Belakangan ini, kata “Dunkirk” menjadi trending topic hampir di seluruh dunia berkat Christopher Nolan. Sang sutradara kawakan itu belum lama merilis filmnya yang berjudul sama dengan kota yang disebutkan di awal itu ke publik.
Dunkirk menceritakan tentang perjuangan 300 ribu tentara Inggris untuk mundur dari serangan Jerman (Nazi) dan kembali ke Inggris melalui kota Dunkirk, Prancis. Film yang juga dibintangi oleh mantan personel One Direction, Harry Styles ini, menarik perhatian kalangan banyak dan berhasil merebut peringkat satu box office di Inggris dan Amerika. Di Indonesia, Dunkirk juga menjadi film yang sangat diminati.
Lalu, sebenarnya, apa Dunkirk itu? Dunkirk atau Dunkerque dalam bahasa Prancis, adalah sebuah kota kecil yang berada di sebelah utara Prancis. Dunkirk berbatasan hanya sekitar 10 kilometer saja dari Belgia dan dihuni sekitar 90 ribu orang. Pembaca tentunya jangan sampai salah, karena nama Dunkirk juga dipakai sebagai nama kota di wilayah Nottingham, Inggris.
Penduduk Dunkirk di Prancis kebanyakan berprofesi sebagai nelayan, mengingat Dunkirk adalah sebuah kota pelabuhan. Kota Dunkirk menjadi terkenal selepas kejadian di Perang Dunia II, yang dinarasikan dengan brillian oleh Nolan di filmnya.
Kejadian Dunkirk memang salah satu yang paling menentukan alur perang, bahkan dikatakan sebagai titik balik dari Perang Dunia II. Di Dunkirk, Inggris (dan Prancis) menciptakan prestasi yang gemilang dengan berhasil memulangkan sekitar 300 ribu lebih tentaranya yang terpojok oleh serangan Nazi.
Keberhasilan Inggris ini juga konon terbantu oleh blunder Hitler, yang memerintahkan tentara angkatan daratnya untuk menghentikan pengejaran mereka terhadap tentara Inggris yang tertahan di pelabuhan. Berkat itu, Inggris kembali mendapatkan sumber daya manusianya, sekaligus suntikan moril karena berhasil menghindari pembantaian. Nama Dunkirk kemudian menjadi populer berkat kejadian ini.
Dunkirk dan USL Dunkerque
Walaupun kota kecil, Dunkirk juga memiliki klub sepak bola yang bernama USL Dunkerque. USL Dunkerque kini berkecimpung di Championnat National, kasta ketiga Liga Prancis. USL Dunkerque bermarkas di stadion yang bernama Stade Marcel-Tribut. Klub ini terbentuk di tahun 1909, sekitar 30 tahun sebelum kejadian Dunkirk. USL Dunkerque kini diasuh oleh Didier Santini, dan pemain ”bintang” nya adalah Jean-Jacques Rocchi dan Malik Tchokounte.
USL Dunkerque memang dapat dikatakan sebagai klub gurem. Mereka tidak pernah bermain di Ligue 1, kasta tertinggi sepak bola Prancis. Prestasi mereka juga tidak dapat terlalu dibanggakan. Prestasi tertinggi yang mereka raih hanyalah menembus semifinal Coupe de France, itupun terjadi sudah lama sekali, di tahun 1929. Namun, ada satu kesamaan USL Dunkerque, sebuah klub kecil, dan kota Dunkirk, sebuah kota kecil, yaitu nama mereka sama-sama tercantum dalam sejarah.
Sama dengan kota Dunkirk yang menorehkan nama di sejarah dunia, USL Dunkerque juga menorehkan nama di sejarah sepak bola. Penyebab dari ini adalah seorang pesepak bola kebangsaan Belgia yang namanya sudah tak asing lagi di belantika sepak bola, Jean-Marc Bosman, sang pionir dari aturan Bosman.
Aturan Bosman adalah di mana pemain yang telah habis atau akan habis masa kontraknya berhak pindah dari satu klub ke klub lain tanpa biaya transfer. Lalu, apa hubungan Bosman dengan USL Dunkerque? USL Dunkerque ternyata adalah klub yang ingin meminang Bosman ketika kontraknya habis. Di tahun 1990, Bosman, yang tergabung di tim Belgia, RFC Liege, berniat pindah saat masa kontraknya habis di akhir tahun.
Bosman diminati oleh sebagian klub, termasuk USL Dunkerque. Namun kala itu, klub harus menebus biaya transfer untuk pemain yang masa kontraknya habis. Walaupun begitu, USL Dunkerque tetap melayangkan tawaran untuk Bosman ke RFC Liege, namun tawaran USL Dunkerque ditolak karena tawaran tersebut dibawah valuasi Bosman yang telah dipatok oleh RFC Liege. Alih-alih mendapatkan kesempatan pindah ke USL Dunkerque, Bosman terpaksa menetap di RFC Liege dan mendapati kenyataan bahwa nilai kontraknya dipotong sebanyak 75 persen oleh klubnya.
Kecewa karena kejadian tersebut, Bosman kemudian menuntut RFC Liege, FA Belgia, dan UEFA karena dianggap menghalangi hak pemain yang kontraknya habis untuk memilih klub. Bosman kemudian dilepas oleh RFC Liege dan bermain di divisi bawah Liga Prancis secara nomaden. Baru di tahun 1995, ia memenangkan tuntutannya dan muncullah peraturan baru yang dinamakan sama dengan nama belakangnya. Singkatnya, USL Dunkirque tentu memiliki andil dalam perubahan peraturan yang ada di sepak bola masa kini.
Baik kota Dunkirk maupun USL Dunkirque memang sama-sama kecil, namun nama mereka akan tetap ada di dalam sejarah. Walapun begitu, nama kota Dunkirk yang kembali popular berkat Christopher Nolan, sepertinya belum mampu disamai oleh klub sepak bolanya. Namun, tetap saja menarik untuk dinanti bagaimana kiprah dari klub asal kota saksi sejarah kemenangan Sekutu di Perang Dunia II ini.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket