Awalnya memang kurang meyakinkan. Tanda tanya besar kepada manajemen Bali United ketika mereka mengontrak penyerang asal Belanda, Sylvano Comvalius. Ia memang merupakan produk binaan Ajax Amsterdam, tetapi karier Sylvano lebih banyak dihabiskan di kesebelasan-kesebelasan yang bahkan namanya begitu asing di telinga publik sepak bola Indonesia. Hanya Dynamo Dresden, klub yang pernah diperkuat Sylvano yang cukup dikenal.
Prestasi terbaik Sylvano adalah ketika membawa timnya, Birkirkara FC, menjadi juara Liga Malta pada tahun 2010. Pada edisi tersebut juga ia menjadi pencetak gol terbanyak dengan 15 gol. Setelahnya, Sylvano berpetualang di Eropa dan Asia Timur, hingga akhirnya mendarat di Bali United pada Maret 2017 lalu.
Di awal-awal kedatangannya, penampilan Sylvano tidak begitu membuat para penggemar tim Bali United yakin. Ia memang cukup baik ketika melakukan duel udara, tetapi Sylvano sering tampak terlihat kikuk ketika sedang bergerak. Bahkan, ada dalam sebuah kesempatan di sebuah pertandingan, penyelesaian akhir Sylvano tidak menunjukan bahwa dirinya merupakan penyerang yang masuk kategori sebagai penyerang asing.
Kesabaran pelatih Widodo Cahyono Putro dan Bali United akhirnya berbuah hasil. Ternyata apa yang dialami oleh Sylvano di awal-awal kedatangannya ke Indonesia adalah sebuah proses adaptasi. Sylvano kemudian terus mencetak gol ke gawang lawan. Dari yang awalnya disangka merupakan pembelian yang flop, Sylvano justru menjelma menjadi salah satu penyerang yang rajin mencetak gol di kompetisi Liga 1.
Tercatat hingga pekan ke-19 ini , Sylvano sudah menyarangkan 17 gol. Terpaut empat gol dari Peter Odemwingie yang baru menyarangkan 13 gol.
Apabila Sylvano terus mencetak gol dan bahkan di akhir kompetisi ia keluar sebagai pencetak gol terbanyak, pemain kelahiran Amsterdam 10 Agustus 1987 ini akan mencatatkan sebuah rekor yang belum lagi dipecahkan selama hampir dua dekade: menjadi pencetak gol terbanyak kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia yang berasal dari benua Eropa.
Terakhir kali kompetisi Indonesia mendapatkan top skor asal Eropa yaitu Dejan Gluscevic yang tampil bersama Bandung Raya di Liga Indonesia 1995/1996. Dejan mencetak total 30 gol pada musim tersebut.
Sejak era sepak bola profesional setelah unifikasi Galatama dan Perserikatan, lalu berlanjut ke era Liga Super dan kini era Liga 1, pencetak gol terbanyak kompetisi selalu didominasi oleh para pemain dari Amerika Latin. Selama 19 musim, sebanyak tujuh kali pesepak bola asal Amerika Latin dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak. Dalam jumlah ini juga termasuk nama Cristian Gonzales ketika ia masih masuk kategori pemain asing. Setelahnya diikuti oleh para pemain asal Afrika yang sudah tiga kali menjadi pencetak gol terbanyak.
Segalanya bahkan akan lebih baik lagi andai Sylvano berhasil membawa klubnya, Bali United, menjadi kampiun di akhir kompetisi.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia