Sehari sebelum laga kedua cabor sepak bola Grup B SEA Games 2017, melalui Twitter resminya, PSSI mengetik cuitan yang menarik. Sebuah fakta unik bahwa hari ini, 17 Agustus 2017, timnas Indonesia U-22 akan meladeni perlawanan Filipina dengan sepak mula yang dimulai pukul 19:45 waktu Indonesia. Fakta yang boleh dibilang sangat berkesan, selain harus bermain di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, timnas juga dibuai jadwal bertanding dengan deretan angka yang cantik.
Apakah itu cukup? Belum tentu.
Harapan, kamu tahu, tak hanya bisa membuai, tapi juga membunuh dalam senyap. Filipina sementara ini duduk di posisi kedua di bawah Vietnam yang berpesta empat gol ke gawang Timor Leste di laga perdana. Selain itu, Filipina sukses meredam perlawanan Kamboja, negara yang diwanti-wanti menjadi kuda hitam Grup B, dengan skor cukup meyakinkan, 2-0.
Sekilas, tak ada yang istimewa dari permainan Filipina. Tak seperti skuat seniornya yang diperkuat Neil Etheridge dan duo Younghusband, Phil dan James, skuat muda mereka, utamanya sebelas pemain inti, adalah nama-nama lokal. Tapi, angka 2-0 di papan skor akhir pada laga kontra Kamboja tentu tak bisa ditepikan. Filipina masih bisa mengancam dengan senyap, menanti kelengahan timnas Indonesia, lalu sigap memanfaatkannya untuk merusak momen Hari Kemerdekaan yang sudah didengungkan dari sehari lalu.
Ancaman skema sepak pojok khas Filipina
Beberapa kali di laga kontra Thailand, tiap kali Negeri Gajah Putih mendapat sepakan bebas di sekitar area dekat kotak penalti, jantung saya selalu berdegup lebih kencang. Jantung semakin berdegup kencang tiap kali Thailand memperoleh sepak pojok. Selain punya eksekutor andal, situasi bola mati kerap menguntungkan lawan karena beberapa kali pemain kita terlampau lengah di situasi seperti ini.
Dan sialnya, Filipina punya kesiapan dengan skema bola mati. Jauh lebih siap dari Thailand.
Dari sesi latihan perdana jelang lawan Kamboja, Marlon Maro, pelatih kepala Filipina, beberapa kali mengasah kemampuan skema bola mati anak asuhnya. Skemanya pun menarik. Bila kebanyakan pelatih menginstruksikan beberapa bek tengahnya untuk berada di kotak penalti lawan, Filipina justru menggantungkan harap kepada bek sayap, Reymart Cubon dan pemain bernomor punggung 10, Dylan Alain De Bruycker.
Dalam beberapa pola, dua pemain ini akan berada di tiang dekat, dengan dua bek tengah berada persis di depan gawang lawan. Cubon dan De Bruycker hampir selalu merapat ke tiang dekat dan ini sudah terbiasa mereka lakukan di sesi latihan. Salah satu gol di laga melawan Kamboja, tercipta melalui proses hasil latihan. Kouichi Belgira (pemain nomor 14) dan Javier Gayoso (nomor 23), dua pemain yang mengambil tugas sepak pojok, hampir selalu melihat pergerakan Cubon dan De Bruycker jelang melepas sepak pojok.