Eropa Inggris

Saatnya Menjual Alexis Sanchez Semahal-mahalnya

Mari membuka artikel ini dengan kalimat: TERIMA KASIH ALEXANDRE LACAZETTE.

Berkat kedatangan penyerang berusia 26 tahun ini, seketika beban untuk mempertahankan atau lebih tepatnya, memperpanjang kontrak Alexis Sanchez yang tersisa satu tahun ke depan terasa lebih ringan. Memang, kedatangan pemain baru, apalagi dengan reputasi lumayan bagus, selalu bisa menghadirkan perasaan positif.

Walau tak cukup memungkinkan untuk ditempatkan di pos yang selama ini ditempati Alexis, halfspace kiri di lini serang Arsenal, Lacazette sudah cukup memberikan sedikit rasa aman terkait garansi gol (walau belum terbukti di laga kompetitif) yang selama musim lalu banyak dibebankan di pundak pemain Cile tersebut.

Selain itu, kedatangan eks penyerang Olympique Lyon tersebut sangat berguna untuk bisa memberi Arsene Wenger rasa lega bila skenario terakhir yang harus dipilih nanti akan memaksanya melepas Alexis ke Manchester City, tim yang dalam sepekan terakhir diisukan sangat ingin dituju sang pemain.

Walau opsi memperpanjang kontrak Alexis akan sangat bagus buat proyek musim depan Arsenal, kabar terakhir mulai mengarah kepada kemungkinan yang sedikit kurang enak. Alexis dikabarkan sudah bertemu dengan Pep Guardiola dan semakin menyatakan gairahnya untuk sesegera mungkin berseragam biru ala The Citizen.

Hal ini mungkin akan menjadi kabar buruk bila Lacazette belum diresmikan dan Arsenal tidak memiliki rencana untuk hidup tanpa eks pemain Udinese tersebut. Tapi, kesigapan Arsene merekrut Lacazette dan gerak cepatnya dalam mengalihkan buruan langsung kepada Thomas Lemar, sedikit memberi indikasi penting bahwa pelatih gaek asal Prancis tersebut tidak masalah bila musim depan, ia harus memimpin tim tanpa Alexis.

Kondisi Alexis

Walau lebih terasa aman dan nyaman bila melepas salah satu pemain terbaiknya ke luar Inggris, Arsenal perlu realistis bahwa hanya tiga pihak yang bisa memenuhi permintaan gaji tinggi yang diajukan agen Alexis dan sang pemain ke pihak klub. Ketiganya adalah tim asal Inggris, tim asal Cina dan orang gila. Dua pihak yang disebut terakhir tidak mungkin menjadi tujuan Alexis. Pemain asal Cile ini sangat ambisius dan pindah ke Cina setara piknik belaka bagi dia.

Bayern München, yang sejak akhir musim lalu rutin memantau situasi perpanjangan kontrak Alexis, dikabarkan sudah mundur dari perburuan karena tidak rela memenuhi tuntutan gaji tinggi dari sang pemain. Praktis, hanya tersisa satu pihak yang bisa dan mau menggaji eks pemain Colo-Colo ini dengan nominal tinggi, yakni tim asal Inggris. Arsenal sendiri dikabarkan mematok angka 300 ribu paun per pekan sebagai batas terakhir, sementara Alexis meminta angka 400 ribu paun.

Ini salah satu poin penting yang membuat negoisasi kontrak macet dan rumor ketertarikan si kaya raya, Manchester City, membuat segala berita kepindahan pemain mungil ini semakin berhembus kencang. Selain ada faktor Guardiola, City juga punya wage budget yang jauh lebih besar dari Arsenal. Selain karena mereka dimiliki raja minyak, mereka juga tim yang tengah membangun citra diri sebagai tim yang akan memiliki sejarah panjang dan besar di Inggris.

Kondisi-kondisi inilah yang membuat kepindahan Alexis ke kota Manchester yang suram dan dingin, dibandingkan bertahan di London yang sedikit cerah dan sedikit hangat, menjadi santapan media. Lalu, apa yang bisa dilakukan Arsenal?

Menjual Alexis semahal-mahalnya

Inilah efek kedatangan Lacazette dan kencangnya rumor Thomas Lemar berpengaruh terhadap situasi Alexis di Colney. Setelah merampungkan satu transfer penting di lini belakang (merekrut Sead Kolasinac) dan satu transfer utama di lini depan, Arsenal sudah tidak memiliki beban berlebih untuk mempertahankan Alexis dan punya bargaining position yang lebih bagus.

Posisi tawar inilah yang wajib digunakan Arsenal untuk bertindak layaknya AS Monaco, menjual pemain terbaiknya dengan harga setinggi mungkin. Kabar terbaru, City menawarkan angka 50 juta paun, walau kabar tersebut belum diverifikasi oleh beberapa media Inggris secara resmi. Namun, selentingan kabar yang saya dapat dari Football London, Arsenal mematok angka 80 juta paun sebagai nilai yang harus ditebus untuk mendaratkan eks penyerang sayap Barcelona ini. Entah kenapa, menulis kalimat terakhir tersebut, hati saya bahagia betul.

Arsenal punya posisi tawar lebih baik daripada City dan Alexis, dan bila klub peminat tak mampu menyodorkan tawaran dengan nominal lebih tinggi, Arsenal bisa menolak semua tawaran dan menahan Alexis selama satu tahun. Besar kemungkinan, seperti yang kerap terjadi, si pemain akan marah dan menolak bermain, tapi itu tak masalah. Alexis adalah pemain hebat, salah satu yang terbaik di dunia bahkan, tapi Arsenal tidak lagi perlu ketakutan kehilangannya walau dengan angka gratis sekalipun. Klub perlu merasa mereka selalu lebih besar dari hanya satu pemain, itu hal lumrah, santai saja.

Tapi, besar kemungkinan Alexis akan berlabuh di City sebagai destinasi utama musim depan. Yang menjadi persoalan: seberapa ingin Pep Guardiola dan City terhadap kawan karib Eduardo Vargas ini? Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab dengan sikap City saat melayangkan tawaran resmi pada The Gunners dan itu akan menjadi isu hangat yang menarik selama pekan ini.

Dengan 50 sampai 80 juta paun dari hasil penjualan Alexis (bila resmi dijual tentu saja), Arsenal akan punya cukup banyak dana untuk tak hanya mendatangkan Thomas Lemar dari AS Monaco, tapi juga meneruskan mimpi lama mereka di bulan Juni lalu: mengejar dan memboyong Kylian Mbappe ke London Utara.

Ntap soulzzzz, mbos!

Baca juga: Jika Alexis Sanchez Hengkang

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis