Sepanjang kariernya, Alessandro Matri tak pernah benar-benar jadi aktor utama di timnya. Namun, bukan berarti dirinya tidak penting. Matri malah menikmati perannya sebagai cameo yang sesekali tampil jadi pahlawan bagi klub yang dibelanya. Bagi suporter Juventus, nama penyerang kelahiran Lombardy itu akan terus harum seiring kontribusinya dalam dua periode yang unik.
Memulai karier di AC Milan, Matri muda mendapat kesempatan debut saat hampir seluruh penggawa senior diistirahatkan jelang final Liga Champions Eropa tahun 2003 kontra Juventus. Pada awal kariernya di I Bianconeri, dia lebih sering dipinjamkan ke Prato, Lumezzane, dan Rimini, hingga akhirnya dijual lewat sistem kepemilikan bersama ke Cagliari. Memulai musim dengan baik di I Rossoblu, Matri akhirnya bertahan selama lebih dari empat tahun dan mencatatkan lebih dari 100 penampilan di klub asal Sardinia itu.
Peruntungannya secara mengejutkan berubah kala diboyong Juventus pada hari terakhir bursa transfer musim dingin 2011 seiring dengan cedera parah Fabio Quagliarella dan dipinjamkannya Amauri ke Parma. Di I Bianconeri, Matri akhirnya menemukan sesuatu yang dicarinya selama ini. Namun, dia memulainya dengan cara canggung, setelah mencetak dua gol debut sekaligus, kala melawan mantan tim, Cagliari. Matri memilih tak merayakan.
Pada musim yang sama, pemain berkebangsaan Italia itu mencetak gol krusial pertama saat menjadi penentu kemenangan atas rival abadi dalam laga bertajuk Derby d’Italia melawan Internazionale Milano. Musim 2010/2011, secara keseluruhan Matri sukses mengoleksi 20 gol dan menempatkannya sebagai top skor keempat di Serie A. Musim berikutnya bakal jadi momen yang tak dilupakannya.
Tak jodoh dengan Milan
Dalam upaya perburuan Scudetto oleh Juventus, Matri berperan besar dalam mencetak gol penyama kedudukan atas eks klubnya, AC Milan, di San Siro, Februari 2012. Di akhir musim, I Bianconeri berhasil mengamankan titel Serie A 2011/2012 sekaligus Scudetto pertama bagi Matri. Meski bertabur gelar, semusim berikutnya pemain berambut belah tengah itu lebih akrab di bangku cadangan dan akhirnya kembali ke Milan, Agustus 2013.
Sayangnya, I Rossoneri tampak bukan jodoh yang tepat untuk Alessandro Matri. Hanya enam bulan setelah kembali, Matri dipinjamkan ke Fiorentina. Masa peminjaman akhirnya kembali akrab pada dirinya. Setelah ‘disekolahkan’ ke Genoa, Matri balik ke Juventus, kali ini dengan status pinjaman. Keputusan manajemen I Bianconeri meminjamnya berbuah manis. Gol krusial ketiga dicetaknya saat menjadi penentu kemenangan atas Lazio pada ajang final Coppa Italia 2015. Matri juga kembali mendapat titel Scudetto pada musim 2014/2015 tersebut.
Saat kembali ke Milan pada musim panas 2015, Matri melakukan sebuah pergantian pemain terpendek sepanjang sejarah sepak bola. Masuk di menit akhir menggantikan Philippe Mexes pada partai uji coba melawan Real Madrid, Matri tercatat hanya tampil sebanyak lima detik, sebelum wasit meniupkan peluit panjangnya. Pada saat itu, pemain yang hari ini genap berusia 32 tahun tersebut lagi-lagi hanya tersenyum simpul, sebagai ciri khasnya selama ini.
Sempat kembali dipinjamkan, kali ini ke Lazio, Matri akhirnya benar-benar move on dari Milan setelah putus kontrak dan bergabung dengan Sassuolo. 2016/2017 lalu, delapan gol berhasil diciptakannya. Jelang musim baru Serie A, dirinya diisukan memperkuat tim promosi, Benevento, meski acapkali dibantah. Matri yang mencatatkan tujuh caps dan satu gol, pada laga debut, bersama timnas senior Italia, memilih untuk terus bekerja keras seraya menanti kebangkitan.
Sambil menanti aksinya bersama I Neroverdi, mari sama-sama ucapkan Buon compleanno, Alessandro Matri!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho