Gong Eredivisie musim 2017/2018 telah resmi dikumandangkan! Liga sepak bola kasta tertinggi di Belanda ini siap kembali memberikan tontonan berkualitas dan persaingan sengit di setiap sudut tabel klasemen. Meski kerap ditempatkan sebagai liga terbesar keenam atau batas dari sebutan lima liga elite Eropa di bawah Liga Primer Inggris, Serie A, La Liga, Ligue 1, dan 1.Bundesliga, Eredivisie juga punya pamor tersendiri.
Kemenangan tiga gol tanpa balas FC Utrecht di kandang ADO Den Haag, Jumat (11/8) malam tadi waktu lokal, menandakan dimulainya Eredivisie 2017/2018. Musim ini dipastikan bakal berlangsung menarik setelah Feyenoord Rotterdam keluar sebagai juara edisi sebelumnya atau tim ketiga yang jadi jawara liga dalam empat musim terakhir. De Grote Drie atau sebutan untuk tiga kekuatan besar, yakni Feyenoord, AFC Ajax, dan PSV Eindhoven, diyakini bakal bersaing ketat di papan atas klasemen.
Bukan tanpa sebab mengingat tak hanya tradisi besar yang terus menaungi, dukungan finansial juga jadi salah satu alasan kuat Eredivisie 2017/2018 bakal kembali jadi milik De Grote Drie. Lebih dari itu, tercatat cuma tiga kali liga yang baru saja memperkenalkan logo baru tersebut, tak dimenangkan baik Feyenoord, Ajax, maupun PSV, sejak 1965 silam. Ketiga tim tersebut juga merupakan penghuni tetap dimulai dari berdirinya liga pada 1956 alias tak pernah terdegradasi.
Sejauh ini, Ajax jadi pengoleksi titel terbanyak dengan 33 kali juara, diikuti PSV lewat 23 trofi dan Feyenoord yang merengkuh titel ke-15 musim lalu. Namun, siapa satu dari tiga tim tersebut yang bakal keluar sebagai juara pada akhir kompetisi, 6 Mei 2018 nanti? Menilik pada apa yang sudah dilakukan sepanjang pramusim, trofi Eredivisie diprediksi bakal mengarah ke utara, bukan selatan.
Titel ke-34 untuk Appie
Kegagalan menyesakkan dari Feyenoord musim lalu tentu masih diingat suporter Ajax. Harapan yang sudah tipis, sempat hadir kembali jelang akhir musim. Namun, kekalahan di kandang PSV pada speelronde ke-32 membuyarkan asa klub asal kota Amsterdam itu. Untuk kali ketiga, Ajax gagal jadi juara. Belajar dari pengalaman, kali ini Ajax diprediksi bakal mendapatkan hasil berbeda.
De Godenzonen difavoritkan untuk kembali menjadi juara pada edisi kali ini. Selain ambisi serta perubahan besar yang digaungkan manajemen tim, ada sebuah misi mulia yang diemban Kasper Dolberg dan kawan-kawan pada Eredivisie 2017/2018 ini. Menyambut musim baru, Ajax yang ditinggal pelatih Peter Bosz ke Borussia Dortmund, menunjuk eks juru taktik Jong Ajax, Marcel Keizer, untuk menangani tim.
Sederet perubahan dilakukan dengan mendatangkan kembali eks penyerang tajam Ajax, Klaas-Jan Huntelaar, guna menjaga keseimbangan tim yang diisi banyak pemain belia. Sayangnya, persiapan pramusim Ajax sempat dihantam dengan kabar buruk dari pemain mudanya, Abdelhak Nouri, yang tiba-tiba kolaps pada laga uji coba melawan Werder Bremen di Austria, awal Juli 2017 lalu.
Pertandingan lantas dihentikan dan pemain yang akrab disapa Appie itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan helikopter. Beberapa hari kemudian, Ajax memastikan Nouri mengalami kerusakan otak serius dan permanen. Atas dasar itulah, Huntelaar dan kolega sangat berambisi memberikan kado berupa titel ke-34 untuk Nouri, yang kebetulan sama dengan nomor punggungnya di De Godenzonen. Meski begitu, Ajax memang punya sederet alasan untuk jadi yang terbaik pada Eredivisie musim ini.
Kepergian pemimpin lini tengah, Davy Klaassen plus Jairo Riedewald, bakal ditutupi dengan dua nama belia, Donny van de Beek dan Frenkie de Jong yang sudah mulai dipercaya tampil sejak musim lalu. Nama pertama bahkan telah mencatatkan lebih dari 30 penampilan di Eredivisie 2016/2017.
Sementara itu posisi Kenny Tete yang hijrah ke Olympique Lyon, akan diisi rekrutan teranyar asal Kolombia, Luis Manuel Orejuela, untuk membentuk kuartet lini belakang bersama bek muda potensial timnas Belanda, Matthijs de Ligt, Davinson Sánchez, dan Nick Viergever. Di depan, nama Dolberg yang musim lalu mencetak 22 gol di semua kompetisi, bakal terus diandalkan, bersama duet penyerang sayap Amin Younes dan David Neres atau Justin Kluivert.