Eropa Italia

Hachim Mastour: Dia yang Dulu Dibanggakan, tapi Kini Terlupakan

AC Milan sedang bahagia menikmati guyuran uang berlimpah dari pemilik baru mereka di bursa transfer musim panas ini. Namun sayangnya, kebahagiaan itu tidak ikut dirasakan oleh Hachim Mastour. Palu telah diketok, Rossoneri tak memperpanjang kontrak pemain yang sempat menjadi sensasi YouTube itu. Artinya, Mastour pergi dari San Siro dengan status bebas transfer.

Ironis, bukan? Dulu Mastour digadang-gadang menjadi gelandang masa depan Milan. Ia sudah berada di bangku cadangan Il Diavolo Rosso saat masih berusia 15 tahun, tepatnya di laga pamungkas Serie A 2013/2014. Kala itu, Milan masih dinakhodai Clarence Seedorf dan sedang menjamu Sassuolo. Mastour mengenakan seragam bernomor punggung 98, namun hingga peluit panjang dibunyikan, ia tak mendapat kesempatan bermain.

Meski saat itu belum sempat melakukan debut, Milan tetap percaya bahwa suatu ketika nanti, pemuda Maroko tersebut akan menjadi tulang punggung tim di masa depan. Mastour kemudian dipinjamkan ke Malaga di musim 2015/2016 dan klub Belanda, PEC Zwolle, musim berikutnya.

Di kedua klub tersebut, karier remaja berusia 19 tahun ini berubah 180 derajat, dari yang awalnya berpredikat pemain muda berbakat berubah menjadi penghangat bangku cadangan. Ia hanya bermain sekali di Malaga, itupun hanya lima menit. Padahal, awalnya Malaga berniat meminjam Mastour selama dua musim, namun karena performa sang pemain yang sangat mengecewakan, akhirnya periode peminjaman hanya berlangsung satu musim.

Begitu pula di PEC Zwolle. Pelatih Zwolle kala itu, Ron Jans, mengatakan bahwa Mastour hanya bermain dalam satu dimensi. Ketika bola berada di kakinya, ia dapat melakukan beragam trik untuk berkelit dari hadangan lawan, namun pergerakannya tidak memberi dampak apa-apa pada permainan tim.

Mastour juga dinilai buruk dalam bertahan. Ia terlihat malas melakukan pengawalan, kualitas tekelnya juga sangat memprihatinkan. Padahal, sepak bola adalah permainan tim. Gerak seorang pemain harus berdampak pada permainan timnya. Meski jago melindungi bola ataupun lihai meliuk-liuk melewati lawan, tapi apa gunanya kalau semua itu tidak berdampak pada permainan.

Ekspektasi berlebih

Kemunculan Hachim Mastour di AC Milan ibarat oasis di tengah padang pasir. Milan yang saat itu tengah kesulitan keuangan tak mampu mendatangkan nama-nama tenar ke San Siro. Opsi pinjam atau pembelian gratis menjadi langkah yang harus ditempuh demi mendapat amunisi baru, dan kita semua tahu, hasilnya sangat mengecewakan.

Di tengah krisis yang menerpa juara Liga Champions tujuh kali itu, nama Mastour mencuat ke permukaan. Adalah YouTube yang membuat namanya meroket, seperti Neymar ketika masih bermain di Santos. Ketika diperkenalkan di dunia maya, video skill olah bola Mastour laku keras dengan viewers mencapai ratusan ribu. Bahkan video adu juggling-nya dengan Neymar telah ditonton sembilan juta orang. Edan!

Akan tetapi, di kemudian hari, cuplikan kemampuan Mastour itu menjadi musibah di balik berkah. Ia memang sedikit banyak meraih popularitas dari dunia maya, tapi berkat itu juga, pemilik satu caps di timnas Maroko ini mendapat ekspektasi yang tinggi, bahkan bisa dibilang berlebihan.

Dalam hemat saya, seperti yang sudah saya utarakan di atas, Mastour datang di saat Milan tengah haus akan pemain muda dan hebat. Ketika jutaan pemirsa wargamaya menyaksikan aksinya di internet, seketika boom! Banyak yang memprediksi Mastour akan sehebat Kaka atau Andrea Pirlo. Ia juga sering dibandingkan dengan Neymar, padahal statusnya saja belum pemain profesional.

Situasi kian pelik setelah Milan gemar berganti pelatih dalam tiga tahun terakhir, ditambah dengan peminjaman sang pemain yang tak pernah berjalan mulus. Mastour terlalu sering berganti pelatih dalam hitungan bulan. Terlalu banyak pergantian sistem yang harus ia alami yang diyakini membuatnya kesulitan berkembang.

Kini, mutiara dari Maroko ini tengah tak bertuan. Sebuah keputusan penting harus ia buat secepatnya, memilih klub yang tepat agar tidak terjerumus ke lubang yang dihuni Freddy Adu. Atau, berkolaborasi dengan Youtuber Indonesia untuk membuat vlog dan siapa tahu ia akan laku keras dan dikontrak tim Liga 1, bukan?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.