Nasional Bola

SEA Games 2015: Kenangan Pahit Indonesia di Semifinal

Indonesia mulai menatap kelolosan dari grup B SEA Games 2017. Menahan seri Thailand dan menang atas Filipina, menjadi modal yang bagus bagi Saddil Ramdani dan kawan-kawan. Mudah-mudahan saja, pasukan Merah Putih U-22 berprestasi lebih baik dari penampilan para pendahulu mereka dua tahun yang lalu.

Masih segar dalam ingatan kita, tim nasional Indonesia yang diharapkan bisa berprestasi di bawah arahan pelatih Aji Santoso, malah gagal memenuhi ekspektasi. Meski sempat lolos dari fase grup, Evan Dimas dan kawan-kawan babak belur di semifinal dan perebutan tempat ketiga.

Pada pertandingan pertama melawan Myanmar, Indonesia benar-benar dibuat kepayahan oleh penampilan lawannya tersebut. Babak pertama berlangsung ketat dengan skor 2-1 untuk Myanmar. Namun, di babak kedua, perbedaan kualitas permainan keduanya semakin terlihat. Indonesia bahkan sempat tertinggal 1-4 sebelum akhirnya mencetak gol hiburan. Dua gol Indonesia di pertandingan tersebut dicetak oleh Muhammad Abduh dan Ahmad Nufiandani.

Ini membuat langkah Evan Dimas dan kawan-kawan semakin berat. Untungnya, anak-anak asuhan Aji Santoso hanya menghadapi Kamboja di pertandingan kedua. Indonesia akhirnya menang 6-0. Muchlis Hadi Ning Syaifullah menjadi bintang di pesta gol Indonesia ini. Trigol dicetaknya ke gawang Kamboja, dengan tambahan dari Nufiandani, Wawan Febrianto dan Evan Dimas.

Di pertandingan ketiga melawan Filipina, lagi-lagi anak-anak asuh Aji Santoso tampil sedikit grogi. Untung, dua gol cepat Evan Dimas di menit-menit awal pertandingan membuat langkah Indonesia lebih ringan. Keunggulan dua gol sukses dijaga hingga menit-menit akhir. Mereka pun ditunggu laga hidup-mati di pertandingan terakhir melawan tuan rumah Singapura.

Pertandingan melawan Singapura memang pantas dilabeli laga hidup-mati, karena kekalahan akan membuat Indonesia tersingkir. Di pertandingan yang diselenggarakan di Stadion Jalan Besar tersebut, Evan Dimas dan kawan-kawan tak hanya menghadapi tim Singapura, tapi juga teror ribuan pendukung tuan rumah. Untungnya, lagi-lagi Evan tampil sebagai pahlawan. Gol tunggalnya di menit-menit awal babak kedua sudah cukup untuk memastikan langkah Indonesia ke semi-final.

Karena lolos sebagai runner-up, lawan berat pun menanti Indonesia di semifinal, yaitu Thailand. Raksasa Asia Tenggara ini lolos dari grupnya dengan rekor menakutkan, 16 kali menjebol gawang lawan dan hanya kebobolan 1 kali. Penampilan superior Thailand ternyata juga memakan Indonesia sebagai korban.

Penampilan penuh semangat Merah-Putih menguap di hadapan Chanatip Songkrasin dan kawan-kawan. Ketinggalan dua gol di babak pertama, Indonesia tak mampu bangkit dan malah dihajar tiga gol lagi di babak kedua. Melayanglah mimpi meraih emas untuk kesekian kalinya. Rekor selalu meraih medali perak di dua edisi SEA Games sebelumnya juga putus.

Lebih parah lagi, timnas Indonesia juga gagal meraih medali perunggu. Pada pertandingan perebutan peringkat ketiga, mereka lagi-lagi dibantai Vietnam dengan skor yang sama. Di babak pertama saja, Vietnam sudah memasukkan empat gol dan menambah satu gol di babak kedua.  Aji Santoso dan pasukannya pun pulang dengan tangan kosong.

Kebobolan sepuluh gol dalam dua pertandingan melengkapi kehancuran sepak bola nasional yang sebelumnya mendapat hukuman dari FIFA. Penampilan buruk di dua babak penting ini benar-benar antiklimaks. Permainan kolektif yang menghasilkan tiga kemenangan dengan jumlah gol besar di fase penyisihan grup gagal diperagakan tim asuhan Aji Santoso di semifinal dan perebutan tempat ketiga. Wajar jika pada akhirnya mereka menjadi bulan-bulanan Thailand dan Vietnam.

Hasil buruk ini benar-benar menjadi awal yang pas bagi periode kelam sepak bola Indonesia. Setelah SEA Games, praktis Indonesia absen dari kegiatan sepak bola apa pun akibat harus menjalani sanksi FIFA. Jika ingin mengukir prestasi bagus di SEA Games 2017 ini, ada baiknya Luis Milla dan anak-anak asuhnya berkaca kepada kegagalan dua tahun lalu sebagai pembelajaran.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.