Eropa Lainnya

Bursa Transfer dan Financial Fair Play: Benarkah Cuma Omong Kosong?

Saat ini, bursa transfer sepak bola Eropa tengah seru-serunya. Segala sesuatu bisa terjadi dalam aktivitas ini, bahkan hal yang dianggap tidak mungkin sekalipun. Klub-klub kaya berlomba-lomba memberikan penawaran menarik agar bisa mendapatkan pemain bintang incaran mereka.

Tetapi, sekali lagi, transfer pesepak bola bukan sekedar obral barang atau membeli barang di toko, karena ini berkaitan dengan manusia dan hak asasinya. Selain itu, ada aturan yang harus dipenuhi dan ini dipantau oleh badan sepak bola dunia, FIFA. Aturan itu yang kemudian kita kenal sebagai Financial Fair Play (FFP).

Apa itu FFP? Dalam bahasa sederhananya, FFP adalah aturan agar klub-klub tidak terlalu boros dalam menghabiskan dana untuk membeli pemain. Intinya, klub harus bisa menyeimbangkan neraca keuangan agar tidak merugi. Tentunya kita sudah pernah mendengar kisah Malaga yang sempat absen dalam kompetisi karena terlibat hutang, bukan?

Sebenarnya, bagaimana standar keuangan sebuah klub itu dianggap sehat dan tidak melanggar FFP? Sejak 2014 hingga 2017, UEFA masih memberi kelonggaran jika kerugiannya mencapa 26,3 juta paun saja tiap musimnya.

Lalu, bagaimana dengan bursa transfer musim ini? Beberapa klub memang sudah (dan sedang) belanja pemain dengan harga ”di atas normal”.  Bahkan bisa jadi ada yang rela melanggar FFP demi mendapatkan pemain idaman.

Lalu, bagaimana geliat transfer sejumlah klub Eropa lainnya dan apakah mereka siap jika memang melanggar FFP?

James Pallotta
James Pallotta, Presiden Klub AS Roma.

Sindiran AS Roma untuk AC Milan

AC Milan di musim 2017/2018 tidak akan berlaga di Liga Champions Eropa. Hal ini membuat Rossoneri bertekad merombak skuat. Kehadiran investor baru asal Cina membuat klub ini mendapat suntikan dana segar untuk membeli pemain-pemain bintang.

Sejauh ini, tim asuhan Vincenzo Montella sudah merekrut 10 pemain. Mereka adalah  Mateo Musacchio, Franck Kessie, Ricardo Rodriguez, Andre Silva, Fabio Borini, Antonio Donnarumma, Hakan Calhanoglu, Andea Conti, Leonardo Bonucci dan Lucas Biglia.

Belanja hebat-hebatan AC Milan ini mendapat sindiran dari klub rivalnya seperti AS Roma dan Juventus. Presiden AS Roma, James Pallotta, mengatakan bahwa aturan FFP hanya sekedar omong kosong saja tak ada arti. Bahkan, dia mengatakan belanja Milan yang mencapai 210 juta euro itu sangat amat tidak masuk akal karena Rossoneri sempat tidak ada uang dan harus meminjam dengan orang di London yang juga dikenal Palotta.

Milan jelas punya ambisi untuk meraih prestasi yang lebih, seperti ingin berlaga di Liga Champions musim berikutnya (2018/2019) atau lebih tinggi lagi, merebut Scudetto. Semua tim di Eropa jelas ingin berlaga di Liga Champions Eropa, namun tetap, pihak AS Roma melihat ada sesuatu yang ”tidak normal” dalam geliat transfer rivalnya tersebut.

Bahkan Palotta pun tidak mampu menjelaskan ada apa dengan rencana AC Milan dan transfernya yang gila-gilaan tersebut.

Bagaimana reaksi pihak UEFA? Organisasi sepak bola Eropa ini menegaskan tidak ada pilih kasih atau keistimewaan bagi klub tertentu. Jika klub tidak mampu menyeimbangkan neraca keuangan, siap-siap mendapat hukuman berupa larangan transfer.

Kepala Bidang FFP UEFA, Andrea Traverso, mengatakan bahwa pihaknya tidak melarang AC Milan berbelanja. Klub mau beli pemain siapa saja dengan harga berapa jelas hak klub yang bersangkutan. Jika sebuah klub belanja, maka dianggap sudah bisa menyeimbangkan neraca keuangan. Jika tidak, ya maka akan ada hukuman. Manchester City dan Paris Saint-Germain (PSG) sudah mengalaminya.

Previous
Page 1 / 2