Piala Dunia tidak saja menjadi ajang bagi para pemain bintang unjuk kemampuan,tapi juga bagi para calon bintang untuk dilirik para klub calon peminat. Salah satu pemain yang sukses unjuk gigi di Piala Dunia Brasil 2014 adalah Guillermo Ochoa. Sayang, kebintangan yang diperoleh kiper Meksiko ini dengan susah payah, sempat pudar akibat dirinya sering tersia-siakan di level klub.
Pemain kribo ini sukses membuat kita berdecak kagum melihat aksinya menyelamatkan sundulan Neymar di Piala Dunia 2014. Sundulan yang sudah nyaris gol itu ditepisnya dengan refleks luar biasa. Para pengamat bahkan membandingkan penyelamatan Ochoa di pertandingan Meksiko melawan Brasil tersebut dengan super save kiper legendaris Inggris, Gordon Banks, ketika membendung sundulan Pele di Piala Dunia 1970.
Piala Dunia 2014 memang merupakan puncak karier Ochoa. Selain ingin mengubur dalam-dalam memori skorsing akibat jeratan kasus doping yang sempat menimpanya pada tahun 2011, pemain kelahiran 13 Juli 1985 ini wajib tampil menawan agar ada klub yang berminat menggunakan jasanya di musim 2014/2015. Kontrak Ochoa di klub Liga Prancis, AC Ajaccio, berakhir di musim panas 2014, sehingga ia harus memikat para peminat baru untuk melanjutkan masa depannya, terutama di Eropa.
Pemain yang akrab disapa ‘Memo’ ini mengulangi aksi-aksi hebatnya di perdelapan-final melawan Belanda. Meski akhirnya El Tri takluk di perpanjangan waktu, penampilan menawan itu sudah cukup untuk menarik minat klub-klub Eropa. Malaga pun menjadi klub yang sukses merekrut Ochoa dengan status bebas biaya transfer.
Klub Andalusia ini sedang berusaha menyusun kembali mimpi-mimpi untuk tampil di Eropa, setelah berakhirnya hukuman larangan bertanding di level antarklub Eropa yang dijatuhkan akibat tidak seimbangnya neraca keuangan mereka. Kesamaan bahasa dan kultur Spanyol dengan negara asalnya, Meksiko, membuat banyak yang memprediksi Ochoa akan sukses di La Liga.
Sayang, hanya dalam hitungan pekan, penampilan hebat pemain yang selalu memilih nomor punggung 13 ini menguap begitu saja. Satu kesalahan fatal yang berujung pada kekalahan Malaga dari Fiorentina di pertandingan pramusim sudah cukup melekatkan penilaian jelek pada Ochoa. Pelatih baru Malaga, Javi Gracia, lebih memilih memberi kepercayaan pada penghuni lama bangku cadangan La Rosaleda, yaitu Carlos Idriss Kameni.
Pencinta La Liga pasti tidak asing dengan Kameni. Pemain Kamerun ini pernah dianggap penjaga gawang terbaik Afrika selepas era Thomas N’kono dan Jacques Songo’o. Sejak bergabung dengan Espanyol pada tahun 2004, Kameni menjadi pemain penting yang tidak terpisahkan dari naik-turunnya prestasi klub Catalunya tersebut dalam satu dekade terakhir, terutama ketika Los Pericos memenangi Copa del Rey 2006 dan menjadi runner-up Piala UEFA (Liga Europa) tahun 2007. Namun ketika Espanyol menemukan penjaga gawang andalan baru dalam diri pemain binaan asli mereka, Kiko Casilla, Kameni pun turun pangkat menjadi cadangan.
Namun, Gracia ternyata memilih Kameni. Tak ada yang menduga, sang penjaga gawang terbaik Afrika 2007 kembali menemukan puncak penampilannya. Sedangkan Ochoa? Si kribo asal Meksiko harus puas duduk di bangku cadangan dan bermain di pertandingan-pertandingan non-prioritas, seperti di Copa del Rey.
Kesempatan untuk memulihkan karier datang dari Granada pada awal musim 2016/2017. Ochoa pun menerima tawaran pindah dengan status pinjaman. Namun, malang baginya karena ia datang di saat performa Granada sedang buruk-buruknya.
Ochoa sering terlihat berjuang sendiri membela klub yang sering bermain kurang darah ini. Granada akhirnya finis di posisi terbawah La Liga, bukan prestasi yang bagus bagi karier sang portero. Meski demikian, ia patut berbangga karena terpilih sebagai Player of the Season oleh para pendukung Granada.
Mantan pemain Club America dan Ajaccio ini terlihat berusaha keras mengembalikan nilai jualnya di pagelaran Piala Konfederasi 2017 lalu. Ochoa tampil lumayan, seiring dengan prestasi Meksiko yang menembus semifinal turnamen miniatur Piala Dunia tersebut.
Akhirnya, mimpi buruk Ochoa di Spanyol berakhir dengan datangnya tawaran dari Standard Liege (Belgia). Sayangnya, klub tersebut bukanlah anggota liga bergengsi Eropa. Namun, ia sepertinya tak peduli. Ini adalah kesempatan langka baginya untuk tetap berkarier di Eropa, sekaligus menjaga posisi utama di bawah mistar gawang El Tri.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.