Selain berguna untuk menyehatkan tubuh, olahraga juga memiliki resikonya tersendiri. Apapun jenis olahraganya, cedera adalah hal yang lumrah terjadi. Penyebabnya pun bervariasi, mulai dari pemanasan yang kurang, beban terlalu berat yang diterima otot, sampai kontak yang terjadi dengan lawan (khususnya dalam olahraga kolektif). Pada akhirnya, cedera akan membuat kualitas dan performa atlet menurun.
Di cabang olahraga bernama sepak bola, permasalahan yang kerapkali menjangkiti pesepak bola adalah cedera tumit alias pergelangan kaki. Permainan sebelas lawan sebelas yang satu ini memang menuntut para pesepak bola untuk punya mobilitas tinggi dengan terus berlari sepanjang 90 menit bahkan lebih, dan biasanya, sambil menggiring bola.
Tak sampai di situ, para pesepak bola juga kerap melakukan gerakan-gerakan yang membebani tumit, khususnya pada ligamen bagian samping luar atau Anterior Talo Fibular Ligament (ATFL). Misalnya saja pada saat berlari kencang sambil menggiring bola lalu tiba-tiba berhenti, memutar badan guna mengecoh lawan sebelum akhirnya melepaskan umpan terukur atau satu tembakan keras.
https://giphy.com/gifs/ronaldo-rbP8S2czyewhi
Apalagi dalam setiap gerakan tersebut, kans terkena tekel dari lawan yang mengarah langsung ke bagian tumit juga amat tinggi sehingga resiko mengalami cedera pun semakin besar.
https://giphy.com/gifs/zinedine-zidane-gFbd24FVSOxLG
Pembaca pun pasti ingat jika salah satu bakat sepak bola terbaik di dunia yang berasal dari Belanda, Marco van Basten, harus mengakhiri kariernya akibat terpaan cedera tumit serius. Padahal, saat menyatakan mundur dari kancah sepak bola, usia penyerang yang namanya melambung bersama Ajax Amsterdam dan AC Milan itu baru menyentuh angka 31 tahun.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pada akhirnya membuat pakar dunia medis berupaya keras untuk mencari resep ampuh guna menekan efek dari cedera ini. Walau pada kondisi tertentu, misalnya pada tahap yang akut atau parah, tetap saja bisa mengakhiri karier pesepak bola.
Dan salah satu prinsip utama yang banyak digunakan para ahli, baik fisioterapis hingga dokter, dalam penanganan cedera tumit adalah metode PRICER. Apa itu metode PRICER, berikut paparan singkatnya:
Protection – atau proteksi, adalah melakukan perlindungan terhadap tumit yang cedera dengan menggunakan brace atau taping supaya cedera tidak bertambah parah.
Rest – alias istirahat merupakan salah satu periode penting ketika seorang pesepak bola mengalami cedera tumit. Dengan beristirahat, nyeri yang dialami pada bagian yang cedera bisa ditekan ke titik minimal sehingga proses penyembuhan juga dapat berlangsung lebih cepat. Salah satu cara untuk mengurangi beban tumit ketika mengalami cedera adalah menggunakan kruk untuk berjalan. Setidaknya, dalam tempo 48 sampai 72 jam, pesepak bola yang mengalami cedera tumit tak boleh melakukan aktivitas berat.
Ice – adalah melakukan pengompresan pada tumit dengan menggunakan es atau air dingin sesegera mungkin. Tujuannya tentu saja untuk mengurangi efek inflamasi atau pembengkakan yang terjadi sehingga pembuluh darah di bagian tumit yang melebar menjadi lebih tertutup. Waktu yang diperlukan untuk melakukan kompres juga tak terlalu lama, cukup 10 sampai 15 menit, namun dengan pengulangan yang konstan, sekitar 30 menit sekali. Pada 24 sampai 72 jam pertama, pengompresan bisa dilakukan enam hingga tujuh kali dalam sehari.
Compression – adalah menggunakan perban yang sifatnya elastis guna menekan pembengkakan dan pendarahan berlebih. Beberapa perban yang dapat digunakan antara lain adhesive elastic bandage dan kinesiotaping. Namun perlu diingat, jangan mengikat perban di tumit terlalu kencang.
Elevation – yakni meletakkan bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Dalam cedera tumit, penderita bisa meletakkan bantal atau ganjalan pada saat duduk maupun tidur sehingga kondisi elevation yang dimaksud bisa terpenuhi. Tujuannya tentu saja buat mengurangi pembengkakan.
Referral – merupakan langkah pamungkas dalam metode ini, yakni mendatangi dokter atau fisioterapis jika pesepak bola yang menderita cedera tumit yang cukup parah dan mengganggu aktivitas mereka. Dengan begitu, para ahli tersebut dapat melakukan diagnosa dan pemeriksaan berkala sehingga cedera tumit yang diderita para pemain bisa disembuhkan.
Bagi pembaca yang gemar berolahraga, apapun jenisnya, ketika mengalami cedera pada bagian tumit, amat disarankan untuk menggunakan metode PRICER ini sebagai salah satu rujukan. Dengan begitu, proses pemulihan cedera dapat berlangsung lebih tepat dan aman.
*Artikel ini disarikan dari berbagai sumber terpercaya
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional