Tanggal 15 Oktober 2013, sebuah kabar mengejutkan muncul bagi tifosi sejati Internazionale Milano, Interisti. Kala itu, sang presiden klub yang juga pengusaha minyak, Massimo Moratti, secara resmi melepas 70 persen saham klub yang dipegangnya kepada konsorsium asal Indonesia yang digawangi oleh Erick Thohir, Handy Soetedjo dan Rosan Roeslani.
Transaksi yang melibatkan kedua belah pihak konon melibatkan fulus gemuk senilai 300 juta euro. Thohir lantas didapuk sebagai presiden yang baru sementara Moratti yang kala itu masih memegang 29,5 persen saham, diangkat sebagai presiden kehormatan.
Di bawah kendali Thohir, Inter tak lagi bertingkah royal seperti pada saat diasuh oleh Moratti. Segala pengeluaran diperhitungkan masak-masak agar kerugian-kerugian yang saban musim dirasakan Inter ketika dipimpin Moratti tidak lagi terulang. Bersama Thohir, La Beneamata memang bermetamorfosis dari tim yang mengandalkan suntikan dana sugar daddy (dalam hal ini Moratti) menjadi klub yang bisa menghidupi dirinya sendiri alias mandiri.
Lebih ketatnya pengeluaran yang dilakukan Inter berimbas pada performa mereka di atas lapangan. Pasalnya, La Beneamata di bawah kepemimpinan Thohir memang tak pernah memboyong pemain bintang berharga mahal. Pemain yang didatangkan ke Appiano Gentile, markas latihan Inter, rata-rata berkategori semenjana.
Interisti pasti belum lupa kepada Ishak Belfodil, Ruben Botta, Hugo Campagnaro, Hernanes dan Zdravko Kuzmanovic yang legendaris itu. Penampilan mereka dengan seragam La Beneamata sungguh menakjubkan ya, Interisti?
Walau performa tim amat jeblok di atas lapangan, kondisi finansial Inter justru membaik seiring waktu meski tetap berada di garis merah. Setidaknya, kerugian-kerugian yang diderita Inter bisa semakin diminimalisasi setiap musimnya. Hal tersebut diupayakan agar La Beneamata bisa mengurangi dampak aturan Financial Fair Play (FFP) yang ditetapkan oleh asosiasi sepak bola Eropa (UEFA).
Usaha Thohir untuk menyeimbangkan neraca keuangan Inter semakin terbantu dengan kedatangan pengusaha asal Cina, Zhang Jindong di tahun 2016 kemarin. Lewat konsorsium yang dimilikinya, Suning Group, Zhang mengakuisisi 68,55 persen saham Inter yang dimiliki oleh Thohir dan kawan-kawan. Namun sebelumnya, Thohir sudah lebih dulu menebus saham yang dimiliki oleh Moratti.
Thohir pun mulai jadi pemilik saham minoritas per 2016 yang lalu. Namun dirinya masih berstatus sebagai presiden klub. Persis seperti yang dilakukan Moratti saat Thohir datang di tahun 2013 silam.
Kemunculan Suning Group secara tidak langsung ikut mengebiri peran Thohir di tubuh klub. Dan situasi ini juga menimbulkan polemik tersendiri karena banyak pihak, khususnya suporter Inter, yang bingung tentang sosok pemegang kendali tim, apakah itu Thohir atau Zhang.
Polemik itu seolah tampak dari kacaunya perjalanan Inter di musim 2016/2017 yang lalu. Pramusim berjalan dengan buruk, pergantian pelatih terjadi beberapa kali hingga mental tim yang ambruk bikin La Beneamata cuma nangkring di posisi tujuh klasemen akhir dan gagal lolos ke kompetisi Eropa.
Usai cukup lama tak mengunjungi kota Milano dan menyaksikan laga-laga Inter secara langsung, baru-baru ini football-italia.net, merilis kabar jika Thohir siap melepas sisa saham yang dimilikinya kepada Suning Group. Kesibukannya sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Indonesia (KOI) sungguh menyita waktu.
“Persiapan Indonesia ke Asian Games membuat saya harus fokus pada hal tersebut sehingga urusan-urusan lain mesti ditepikan terlebih dahulu”, tuturnya. Sebagai seorang pebisnis tulen dan aktif di banyak entitas, Thohir memang punya kesibukan luar biasa padat.
Kondisi ini pula yang membuatnya amat kesulitan membagi waktu, terlebih bagi Inter yang berada jauh dari Indonesia. Dalam sebuah wawancara, Thohir juga pernah berujar apabila dirinya tak bisa seperti Roman Abramovich, bos Chelsea, yang setiap saat datang ke Inggris guna memantau perkembangan klubnya dari dekat. Terlebih, jarak Rusia dan Inggris juga tak seperti Italia dan Indonesia.
Melihat kondisi tersebut, sebagai seorang Interista yang baik dan tidak sombong, saya memakluminya. Dan hal ini pula yang membuat saya ingin berbisik mesra serta memberi satu nubuat bijaksana kepada beliau, “Pak, biar nggak semakin bingung, segera saja lepas sisa sahamnya di Inter. Jangan mikir dua kali, kesehatanmu, lho!”
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional