Nasional Bola

Opsi Model Permainan bagi Luis Milla di SEA Games 2017

Kredit: PSSI

Pertahanan: organisasi pressing, harmonisasi, dan intensitas

Selama ini, menghadapi tim mana pun, Luis Milla memainkan pressing blok menengah. Bentuk dasar pressing adalah 4-4-1-1 atau 4-2-3-1 yang berorientasi pada formasi sendiri. Di fase awal, Indonesia hanya akan menerapkan pressing berorientasi pemain lawan kepada nomor 6 (gelandang bertahan lawan). Tugas ini dimainkan oleh nomor 9 Indonesia (Marinus Manewar).

Bila nomor 9 bergerak naik melakukan press kepada bek tengah, pemain nomor 10 yang akan menggantikan tempatnya menjaga nomor 6 lawan.

Gambar 9: Pressing blok menengah timnas

Di tengah, duo gelandang tengah menyesuaikan diri dalam formasi dasar serta pergerakan gelandang tengah lawan. Bila pemain lawan bergerak turun untuk membantu progresi, Evan Dimas atau Hargianto, siapa yang lebih dekat, harus segera mengikutinya dan melakukan press dari arah punggung lawan.

Yang sering menjadi masalah adalah ketika nomor 4 lawan mengakses nomor 10. Dalam situasi seperti ini, Hargianto (dalam gambar di atas) bisa saja melakukan backward-press (press ke arah belakang), tetapi, idealnya, karena nomor 10 membelakangi gawang Indonesia, bek tengah yang lebih tepat untuk melakukan onward-press (press ke arah depan) kepada nomor 10 lawan. Sering sekali, Indonesia tidak melakukan keduanya yang membuat celah antarlini terekspos dengan sangat mudah.

Untungnya, orientasi sayap dalam model serangan lawan-lawan Indonesia membuat pemain lawan seperti tidak sadar akan ruang tersebut. Walaupun demikian, mari kita berharap Luis Milla mampu mengatasi isu ini.

Isu lain adalah intensitas pressing yang tidak konsisten. Paling sering terlihat dilakukan oleh pemain-pemain belakang dan gelandang bertahan. Dalam banyak situasi, ketika pemain lawan bergerak turun yang mana pemain terdekat timnas wajib mengikutinya, pressing yang dilakukan telat.

Menghadapi Vietnam dan Thailand, merupakan hal yang dapat dipahami apabila Indonesia lebih memilih melakukan pressing blok menengah. Tetapi, ketika menghadapi Kamboja, ada baiknya Indonesia mempertimbangkan melakukan press dengan 4-4-2 blok tinggi ketimbang 4-4-1-1. Luis Milla bisa saja meminta anak asuhnya memulai pressing dari bentuk dasar 4-4-1-1, tetapi kali ini disertai dengan pengembangan akses menjadi 4-4-2. Kenapa hal ini perlu dilakukan?

Ketika lawan memainkan pressing dua pemain depan, Kamboja akan segera bertranposisi dari pola dua bek menjadi tiga bek. Jeleknya, walaupun Kamboja mendapatkan situasi menang jumlah (3 lawan 2), mereka terlalu sering terburu-buru melepaskan umpan jauh ke depan. Biasanya, dalam situasi ini, ada jarak yang besar antara lini tengah dan trio serang Kamboja. Menyebabkan lawan lebih mudah memenangkan bola-bola kedua.

Gambar 10: Press 4-4-2 timnas (bayangan ketika melawan Kamboja)

Perhatikan nomor 6 Kamboja yang turun ke bawah membentuk pola tiga bek. Garis putus-putus biru merupakan umpan melambung jauh ke depan. Garis hijauh putus-putus merupakan keberhasilan bek Indonesia memenangkan duel udara. Bola jatuh di area nomor 6 di mana Indonesia menang jumlah. Peluang Indonesia memenangkan bola kedua lebih besar ketika Kamboja memainkan 3-4-3 daripada ketika Kamboja dibiarkan membentuk pola 2-1-4-3 atau 2-5-3.

Menghadapi Vietnam, situasi yang dihadapi berbeda. Vietnam memiliki Nguyễn Công Phượng, seorang pemain berkelas. Pemain ini sangat berbahaya apabila mendapatkan ruang gerak dari kiri ke tengah untuk kemudian melakukan tembakan ke gawang.

Bila Luis Milla berniat menghentikan taktik ini, salah satu jalan yang bisa dicoba adalah memainkan pressing asimetris yang ditujukan untuk mengarahkan Vietnam melakukan progresi ke sisi kanan. Bek kanan timnas, Gavin Kwan, juga harus terus mempersempit ruang gerak gelandang kiri Vietnam dengan tujuan agar Vietnam mengarahkan progresinya ke kanan.

Apakah cara ini akan efektif? Belum tentu, karena Công Phượng merupakan pemain yang sangat bagus. Bukan hanya cepat, tetapi juga sangat mampu bermain di ruang sesak, baik di kanan, kiri, atau tengah. Tetapi paling tidak, dengan menghambat Vietnam bergerak ke kiri, sudah sedikit mengurangi ancaman Công Phượng dari area tersebut.

Kalau pun Milla ingin memainkan pertahanan yang lebih simetris, ia harus memastikan overload-overload Garuda Muda di kedua sisi lapangan selalu konsisten dan kuat. Kenapa? Karena, dibandingkan Indonesia dan Thailand, kedinamisan Vietnam di sisi sayap merupakan yang paling variatif dan agresif. Di sini kemudian kekuatan kolektif serangan Vietnam berada. Menghambatnya bisa menjadi pemicu frustrasi bagi pemain-pemain Vietnam.

Jadi bagaimana Luis Milla, siap mencoba model permainan yang kami tawarkan?

Author: Ryan Tank (@ryantank100)