Pada 27 Juli 2017, salah satu pemain paling underrated di dunia berulang tahun yang ke-30. Ia adalah si genius dari Slovakia, Marek Hamsik.
Selain merayakan bertambahnya usia, Hamsik juga merayakan tahun kesepuluhnya bermain untuk Napoli. Pemakai nomor punggung 17 baik di Napoli maupun tim nasional Slovakia ini sudah menjadi kesayangan publik Naples sekaligus pemain sepak bola nomor satu di negaranya.
Hamšík sudah meninggalkan Slovakia di usia yang cukup muda. Pada usianya yang ke-17, Brescia mendatangkannya dari klub lokal, Slovan Bratislava, dengan harga 500 ribu euro.
Musim pertama Hamšík di Serie A bagaikan bencana. Brescia finis di posisi 19 musim kompetisi 2005/2006. Meski harus bermain di divisi yang lebih rendah, Serie B ternyata jadi ajang unjuk gigi bagi pemain ini. Brescia gagal kembali ke kasta teratas, tetapi Hamšík mencetak 10 gol di Serie B sepanjang musim 2006/2007. Performanya ini akhirnya menarik perhatian Napoli.
Napoli sendiri pada saat itu berstatus klub yang baru promosi kembali ke Serie A. Musim 2007/2008 merupakan musim pertama klub wilayah Campania ini di Serie A setelah sempat dinyatakan bangkrut beberapa tahun sebelumnya. Hamšík didatangkan seharga 5,5 juta euro dan langsung menghuni satu tempat di lini tengah skuat utama. Penampilan perdananya pada bulan Agustus 2007 langsung memesona. Hamšík sukses mencetak satu gol dan satu asis ke gawang Cesena di ajang Coppa Italia.
Gaya bermain Hamšík di lini tengah seringkali dibanding-bandingkan dengan legenda Republik Ceska, Pavel Nedved. Namun, bagi pendukung Napoli sendiri, mereka seolah-olah memperoleh sosok fantasista baru setelah Diego Maradona. Meski dua dekade berlalu, publik Napoli memang belum move on dari sang legenda Argentina tersebut. Maklum, The Golden Boy berjasa mempersembahkan gelar kompetitif terakhir Napoli pada tahun 1990, yaitu gelar kampiun Serie A dan Coppa Italia.
Perlahan-lahan, Hamšík membuktikan dirinya sanggup menjadi inspirator kesuksesan demi kesuksesan I Partenopei. Bersama bintang-bintang lain seperti Goran Pandev dan Edinson Cavani, Hamšík membawa Napoli finis di posisi tiga Serie A 2010/2011, sehingga berhak untuk tampil di Liga Champions musim setelahnya.
Musim 2011/2012 menjadi pembuktian para penggawa Napoli di era modern ini. Masih di bawah asuhan pelatih Walter Mazzari, Hamšík dan kawan-kawan menumbangkan Juventus di final Coppa Italia, sekaligus mengakhiri paceklik gelar Napoli dalam 22 tahun.
Hamšík sendiri bahkan mengulangi prestasi manis tersebut dengan kembali menjuarai ajang yang sama pada tahun 2014. Bedanya, final melawan Fiorentina tersebut lebih terasa manis karena ia dipercaya menjadi kapten Napoli oleh pelatih Rafael Benitez.
Sampai sekarang, pemain yang sering tampil dengan gaya rambut mohawk layaknya anggota band punk ini masih setia bersama I Partenopei. Tahun 2017 ini adalah tepat sepuluh tahun pemain nasional Slovakia ini mengabdi di Napoli. Pemain-pemain bintang seperti Edinson Cavani dan Gonzalo Higuain datang dan pergi, tapi Hamšík masih bertahan.
Di usianya yang menginjak kepala tiga pada akhir Juli 2017 ini, total sudah 113 gol dicetak Hamšík untuk Napoli. Sang kapten sudah telanjur cinta kepada Napoli, meski dikabarkan ia telah dirampok sebanyak empat kali di kota tersebut. Tawaran dari klub-klub besar seperti Juventus ditolaknya mentah-mentah. Napoli tampaknya sudah membekas di hati Hamšík, seperti yang terjadi pada Maradona dulu.
Baca juga: Marek Hamsik: Raja dan Legenda Baru Naples
Saking cintanya kepada Napoli, ia sampai dikabarkan memecat agennya, Mino Raiola. Padahal seperti yang kita ketahui, Raiola adalah agen yang menangani sejumlah nama besar seperti Gianluigi Donnarumma dan Paul Pogba. Konon, Hamšík memecat sang agen karena jengah terus-terusan diminta meninggalkan Napoli.
Setelah memastikan masa depannya di klub berseragam biru langit tersebut, tentunya Hamšík ingin meraih gelar lebih bergengsi bersama Napoli, apakah itu juara Serie A atau salah satu gelar di kompetisi antarklub Eropa. Mari kita tunggu saja kiprah sang nomor punggung 17 yang semakin matang ini.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.