Kebodohan De Rossi
Atas penampilan apiknya bersama AS Roma, tawaran untuk hijrah dari Roma pun berdatangan. Meraih titel juara dunia di umur yang masih muda, mendapatkan tawaran pindah jelas bukan hal yang aneh.
Namanya juga pemain bodoh yang bermain di klub yang terakhir menjuarai Serie A ketika Gus Dur masih memimpin Indonesia, serta dipimpin oleh kapten yang terlalu loyal, De Rossi memilih untuk bertahan di klub yang sejak awal sangat dia cinta. Kebodohan yang terus dirawat.
Padahal, dengan status yang mentereng, tak akan susah bagi De Rossi untuk hijrah. Bahkan, saat umurnya telah senja pun, De Rossi masih laku untuk ditawarkan ke klub lain. Dan sekali lagi, si bodoh yang satu ini menolak untuk pindah.
Roberto Mancini saat menangani Manchester City bahkan terang-terangan menyatakan minatnya untuk memboyong De Rossi ke Etihad. Tapi, De Rossi bergeming. Dia tak mau menerima tawaran Mancini.
Dia pun mengakui bahwa keputusannya bertahan di Roma bisa jadi adalah keputusan yang salah. Keputusan yang suatu hari nanti akan ia sesalkan, mungkin saat dia sedang krisis finansial akibat gajinya di Roma terus dipotong.
Tapi, di dalam hatinya, Roma adalah segalanya. Baginya, mengenakan jersey AS Roma adalah sebuah kepuasan yang tidak ternilai harganya. Tidak ada hal yang paling menyaktikan baginya, saat dia hidup tanpa Roma. Ia rela membuang jauh-jauh harapan meneguk banyak uang demi tetap bermain untuk AS Roma.
Sebuah hal yang bodoh, bukan?