Ada ciri khas yang perlahan bisa diraba dari aktivitas transfer Zinedine Zidane. Bila kala bermain dahulu ia dikenal dengan kegeniusan dan sentuhan pertamanya yang luar biasa hebat, kini, ketika sudah menjadi pelatih, ia membawa kegeniusan visinya dalam bermain dahulu saat menangani bursa transfer Los Merengues.
Bila karisma dan aura magisnya sukses memenangkan ruang ganti Los Blancos yang bertabur bintang dan berisi megalomaniak seperti Cristiano Ronaldo, Zidane juga membawa sisi kewarasan dalam mempertahankan skuatnya dan menambah penggawa baru hanya jika mereka memang butuh. Dan sejauh ini, setidaknya sampai pertengahan Juli 2017, geliat transfer El Real menunjukkan implementasi visi Zidane dalam mengurus aktivitas jual-beli pemain secara cermat.
Diawali dengan memastikan bahwa Madrid tak akan memboyong David de Gea, secara tak langsung, Zidane sukses memberi ketenangan dan garansi bagi Keylor Navas dan Kiko Casilla bahwa mereka berdua tak akan kedatangan kompetitor baru untuk memperebutkan pos penjaga gawang utama. Secara psikis, ini sebenarnya cukup bagus untuk kedua kiper Madrid tersebut, toh, performa Navas juga memuaskan musim lalu.
Selanjutnya, melepas duo Portugal, Fabio Coentrao dan Pepe.
Dengan gerak yang menawan, Zidane bisa mengatasi hengkangnya Coentrao dan Pepe dengan langkah jitu yang salah satunya, memanfaatkan banyaknya pemain muda potensial yang dipinjamkan El Real musim lalu. Untuk mengisi pos Pepe, Zidane memulangkan Jesus Vallejo dari Eintracht Frankfurt dan memastikan ia akan mendapat menit bermain musim depan. Setelahnya, ia bergerak taktis dengan mengamankan jasa Theo Hernandez, bek kiri muda milik Atletico Madrid yang bersinar musim lalu di Alaves. Langkah cerdas.
Selanjutnya, eks kapten timnas Prancis tersebut merelakan James Rodriguez dipinjamkan ke Bayern München dengan durasi dua tahun dan opsi pembelian di akhir peminjaman. Walau kehilangan gelandang berkualitas pada sosok James, Zizou, sapaan akrabnya, bergerak cepat dengan mengamankan jasa Dani Ceballos, gelandang muda Real Betis. Sekali lagi, pembelian sempurna. Ditambah dengan memulangkan Marcos Llorente yang tampil mengilap di Alaves, pelatih plontos tersebut sukses menjaga keseimbangan lini tengah Real Madrid.
Dan terakhir, dini hari tadi waktu Indonesia (20/7), Madrid resmi melepas penyerang 24 tahun, Alvaro Morata, ke Chelsea dengan biaya transfer yang menurut beberapa surat kabar Spanyol, berkisar di angka 80 juta euro atau sekitar 63-65 juta paun. Bisnis yang sangat baik, tapi juga mengundang tanya, apa yang akan dilakukan Zidane dan Madrid usai melepas Morata?
Memburu penyerang baru
Dengan hengkangnya Morata, praktis hanya Cristiano Ronaldo, Karim Benzema dan Borja Mayoral yang berstatus dan bisa bermain sebagai penyerang tengah murni. Gareth Bale mungkin bisa dimasukkan ke daftar ini, tapi ia lebih condong sebagai inverted winger di pos sebelah kanan, itu pun kalau ia tak kalah bersaing dengan Isco Alarcon yang di musim lalu tampil brilian. Selain itu, Madrid masih punya Lucas Vasquez dan pemain muda sensasional, Marco Asensio. Tapi, benarkah Madrid tak akan memburu penyerang baru untuk mengganti kepergian Morata?
Bila menakar performa eks penyerang Juventus itu musim lalu bagi Los Galacticos, Madrid sudah selayaknya mencari pengganti Morata. Walau hanya berstatus sebagai pemain pelapis Karim Benzema, sistem rotasi ala Zidane sukses membuat Morata melesakkan 15 gol musim lalu di La Liga. Catatan yang bagus, sekaligus menegaskan satu hal: Zidane akan butuh penyerang baru, tak hanya untuk menjaga kedalaman skuat, tapi juga mengamankan sistem rotasi yang musim lalu memberinya sukses besar.