Dunia Amerika Latin

26 Juli: Momen Kelam Ketiga Beruntun Argentina dan Lionel Messi

Selama empat tahun terakhir, pencinta sepak bola dunia selalu disuguhi turnamen-turnamen yang menarik kala jeda kompetisi menyapa. Tidak di level klub, melainkan pertarungan antarnegara. Tercatat, ada pagelaran Piala Dunia 2014, Copa America 2015, Copa America Centenario 2016, Piala Eropa 2016 dan Piala Konfederasi 2017.

Bagi masyarakat Indonesia, turnamen-turnamen tersebut hadir pada saat yang tepat. Pasalnya, lima ajang bonafit itu terselenggara di bulan suci Ramadan. Jam pertandingan yang berlangsung seusai salat Tarawih dan ketika jam sahur benar-benar terasa pas karena tak memaksa khalayak untuk begadang.

Dan seperti yang sama-sama kita ketahui, masing-masing turnamen itu sudah punya juaranya sendiri. Tim nasional Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014 dan Piala Konfederasi 2017. Sementara timnas Cile keluar sebagai kampiun Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016. Terakhir, timnas Portugal jadi tim yang sukses mencuri gelar Piala Eropa 2016.

Dari sekian turnamen itu, lahirlah sebuah kisah unik dan juga tragis dalam sejarah sepak bola dunia. Adalah timnas Argentina bersama bintang nomor wahid mereka, Lionel Messi, yang secara gagah, heroik dan konsisten, menjadi bahan celaan publik sepak bola dunia pada saat itu.

Berbekal pemain-pemain bintang yang satu angkatan dengan Messi, selalu bikin Argentina jadi salah satu calon juara di sebuah turnamen. Hal itu juga yang terjadi di Piala Dunia 2014, Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016, tiga kejuaraan yang mereka ikuti. Sayang seribu sayang, status unggulan justru memberi tekanan lebih bagi skuat La Albiceleste.

Argentina yang pada Piala Dunia 2014 di Brasil masih ditukangi oleh Alejandro Sabella, tampil cukup apik sepanjang turnamen, walau di beberapa laga mereka tampak kurang menggigit. Pada akhirnya, Messi dan kawan-kawan bisa menembus babak final guna bersua raksasa Eropa, Jerman.

 

Kegagalan pertama

Pada tanggal 13 Juli 2014 dan bertempat di Stadion Maracana, partai pamungkas itu diselenggarakan. Kekuatan masing-masing finalis yang setara membuat publik kebingungan siapa yang akan keluar sebagai kampiun.

Sial bagi Argentina, perjuangan mereka di laga krusial tersebut malah gagal total. Satu gol dari kaki Mario Götze di menit ke-113 babak perpanjangan waktu membunuh asa La Albiceleste untuk merengkuh titel Piala Dunia yang ketiga.

Previous
Page 1 / 3