Uncategorized

Mempertanyakan Penggunaan Wasit Asing di Liga 1

Penggunaan wasit asing sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Liga Primer Inggris pernah mewacanakan hal tersebut namun kemudian karena satu dan lain hal, wacana itu tidak jadi dilaksanakan. Negara-negara di Timur Tengah sendiri sering menggunakan para pengadil dari Eropa untuk memimpin jalannya pertandingan, terutama untuk laga-laga yang memiliki tensi tinggi.

Setelah sempat dilakukan percobaan di beberapa kompetisi sebelumnya, kini sepak bola Indonesia resmi menggunakan wasit asing sebagai pengadil sepanjang jalannya kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1. Enam wasit didatangkan, tiga berasal dari Australia, tiga yang lain berasal dari Kirgistan. Mereka bahkan sudah langsung bertugas di pekan pertama putaran kedua Liga 1 yang dimulai kemarin (4/8).

Pertanyaanya kemudian, apakah wasit asing akan memberikan kerja lebih baik ketimbang para pengadil lokal? Pertanyaan ini hampir serupa dengan apakah para pemain asing akan memberikan kontribusi yang lebih baik ketimbang para pemain lokal atau justru sama saja bahkan malah tidak lebih baik.

Permasalahan soal kultur sepak bola mesti menjadi perhatian besar lain. Karena hal tersebut yang membuat Liga Primer Inggris kemudian membatalkan niatan mereka untuk menggunakan wasit asing. Tetapi di kancah sepak bola Indonesia memang soal kualitas menjadi hal yang utama. Mengingat ada beberapa pertandingan yang di putaran satu lalu berjalan tidak begitu baik karena kinerja dari wasit yang kurang maksimal.

Profil wasit asing yang mengundang tanda tanya

Syarat utama seorang wasit bisa menjadi pengadil di level lintas negara utamanya adalah ia terdaftar di induk organisasi sepak bola internasional, FIFA. Atau biasa disebut sebagai wasit berlisensi FIFA. Untuk bisa mengetahui wasit mana yang memiliki lisensi FIFA atau tidak, Anda bisa langsung mengunjungi laman resmi FIFA dan mengecek bagian referee atau wasit.

Dari enam wasit yang didatangkan untuk memimpin Liga 1, hanya ada dua nama yang tercatat yaitu Evan Shaun dan George Lakrindis. Dua nama ini merupakan bagian dari total 15 wasit FIFA yang dimiliki oleh Australia. Sementara satu pengadil lain yaitu Brown Wilson Kenneth, sejauh ini masih sulit diketahui lisensi apa yang dipegangnya. Karena ketika Anda menggunakan mesin pencari, yang muncul justru profil seorang pengacara dengan nama yang sama.

Kredit: FIFA.com

Dan mesti diketahui bahwa Evan Shaun dan George Lakrindis baru mendapatkan lisensi mereka pada tahun 2016 dan 2017 lalu. Tandanya, pengalaman mereka di level internasional masih betul-betul hijau. Meskipun Shaun sendiri dalam profilnya disebut sudah pernah menjadi pengadil di Liga Super Cina.

Soal tiga nama dari Kirgistan lebih menyulitkan lagi. Sejauh pencarian, nama R. Rysbek Sherkerbekov, Artem Skopintsev dan Eldiiar Salybaev, tidak muncul di laman selain yang berbahasa Indonesia. Bahkan tidak muncul di laman FIFA. Apakah lisensi mereka valid? Tentu hanya PSSI dan operator PT. Liga Indonesia Baru saja yang tahu.

Terlebih, apabila memang membutuhkan tenaga wasit asing, tentu alangkah baiknya mencari dari negara yang punya kualitas sepak bola lebih baik dari Indonesia. Mengambil tenaga pengadil dari Australia sudah pasti langkah yang bagus. Lha, ini mengambil wasit dari Kirgistan, yang timnas mereka saja sudah pernah dibantai 4-0 oleh skuat Garuda. Sampai-sampai pelatih mereka shock bukan main.

Piye toh iki, PSSI?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia