Kalau kita percaya bahwa ada yang namanya keberuntungan, maka kita juga akan percaya bahwa ada ketidakberuntungan. Dalam hal apapun, kedua hal tadi memang selalu berjalan beriringan. Ada kalanya kita merasa beruntung dan ada saatnya kita merasa hidup kita terlalu pelik akibat sering dirundung ketidakberuntungan.
Bagi saya, Daniele De Rossi adalah kapten yang tidak beruntung.
Dan kalau ada yang namanya orang pintar, pasti ada orang yang bodoh. Entah bodoh dalam hal apa. Bodoh ya bodoh saja. Dan bagi saya, De Rossi selain kapten yang tidak beruntung, ia juga kapten yang bodoh.
Karier De Rossi
De Rossi lahir dari keluarga pesepak bola. Sang ayah, Alberto De Rossi juga seorang pesepak bola. Saat ini sang ayah sedang melatih AS Roma Primavera. De Rossi bergabung dengan AS Roma junior di tahun 2000. Sebelumnya, De Rossi bermain untuk klub Ostia Mare, klub dari kota Roma, dan bermain sebagai penyerang tengah. Hanya butuh satu tahun bagi De Rossi untuk bisa merasakan panasnya persaingan di level senior.
Umurnya saat itu masih 18 tahun saat dia menjalani debut profesionalnya bersama AS Roma kala melawan Anderlecht di Liga Champions pada 10 Oktober 2001 . Di musim itu, De Rossi juga mencatatkan tiga pertandingan di gelaran Coppa Italia.
Di Serie A, debut De Rossi terjadi pada musim selanjutnya saat melawan Como pada 25 Januari 2003. Sebuah debut yang tidak akan pernah De Rossi lupakan.
Musim 2005/2006 tidak akan pernah dilupakan De Rossi. Karena di musim tersebut, kali pertama De Rossi mengenakan ban kapten AS Roma saat melawan Middlesbrough dalam gelaran Piala UEFA (kini Liga Europa). Di akhir musim, De Rossi mendapatkan gelar Pemain Muda Terbaik Serie A.
Di tahun yang sama, De Rossi bersama Simone Perotta dan Francesco Totti membela timnas Italia di ajang Piala Dunia 2006. Sebuah turnamen internasional yang melambungkan namanya. Sebuah gelar juara Piala Dunia di umur yang baru menginjak 22 tahun. Bahkan, De Rossi adalah pemain termuda Italia saat itu.