Matchday 2: Menang dan disertai peningkatan performa
Luis Milla melakukan perubahan. Saddil Ramdani dan Yabes Roni diturunkan sejak awal sementara Ezra Walian menggantikan posisi Marinus sebagai penyerang tengah. Di sektor belakang, Putu Gede Juni Antara menggantikan Gavin Kwan Adsit sebagai bek kanan.
Sejak awal pertandingan berlangsung, Hansamu Yama dan kawan-kawan sudah menunjukan gejala-gejala perbaikan penampilan. Beberapa sisi positif taktik terlihat dan memberikan impak positif terhadap pola progresi bola.
Pertama, Septian David Maulana mampu menemukan ruang yang pas di halfspace di sekitar lini gelandang Filipina. Ini sering dilakukannya dalam fase build-up. Akibat positifnya, Evan Dimas (dan juga Hargianto) mampu mengakses David untuk kemudian timnas melakukan penetrasi ke sepertiga akhir Filipina.
Septian David has been good so far. Drop deep to connect with the 2nd line. Provides support for wide dynamic. Gets into the box in the
— Ryan Tank (@ryantank100) August 17, 2017
Keterlibatan David dalam build-up
David turun sedikit untuk menjadi jembatan progresi dari Evan Dimas ke pemain-pemain di area depan. Dengan pengambilan posisinya, David mampu menciptakan koneksi kuat dengan kedua gelandang sayap timnas di kiri dan kanan. Koneksi ini, terkadang, didukung pula oleh pergerakan ke atas oleh bek sayap. Kombinasi-kombinasi inilah yang membuat kedinamisan struktur Indonesia di sayap dan halfspace sisi bola terasa lebih kuat ketimbang di laga perdana.
Selain itu, David juga memperlihatkan pemilihan waktu yang pas untuk masuk ke kotak penalti demi terlibat dalam fase eksekusi peluang. Gol pertama merupakan contoh efek maksimal pergerakan David ke dalam kotak penalti lawan.
Perbaikan kedua adalah membaiknya pengambilan posisi ketiga gelandang tengah. Ketika menghadapi Thailand, seringnya Evan dan Hargianto berada dalam posisi sejajar dan berdekatan membuat progresi terhambat. Melawan Filipina, walaupun formasi serupa masih teridentifikasi, tetapi dalam beberapa kesempatan, ketiganya mampu menempatakn diri dengan lebih ideal dan menciptakan bentuk segitiga.
Contoh, Evan menjemput bola di pos gelandang bertahan sementara Hargianto dan David berada di depannya dan mengisi pos nomor 8. Evan menarik perhatian gelandang serang Filipina sementara David dan Hargianto mengikat masing-masing pemain sayap dan gelandang tengah lawan terdekat. Walaupun tidak menimbulkan banyak dampak positif, tetapi (sedikit) sisi positif ini tentu bisa dieksplorasi lebih jauh oleh Milla demi perbaikan taktik progresi.
Perbaikan ketiga adalah pengambilan posisi gelandang sayap yang tidak selalu berdiri terlalu jauh dari posisi di mana David berada. Saddil, contohnya. Ada beberapa kesempatan Saddil ikut berperan sebagai gelandang serang bahkan gelandang tengah sekunder dengan cara masuk ke hal space dan menjadikan dirinya sebagai konektor serangan ke area atas.
Sedikit atau banyak, kedinamisan struktur yang ditunjukan oleh pemain sayap dan gelandang serang timnas sudah barang tentu menambah keruwetan dalam sistem pertahanan lawan. Apalagi, di level ASEAN, man to man marking sering sekali diterapkan berlebihan dan menyebabkan banyak ‘lubang’ tercipta bagi lawan.
Menghadapi Timor Leste yang banyak kedapatan kehilangan perlindungan di pos gelandang bertahan, kombinasi pergerakan tanpa bola David dengan kedua sayap atau penyerang tengah, berpotensi mengeksploitasi area gelandang bertahan Timor Leste.
Bagaimana dengan isu taktik untuk matchday 3?
Perhatikan tiga potongan video di bawah:
https://t.co/k73ktkeoOU Rep. Korea tried to exploit Timor Leste 6 post.
— Ryan Tank (@ryantank100) August 17, 2017
Republik Korea menunjukan cara mengeksploitasi pos gelandang bertahan Timor Leste
Di video pertama, perhatikan pemain bernomor punggung 5, Jorge Sabas Victor, yang merupakan gelandang bertahan Timor Leste. Di menit ke 46:24, karena pressing Jorge ke nomor 19 Korea Selatan, area di depan bek Timor Leste menjadi kosong. Akibatnya, ketika bek tengah Korea melepaskan umpan ke pos gelandang bertahan Timor Leste, Jorge sudah telanjur keluar dari posisinya menyebabkan bek tengah yang harus bergerak naik melindungi area tersebut.
Di video kedua, lagi-lagi Jorge melakukan press ke depan ketika ia tidak harus melakukannya. Akibatnya, lagi-lagi, pemain Korea mendapatkan ruang dan waktu (spatio-temporal gain) di pos gelandang bertahan Timor Leste.
Dalam banyak situasi, Timor Leste Timor bertahan dengan pola 4-1-4-1-0 atau 4-5-1-0 dan menggunakan Henrique Cruz, si penyerang tengah, untuk masuk ke pos gelandang serang guna memblokir akses umpan ke depan atau dribble yang mungkin dilakukan oleh gelandang lawan. Blokade Henrique secara tidak langsung menutup akses lawan ke pos gelandang bertahan Timor.
Sehingga, ketika Henrique keluar dari posnya, saat itu kemudian lawan mendapatkan kesempatan mengakses pos gelandang bertahan Timor. Hal ini dapat Anda lihat di klip ketiga. Serangan balik Timor digagalkan (menit 50:44), Henrique telanjur bergerak jauh ke depan dan menyebabkan ruang di depan lini gelandang Timor terbuka. Pemain Korea segera memanfaatkan kondisi ini dengan melepaskan umpan vertikal (menit 50:49) ke area di depan bek Timor.
Pemain-pemain Indonesia bisa mencoba mengadaptasi strategi Korea Selatan. Keunggulan teknis Evan Dimas, keberadaan David di pos gelandang serang, dan sayap-sayap yang dinamis, membuat Indonesia memiliki potensi memanfaatkan celah ini.
Yang dapat dipelajari dari Korea Selatan adalah walaupun sukses mengidentifikasi kelemahan Timor, tetapi Korea hanya dapat mengakhiri pertandingan dengan skor 0-0. Apa sebabnya, tentu ada berbagai kemungkinan. Tetapi, salah satunya bersumber dari pemain-pemain Korea sendiri yang di dalam banyak kesempatan tidak menciptakan struktur dengan kelebaran maksimal.
Dengan kelebaran maksimal, tim menyerang dapat memecah compactness (kerapatan) horizontal lawan dan memancing pemain-pemain lawan bergerak melebar. Dalam konteks ini, lawan yang bergerak melebar berpotensi membuka celah horizontal(biasanya antara bek sayap dengan bek tengah atau gelandang sayap dengan gelandang tengah) yang juga berarti mempermudah akses tim menyerang untuk masuk ke kotak penalti.
Terkait hal di atas, adalah tugas gelandang serang atau bek sayap timnas Inonesia untuk mengisi area elips berwarna putih. Bila ini dilakukan secara konsisten, tentu saja kompleksitas tugas pertahanan Timor Leste bertambah. Dengan meningkatnya kompleksitas pertahanan, tentu membuat fokus pemain terpecah. Pada gilirannya, apakah hal ini diharapkan dapat menuntun Garuda Muda meraih tiga poin? Tentu saja!
Author: Ryan Tank (@ryantank100)