Melihat kerasnya persaingan di dunia sepak bola dewasa ini, mungkin tak ada yang menyangka perjalanan karier Francisco Román Alarcón Suárez atau lebih singkatnya Isco, akan berlangsung sepanjang ini di klub sekaliber Real Madrid. Digadang-gadang jadi calon legenda Los Blancos dan timnas Spanyol, lantas perlahan redup, hingga kini bangkit, merupakan rangkuman singkat tentang apa yang terjadi padanya dalam empat tahun terakhir ini.
Tidak main-main, dari nama yang kerap dikedepankan dalam daftar jual klub setiap bursa transfer dibuka, Isco punya segalanya untuk menentukan nasib trio dahsyat di lini depan Madrid yang lebih dikenal dengan BBC, atau Karim Benzema, Gareth Bale, dan Cristiano Ronaldo. Nama kedua jadi yang paling kena imbas dari kebangkitan seorang Isco, hingga akhirnya sering diberitakan bakal angkat koper dari Estadio Santiago Bernabeu.
Penampilan istimewa pada laga Piala Super Eropa kontra Manchester United, tengah pekan lalu di Skopje, Makedonia, menjadi justifikasi anggapan tersebut. Isco keluar sebagai man of the match lewat gol penentu kemenangan. Bukan cuma lesakkan indah ke gawang Red Devils, dia seakan tak canggung untuk mendikte permainan Los Blancos lewat perubahan formasi yang menempatkannya di posisi nomor 10, di depan trio gelandang Casemiro, Toni Kroos, dan Luka Modric.
United, yang belakangan dikabarkan sempat menolak mendatangkan Isco cuma karena laporan pemandu bakat yang menyebut kepalanya terlalu besar untuk ukuran badannya, baru saja merasakan daya magisnya yang berujung pada porak-porandanya permainan yang disusun manajer Jose Mourinho. Isco, si kepala besar dengan kaki bengkok, kini jadi salah satu permata paling banyak diburu seantero Eropa usai sukses bangkit dari keterpurukan.
Dari Golden Boy hingga Bench Boy
Kehadiran Isco pada bursa transfer musim panas 2013 menandai era baru Madrid bersama pelatih Carlo Ancelotti. Lewat saga transfer yang cukup menegangkan, pemain asli Andalusia ini didatangkan usai tampil gemilang bersama klub kampung halamannya, Malaga. Kepindahan senilai 30 juta euro juga terjadi semusim setelah dirinya mendapat gelar Golden Boy atau pemain muda terbaik di Eropa 2012. Tak pelak kehadiran Isco disambut meriah Madridista.
Di awal kedatangannya, Isco langsung menyingkirkan nama tenar sekelas Mesut Özil. Pada laga debutnya versus Real Betis, masing-masing satu gol dan asis tercipta atas namanya. Jika itu belum cukup, ada dua lesakkan ke gawang Athletic Bilbao yang dicetak Isco di pertandingan selanjutnya. Penampilan sangat menjanjikan di awal ini yang membuat harapan suporter Los Blancos akan kehadiran bocah lokal yang bakal menggantikan nama besar seperti Raul Gonzales dan Guti, kian menyeruak.
Tak cuma jago mencetak gol, Isco juga dibekali kemampuan menggiring bola dan mengirim umpan di atas rata-rata. Saking memukaunya, dia dipanggil dengan sebutan magia atau si ajaib di ruang ganti Madrid. Namun, nasib berkata lain. Kilau pemain kelahiran Malaga itu di Santiago Bernabeu tak bertahan lama. Kehadiran pemain dengan rekor transfer kala itu, Gareth Bale, mengubah peruntungan Isco. Bale membuat Don Carletto kala itu mengubah skema dari 4-3-1-2 menjadi 4-3-3 yang merupakan awal terciptanya trio BBC Madrid.
Di tengah pun, dirinya kehilangan tempat seiring konsistennya permainan Xabi Alonso, Modric, dan Angel Di Maria. Bukan tanpa alasan, performa Isco juga kian menurun karena lebih sering ditempatkan bukan pada posisi aslinya. Perubahan nasib yang tergolong cepat juga menimbulkan sebuah ironi besar bagi Madridista. Isco tampak hanya sebagai penghias bangku cadangan dan perlahan dilupakan, seiring kedatangan James Rodriguez, hingga Marco Asensio.