Eropa Inggris

Catatan Positif tentang Produk Akademi Manchester United di Musim 2016/2017

Pembinaan usia dini adalah hal penting untuk menciptakan atlet-atlet berbakat, tidak hanya di sepak bola, tetapi di semua cabang olahraga. Tim tidak bisa mengandalkan atlet-atlet senior saja dan harus beberapa kali memercayakan proses regenerasi pemain pada juniornya.

Tim sepak bola Jerman, misalnya. Pelatih Joachim Löw sadar perlunya memberi kesempatan bermain bagi para junior. Di Piala Konfederasi yang baru berakhir awal Juli lalu, Löw hanya membawa tiga pemain senior dan sisanya terdiri dari pemain muda. Hasilnya terbukti bagus. Julian Draxler dan kolega berhasil meraih gelar di ”miniatur Piala Dunia” ini dengan mengalahkan Cile 1-0.

Tentunya pembinaan usia dini bukan proses instan selama setahun atau dua tahun. Tim-tim yang sudah mapan tentu sadar akan hal ini dan mempersiapkan para pemain mudanya agar siap berlaga di kompetisi bergengsi.

Nah, di kompetisi Liga Primer Inggris musim lalu, kita melihat banyak bakat muda yang bermunculan dan kebanyakan dari mereka tentunya adalah produk pembinaan usia dini akademi sepak bola dari berbagai klub. Namun, jebolan mana yang bermain paling banyak sepanjang kompetisi (dalam hitungan menit)? Dan jawabannya adalah…produk akademi milik Manchester United.

Para alumni jebolan akademi Setan Merah ini total bermain selama 44.055 menit sepanjang kompetisi musim 2016/2017 lalu. Posisi dua diraih para pemain jebolan akademi milik Tottenham Hotspur dengan jumlah menit bermain mencapai 21.668.

Siapa saja para alumni akademi Manchester United? Total ada 35 pemain Liga Primer yang pernah merasakan gemblengan akademi klub ini. Di Old Trafford sendiri, kita tentu familiar dengan nama semisal Jesse Lingard dan Marcus Rashford serta produk ”baru tapi lama” Paul Pogba. Lalu di luar Old Trafford ada rekrutan baru Everton, Michael Keane, kiper Burnley, Tom Heaton dan duo Danny, Simpson dan Drinkwater di Leicester City.

Yang mengejutkan dari daftar tersebut adalah munculnya akademi dari klub juara League One, Sheffield United, yang masuk daftar 10 besar sebagai akademi yang alumninya bermain terbanyak. Jumlah menitnya bahkan 13.564 menit,  119 menit lebih banyak dari Chelsea.

Beberapa jebolannya sudah teruji seperti Kyle Walker, bek kanan termahal dunia yang direkrut Manchester City dari Spurs, yang tidak banyak diketahui orang bahwa ia alumnus akademi Sheffield United. Lalu ada bek veteran Phil Jagielka, yang bermain untuk Everton, Harry Maguire (Leicester City) dan Kyle Naughton (Swansea City).

Akademi Manchester United: Reputasi dan pembinaan karakter

Cikal bakal akademi ini sudah ada sejak 1930-an dengan nama Manchester United Junior Athletic Club (MUJAC). Lalu dirombak lagi tahun 1998 dengan nama The Manchester United Academy. Legenda Setan Merah, Ryan Giggs, memuji mantan manajernya, Sir Alex Ferguson, karena telah meletakkan fondasi kuat dalam pembinaan pemain muda di Setan Merah.

Di era Liga Primer tahun 1990-an, Manchester United muncul menjadi kekuatan sepak bola yang disegani baik di Inggris maupun di Eropa. Tentu kita ingat para alumninya seperti David Beckham, Paul Scholes, Neville bersaudara (Gary dan Phil), Nicky Butt (yang saat ini menjadi direktur akademi Manchester United) dan tentu saja, Ryan Giggs.

Sadar bahwa yang ditangani adalah klub yang selalu memberi kesempatan kepada para alumninya, pelatih Jose Mourinho mengambil langkah berani dengan memainkan seluruh pemain muda jebolan akademi Manchester United di laga pamungkas lawan Crystal Palace musim lalu.

Di laga yang tidak menentukan apa-apa lagi, Setan Merah menang 2-0. Tetapi, keputusan Mourinho ini dianggap bagus karena pelatih Portugal sarat gelar ini bisa begitu saja memercayakan susunan pemain intinya kepada pemain-pemain tanggung berusia belasan tahun. Salah satunya adalah Josh Harrop, yang sayangnya, dijual Jose mulai musim depan.

Selain itu, beberapa perilaku jebolan akademi ini juga kerap menuai pujian. Sikap Darren Fletcher yang rendah hati memperkenalkan diri dan mau menunggu saat sesi wawancara, misalnya, mendapat pujian dari pihak media. Bukti bahwa dalam segala aspek kehidupan (termasuk olahraga), karakter yang baik berperan penting.

Pelajaran bagi sepak bola Indonesia

Tidak ada yang sempurna memang karena nyatanya banyak juga jebolan akademi Manchester United yang tidak merasakan berada di tim inti seperti Ryan Shawcross dan Danny Drinkwater. Membandingkan akademi sepak bola di Indonesia dengan akademi sepak bola di negara-negara seperti Inggris, Belanda atau Jerman memang masih jauh.

Tetapi, kita juga berharap bahwa dengan bergulirnya Liga U-19 ini, klub-klub agar lebih serius membina para pemain mudanya. Dengan begitu, akan mudah bagi pelatih tim nasional memilih para pemain terbaik karena ada kompetisi usia muda yang dilakukan secara berkala.

Pembinaan usia dini adalah proses yang meliputi banyak aspek, mulai dari kemampuan teknis, mental bermain hingga karakter sang pemain. Semoga pembinaan usia dini pesepak bola di Indonesia terus berjalan dengan lancar agar muncul bakat-bakat muda yang bisa membawa prestasi sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)