Tercatat, delapan klub sudah mengantre untuk menjadi pahlawan. Mereka ingin menyelamatkan karier salah satu pemain muda potensial yang hidupnya tengah merana. Delapan klub tersebut tengah mendekati penyerang muda Internazionale Milano yang dirundung banyak masalah, Gabriel Barbosa.
Sebelum memahami konteksnya, kita harus memutar waktu jauh ke belakang, tepatnya ketika ia melakukan debut di usia 16 tahun.
Setelah merasakan debutnya, Barbosa disebut sebagai calon pemain terbaik Brasil selanjutnya. Ia memang punya dasar untuk meneruskan kiprah dari Adriano Leite, hingga Neymar. Bahkan, cara bermainnya sudah dibanding-bandingkan dengan Neymar. Plus, diperkirakan, ia tak akan meneruskan jalan redup Robinho, seniornya di Santos.
Fisik yang gempal nan kokoh membuat Barbosa mampu memanfaatkan berat tubuhnya. Low centre of gravity membuat Gabriel “Gabigol” Barbosa bisa berakselerasi dengan keseimbangan yang terjaga. Ia tak mudah dijatuhkan ketika beradu badan dengan bek lawan. Apalagi untuk sekadar merebut bola dari kakinya.
Ia tak mirip benar dengan Neymar atau Robinho. Barbosa tak selalu mengandalkan kekayaan teknik olah bola khas Brasil. Ia tak ragu untuk menerjang bek lawan dan melewatinya. Mungkin, jika badannya lebih besar, pembaca akan langsung terbayang salah satu legenda Internazionale, Adriano. Kokoh dan tangguh mempertahankan penguasaan bola.
Ketika dunia semakin mengenal dirinya, beberapa klub besar sudah mengantre. Mereka berebut mendapatkan tanda tangan calon pemain besar lainnya. Mulai dari Barcelona, Real Madrid, hingga Arsenal dan Manchester United.
Tapi dengan licin, Interazionale Milano menyelinap dari belakang klub-klub besar tersebut untuk menarik perhatian Gabigol. Dan memang benar, Gabigol justru sepakat hijrah ke Italia untuk menyambut tawaran Internazionale. Kepindahannya melahirkan banyak rasa terkejut. Ia membuang kesempatan bermain bersama Lionel Messi, misalnya.
Bersama Internazionale dan dengan jejak Adriano di dalamnya, Gabigol diperkirakan akan sukses. Liga yang cocok untuk pemain muda dan kesempatan luas yang ia dapatkan. Berbeda dengan jika bergabung dengan klub besar, di mana kesempatan bermainnya mungkin akan terbatas. Berbeda dengan Internazionale. Harapannya memang seperti itu.
Namun sayangnya, Internazionale tak pernah menaruh rasa percaya yang pantas kepada remaja berusia 20 tahun ini. Beberapa pelatih yang mampir pun sama saja. Seperti tak ada masa depan bagi Gabigol di kota mode tersebut. Bahkan dengan kedatangan Luciano Spalleti pun, kabar kepergiannya masih bertiup kencang.
Maka, melihat peluang yang ada, delapan klub sudah saling mengukur kemungkinan untuk mendapatkan Gabigol.
Dan lebih menarik lagi, delapan klub tersebut, semuanya berasal dari Inggris. Mereka adalah West Ham United, Tottenham Hotspur, Liverpool, Everton, Southampton, Leicester City, Stoke City dan Swansea City. Delapan klub tersebut memang tak semuanya tim besar, namun setidaknya, awal yang baru sudah menanti Gabigol.
Jika melihat ke dalam daftar peminat, kemungkinan Gabigol bisa lebih banyak bermain apabila bergabung bersama salah satu di antara Everton dan Leicester City.
Everton baru saja melepas Romelu Lukaku ke Manchester United dengan nilai transfer 75 juta paun. Meski sudah mendapatkan Wayne Rooney, The Toffes masih berusaha mencari satu juru gedor lagi. Sebelumnya, sudah ada nama Olivier Giroud yang menjadi incaran mereka. namun, peluangnya nampaknya makin menipis.
Everton punya dana besar dan itu jelas terbukti di bursa musim panas ini. Mereka juga membutuhkan satu pemain depan. Oleh sebab itu, kondisi tersebut akan sangat ideal bagi Gabigol. Artinya, selain dibutuhkan, Gabigol juga punya jaminan peluang untuk banyak bermain. Sebuah kemewahan yang tak ia dapatkan selama membela Internazionale Milano.
Bagaimana dengan Leicester City? Penyerang utama mereka, Jamier Vardy, tak lagi muda. Masa edar yang terbatas membuat manajemen butuh satu penyerang muda untuk antisipasi jangka panjang. pun dengan potensi kepindahan Riyad Mahrez, membuat Leicester sudah punya rencana untuk mengganti pemain asal Aljazair itu.
Gabigol sendiri bisa bermain di sisi kanan, sebagai inverted winger seperti Mahrez. Jadi, ditambah usia muda, Gabigol adalah pengganti yang ideal. Ditambah lagi dengan ketajamannya semasa di Santos dahulu, Gabigol bisa dimainkan di lebih dari satu posisi.
Satu yang jelas pasti bagi Gabigol, dengan usianya yang baru 20 tahun, ia punya waktu yang lapang untuk terus berkembang. Dengan pindah dari Internazionale, perkembangannya tak akan terhambat. Pun, jika memang ingin memperkuat tim besar, Everton dan Leicester bisa menjadi batu loncatan, tentunya tanpa maksud merendahkan status kedua klub tersebut.
Menempa diri dan menjadi pemain yang lebih dewaasa adalah kesempatan yang bisa Gabigol ambil dari kepindahan ke Inggris. Sudah ada delapan klub yang berniat baik. Sebaiknya, pertolongan tersebut tak disia-siakan.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah Gabigol adalah jangan sampai memilih klub. Apalagi memilih klub yang tak punya sejarah yang bagus dengan pemain muda asal Brasil. Coba tanyakan hal itu kepada Phillipe Coutinho.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen