalu ketika Real Betis mendatangkan Denilson?

Nama Denilson de Oliveira memang tak sefenomenal Ronaldinho dan tak melegenda seperti Pele. Namun, pemain kelahiran 24 Agustus 1977 ini akan selamanya diingat penggila sepak bola karena kehebohan yang ditimbulkannya pada musim panas 1998. Tepat setelah pelaksanaan Piala Dunia 1998 di Prancis, klub asal Spanyol, Real Betis, memecahkan rekor dunia untuk biaya transfer seorang pemain. Denilson-lah pemain tersebut.

Pemain yang mengawali kariernya di Sao Paulo ini memang tampil menawan di Piala Dunia 1998. Bersama Ronaldo, Rivaldo, Cafu, dan lain-lain, Denilson membawa Brasil tampil di final sebelum takluk dari tuan rumah Prancis. Real Betis yang pada saat itu masih memiliki kekuatan finansial yang besar, langsung mengajukan tawaran sebesar 21,5 juga paun.

Jumlah itu sedikit lebih besar di atas rekor sebelumnya, yaitu Ronaldo ketika dibeli Barcelona seharga 19,5 paun dari PSV Eindhoven. Tidak hanya memecahkan rekor baru dalam hal biaya transfer, Real Betis juga membuat rekor durasi kontrak dengan menyodorkan kontrak sepuluh tahun kepada pemain asal Brasil ini.

Cerita di atas baru seputar rekor kontrak yang dicatatkan oleh pemain kelahiran Diadema ini. Pertanyaan selanjutnya, apakah karier Denilson terbilang sukses?

Jawabannya adalah tidak. Denilson memang mencatatkan sekitar 200 penampilan dalam seragam Real Betis. Namun, ia tidak sampai memenuhi kontrak sepuluh tahunnya di Los Verdiblancos. Pria yang semasa bermain lebih banyak beroperasi di sayap kiri ini hanya bertahan tujuh tahun, itu pun diselingi dengan enam bulan masa peminjaman ke Flamengo.

Kesuksesan Betis menjuarai Copa del Rey 2004/2005 juga tak bisa dibilang berkat andil besar Denilson. Bisa dibilang, selama dua tahun terakhirnya di Spanyol, para Beticos sudah nyaris lupa pada pemain kidal ini. Akhirnya, Denilson pun memilih untuk pindah ke Liga Prancis untuk memperkuat Bordeaux.

Tragisnya, Bordeaux hanya membelinya seharga 4 juta paun saja atau hanya sekitar seperlima biaya yang dikeluarkan untuk memboyongnya dari Sao Paulo. Setelah itu, Denilson hanya bertahan semusim di Prancis. Ia kemudian bertualang ke Uni Emirat Arab untuk memperkuat Al Nassr, lalu ke Amerika Serikat untuk bergabung dengan FC Dallas.

Setelah sempat kembali ke Brasil untuk memperkuat Palmeiras dan Itumbiara, Denilson nyaris menjajal Liga Inggris andai saja kesepakatan awalnya dengan Bolton Wanderers pada tahun 2009 tidak batal. Akhirnya, nasib membawa pemain terbaik Piala Konfederasi 1999 ini ke Vietnam. Ia membela klub Hai Phong sebelum mengakhiri karier di Liga Yunani bersama Nea Kavala.

Meski karier klubnya berakhir jauh dari gemerlapnya liga kelas atas Eropa, Denilson pantas berbangga dengan pencapaiannya di tim nasional Brasil. Ia masih menjadi bagian Selecao ketika menjuarai Piala Dunia 2002. Setidaknya, ia pernah menyentuh dan mengecup trofi dari emas tersebut.

Denilson adalah contoh kasus pemain sepak bola yang gagal memenuhi potensi maksimalnya gara-gara terbebani label harganya sendiri. Apakah hal yang sama akan terjadi kepada Neymar?

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away