Memanfaatkan celah antarlini
Salah satu kelemahan lawan yang bisa dimanfaatkan Timnas Indonesia adalah memanfaatkan ruang di celah antarlini lawan. Celah antarlini merupakan area yang terletak di antara lini bek dan lini gelandang atau biasa disebut sebagai pos nomor 6 atau pos gelandang bertahan.
Timor Leste, Kamboja, dan Filipina sering kali terekspos di area ini, lebih sering ketimbang Vietnam, Thailand, dan Indonesia. Siapa yang mampu memanfaatkan celah ini, memiliki peluang untuk memenangkan pertandingan.
Namun, ada dua penghalang untuk (dapat secara maksimal) memanfaatkan kelemahan ini. Yang pertama adalah model serangan yang diusung Luis Milla sendiri. Yang kedua, isu pengambilan keputusan terkait tempo dan dukungan struktural, seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya di atas.
Kita mulai dari isu pertama, yaitu model serangan Indonesia. Orientasi serangan Indonesia dan negara-negara lain ASEAN pada umumnya adalah berorientasi ke sayap, menciptakan kedinamisan di sayap, dan masuk melalui sisi sayap atau halfspace sisi bola. Sederhananya, area sayap merupakan area yang diidentifikasi sebagai area strategis.
Karena seringnya bermain direct, pada gilirannya, struktur timnas di dalam blok pertahanan lawan belum terbentuk dengan ideal dalam kaitannya dengan usaha membongkar sisi tengah lawan. Akses ke tengah (pos nomor 6 lawan) pun menjadi lamban dan memberikan kesempatan lawan untuk membentuk blok rendah yang rapat.
Namun, bukan berarti tidak memungkinkan memainkannya. Keberadaan Evan Dimas, formasi 4-2-3-1, dan keberadaan satu di antara Ezra Walian atau Marinus Wanewar membuat eksploitasi celah nomor 6 lawan mungkin dilakukan.
Filipina merupakan salah satu tim yang memainakan man to man marking dan sering mengekspos ruang di depan bek lawan. Indonesia dapat mencoba menciptakan ruang dengan cara melakukan overload berganda (oleh pemain nomor 7dan nomor 2) di sayap untuk membuka akses umpan dari sayap atau halfspace (pemain nomor 8) kepada penyerang atau gelandang serang yang mengisi pos penyerang tengah (pemain nomor 9).
Begitu juga dengan Kamboja dan Timor Leste yang kerap terlihat mengekspos pos nomor 6 mereka dikarenakan agresifnya pressing yang dilakukan oleh gelandang tengah. Semoga saja, keberadaan gelandang serang dalam 4-2-3-1 dan kemampuan olah bola Evan Dimas dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pertandingan.
Ini menjadi alasan lain kenapa Evan lebih cocok ditempatkan sebagai nomor 8. Karena dari pos tersebut, ia bisa melakukan koneksi serangan baik secara vertikal, horizontal, maupun diagonal antara area bawah dengan area atas.
Kekuatan tubuh Marinus untuk menahan bola juga dapat digunakan untuk menjadikannya target umpan di area antarlini lawan sembari menunggu kedua gelandang sayap atau gelandang serang merangsek masuk ke kotak penalti lawan.
Opsi-opsi di atas akan semakin cair dimainkan apabila Evan Dimas dan kawan-kawan mampu mengidentifikasi waktu yang tepat untuk memainkan dan menerima umpan. Ditambah lagi, antisipasi dari pemain lain untuk bertindak sebagai pendukung (support) struktural bagi penerima bola seperti yang dijelaskan dalam infografis.
Vietnam sendiri memiliki kelemahan di area yang sama. Anda dapat membacanya di sini dan melihat bagaimana Korea Selatan menunjukan cara memanfaatkannya.